Virus Corona hingga Perang Dagang Perlemah Kinerja Industri Pasar Modal di 2020

Pelemahan kinerja pasar modal tak hanya dirasakan Indonesia.

oleh Nurmayanti diperbarui 15 Feb 2020, 19:40 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2020, 19:40 WIB
Diskusi OJK bersama Media di Bogor. Dok OJK
Diskusi OJK bersama Media di Bogor. Dok OJK

Liputan6.com, Bogor - Kondisi regional dan global membayangi gerak industri pasar modal dalam beberapa bulan di tahun ini. Mulai dari perang dagang Amerika-China hingga wabah Virus Corona.

Tercatat kinerja pasar saham Indonesia, selama 2020 menunjukkan pelemahan. IHSG per 12 Februari turun 6,13 persen ke posisi 5.913,08 (year to date).

Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II Otoritas Jasa Keuangan Fakhri Hilmi, menuturkan pelemahan kinerja tak hanya dirasakan Indonesia.

"Secara regional semua turun mulai dari Taiwan, Thailand, Filipina, Malaysia, Hong Kong rata-rata menunjukkan kinerja penurunan," ujar dia di Bogor, Sabtu (15/2/2020).

Hanya Singapura, Jepang, Australia, Dow Jones dan Korea Selatan yang mengalami peningkatan secara year to date, di kawasan regional. Dengan besaran kenaikan yang tipis. Seperti Jepang hanya 0,74 persen, Singapura sebesar 1,51 persen dan Korea Selatan 0,69 persen.

Beberapa isu yang mempengaruhi laju industri pasar modal dikatakan merupakan kelanjutan dari tahun lalu. Paling signifikan mempengaruhi terkait wabah Virus Corona, yang merebak di Januari.

Berdasarkan data, hampir semua sektor melemah. Mulai dari infrastruktur, pertambangan, pertanian, aneka industri dan lainnya. Hanya, sektor keuangan yang mengalami peningkatan.

Adapun pada tahun ini, investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 1,21 triliun, melanjutkan net buy tahun 2019.

Meski demikian untuk kinerja emiten, Fakhri membeberkan jika sebagian besar emiten (75,70 persen) masih membukukan laba. "Hampir 50 persen diantaranya kinerjanya menurun (49,69 persen)," jelas dia.

Dia mencontohkan, seluruh Emiten LQ-45  yang memberikan bobot 66 persen terhadap IHSG. Emiten membukukan laba namun sebagian besar masih menunjukkan penurunan kinerja dengan komposisi 55,56 persen.

 

 

Penutupan Pekan Lalu

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Pekerja melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak mampu terus berada di zona hijau meskipun sempat menginjak zona tersebut pada perdagangan siang. IHSG harus ditutup melemah jelang akhir pekan ini.

Pada penutupan perdagangan saham, Jumat (14/2/2020), IHSG ditutup turun tipis 5 poin atau 0,09 persen ke posisi 5.866,94. Sementara itu, indeks saham LQ45 juga turun 0,03 persen ke posisi 953,95.

Selama perdagangan pada Jumat ini, IHSG berada di posisi tertinggi pada level 5.890,02 dan terendah 5.843,43.

Sebanyak 207 saham melemah sehingga mendorong IHSG ke zona merah. Sementara 163 saham menguat dan 152 saham diam di tempat.

Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 355.899 kali dengan volume perdagangan 6,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 6,2 triliun.

Investor asing beli saham Rp 361 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 13.675.

Dari 10 sektor pembentuk IHSG, sebagian besar justru berada di zona hijau. Hanya ada tiga sektor yang tertekan yaitu sektor infrastruktur yang anjlok 1,62 persen, sektor keuangan yang melemah 0,56 persen dan sektor pertambangan turun 0,29 persen.

Saham-saham yang melemah dan mendorong IHSG di zona merah diantaranya MINA yang turun 24,77 persen ke Rp 164 per lembar saham, SSTM melemah 23,60 persen ke Rp 382 per lembar saham dan GLOB turun 23,46 persen ke Rp 274 per lembar saham.

Sedangkan saham yang menguat antara lain DADA naik 69,61 persen ke Rp 173 per saham, AYLS naik 24,56 persen ke Rp 284 per saham dan STTP naik 23,67 persen ke Rp 5.800 per saham.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya