Bursa Saham Asia Melonjak Jelang Pemilihan Presiden AS

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang yang merupakan patokan bursa Asia diperdagangkan lebih tinggi 0,84 persen.

oleh Tira Santia diperbarui 03 Nov 2020, 09:50 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2020, 09:50 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham di Asia Pasifik bergerak menguat pada pembukaan perdagangan Selasa pekan ini. Penguatan ini mengikuti Wall Street yang juga menghijau telah pemilihan Presiden AS.

Saat ini, investor tengah menunggu keputusan suku bunga Reserve Bank of Australia atau Bank Sentral Australia.

Mengutip CNBC, Selasa (3/11/2020), Indeks Hang Seng Hong Kong melonjak 1,57 persen di awal perdagangan. Saham China juga lebih tinggi, dengan indeks Shanghai naik 0,76 persen. Sedangkan Shenzhen bertambah 0,123 persen.

Indeks saham Kospi Korea Selatan juga bertambah 1,54 persen. Di Australia, S&P/ASX 200 di Australia naik hampir 2 persen.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang yang merupakan patokan bursa Asia diperdagangkan lebih tinggi 0,84 persen.

Pasar Jepang tutup untuk hari libur pada hari Selasa.

Investor bursa saham Asia akan fokus pada keputusan suku bunga Reserve Bank of Australia, yang ditetapkan sekitar pukul 11.30 waktu Singapura.

Pemilihan presiden AS antara petahana Donald Trump dan mantan Wakil Presiden Joe Biden juga akan membebani sentimen investor.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Awali November, Wall Street Menghijau

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, Wall Street ditutup menguat pada perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta), yang merupakan hari pertama di November. Pendorong kenaikan bursa saham di Amerika Serikat (AS) ini adalah aksi pemulihan pelaku pasar usai penurunan tajam pada pekan lalu.

Mengutip CNBC, Selasa (3/11/2020), Dow Jones Industrial Average ditutup 423,45 poin lebih tinggi atau naik 0,6 persen menuju 26.925,05. Untuk S&P 500 naik 1,2 persen untuk mengakhiri perdagangan di 3.310,24. Sedangkan Nasdaq Composite naik 0,4 persen menjadi 10.957,61.

Jim Cramer dari CNBC mengatakan bahwa kenaikan Wall Street di perdagangan Senin ini mungkin didorong oleh meredakan kekhawatiran atas hasil pemilu.

"Pelaku pasar benar-benar terlalu banyak melakukan aksi jual (oversold) pada pekan lalu sehingga sangat mungkin pada minggu ini untuk kembali pulih," terang da dalam acara Squawk on the Street di CNBC.

Menjelang pemilihan pada Selasa, Kandidat Joe Biden memegang kepemimpinan nasional di daerah-daerah penting atas Presiden Donald Trump. Dalam jajak pendapat NBC News/Wall Street Journal, Mantan wakil presiden itu mengumpulkan 52 persen dukungan dari pemilih terdaftar versus 42 persen untuk Trump.

Pemilihan Senat menjadi sangat penting untuk pelaku Wall Street karena banyak perubahan kebijakan utama termasuk stimulus fiskal bergantung pada siapa yang memegang kendali mayoritas di senat.

“Pelaku pasar di AS dan dunia sebagian besar masih memilih pola bertahan karena menunggu kejelasan pemilihan AS,” jelas pendiri Vital Knowledge Adam Crisafulli.

"Dunia kemungkinan akan menjadi jauh lebih jelas hanya dalam beberapa hari ke depan dengan berakhirnya pemilu AS, pembicaraan stimulus dilanjutkan di Washington." tambah dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya