Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyebut PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan ada sebanyak 30 perusahaan yang bakal melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO).
"BEI targetkan 30 Perusahaan akan melakukan IPO di tahun 2021," ujar Airlangga saat membuka perdagangan BEI 2021, Senin (4/1).
Baca Juga
Kendati demikian, dia berharap jumlah perusahaan yang akan melakukan IPO di tahun ini bisa melebihi target yang telah ditetapkan. Sehingga nilai dana segar yang tersedia di pasar modal kian melimpah.
Advertisement
Apalagi, kata Airlangga, saat ini nilai Surat Berharga Negara (SBN) masih sangat rendah. Dengan nilai imbal hasil atau yield sebesar 3,64 persen.
"Dan kami berharap jumlah dana bisa cukup signifikan. Apalagi disampaikan SBN sekarang sangat rendah dengan sbn yang rendah yeidlnya 3,64 persen bisa dorong lebih banyak IPO lagi atau mencari dana dari pasar modal," tuturnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, nilai transaksi Initial Public Offering (IPO) dari 51 perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih belum maksimal. Sebab, dari 51 perusahaan itu hanya mampu mencatat sebanyak Rp5,28 triliun.
"Tantangan tentu nilai IPO-nya yang Rp5,28 triliun yang masih harus ditingkatkan," kata dia dalam penutupan Perdagangan BEI 2020, di Jakarta, Rabu (30/12).
Meski begitu, dirinya mengaku optimis dengan kinerja bursa saham di Tanah Air. Mengingat dari segi jumlah Indonesia masih menduduki peringkat pertama dengan jumlah IPO terbanyak dibandingkan dengan negara-negara ASEAN.
"Namun ini memberikan optimisme, IPO kita sebanyak 48 emiten baru 53 dan tercatat 51 dari segi jumlah yang tinggi di kawasan ASEAN," imbuh dia.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Menko Airlangga: Nilai Transaksi 51 Perusahaan IPO Masih Harus Ditingkatkan
Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan nilai transaksi Initial Public Offering (IPO) dari 51 perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih belum maksimal. Sebab, dari 51 perusahaan itu hanya mampu mencatat sebanyak Rp5,28 triliun.
"Tantangan tentu nilai IPO-nya yang Rp5,28 triliun yang masih harus ditingkatkan," kata dia dalam penutupan Perdagangan BEI 2020, di Jakarta, Rabu (30/12).
Meski begitu, dirinya mengaku optimis dengan kinerja bursa saham di Tanah Air. Mengingat dari segi jumlah Indonesia masih menduduki peringkat pertama dengan jumlah IPO terbanyak dibandingkan dengan negara-negara ASEAN.
"Namun ini memberikan optimisme, IPO kita sebanyak 48 emiten baru 53 dan tercatat 51 dari segi jumlah yang tinggi di kawasan ASEAN," imbuh dia.
Di sisi lain, nilai transaksi investor ritel juga diakui cukup memberikan performa terbaik. Di mana, investor ritel meningkat atau naik hingga empat kali lipat di tengah kondisi yang tidak pasti akibat pandemi Covid-19.
"Ini capaian yang luar biasa di tengah situasi pandemi kepercayaan ritel terhadap pasar modal luar biasa," jelas dia.
"Ini merupakan modal kita untuk pengembangan pasar kedepan," sambung dia.Â
Advertisement
51 Perusahaan Telah IPO
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sebanyak 51 perusahaan telah melakukan Initial Public Offering (IPO) dan mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga per 30 Desember 2020. Adapun sampai dengan saat ini terdapat 713 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di BEI.
Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi mengatakan, dengan torehan tersebut, maka Indonesia masih menjadi bursa saham dengan jumlah IPO terbanyak jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
"Indonesia pun masih menjadi bursa dengan jumlah IPO terbanyak di ASEAN," kata dia dalam penutupan Perdagangan BEI 2020, Rabu (30/12).
Dia menyampaikan, aktivitas perdagangan BEI pada tahun 2020 juga mengalami peningkatan yang tercermin dari kenaikan rata-rata frekuensi perdagangan yang tumbuh 32 persen menjadi 619 ribu kali per hari di bulan November 2020 dan menjadikan likuiditas perdagangan saham BEI lebih tinggi diantara Bursa-bursa lainnya di kawasan Asia Tenggara.
"Pada periode yang sama, rata-rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) berangsur-angsur pulih dan mencapai nilai Rp9,18 triliun," kata dia.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.comÂ
Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona
Advertisement