Bursa Saham Myanmar Hentikan Perdagangan Setelah Militer Kudeta Pemerintahan Aung San Suu Kyi

Pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi, dilaporkan telah ditangkap pihak militer menyebabkan ketegangan. Bursa Efek Yangon pun disuspensi.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 01 Feb 2021, 18:13 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2021, 18:13 WIB
Ilustrasi Bursa Saham
Ilustrasi Bursa Saham (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Yangon atau the Yangon Stock Exhange menghentikan semua perdagangan pada Senin, 1 Februari 2021. Hal ini setelah kantor Presiden Myanmar mengumumkan keadaan darurat dan sebagian besar wilayah mengalami kesulitan komunikasi.

Belum jelas kapan perdagangan akan dilanjutkan dan manajemen bursa saham belum dapat dihubungi. Demikian mengutip laman investing.com, Senin, 1 Februari 2021.

Sebelumnya, mengutip kanal Global, Pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi, dilaporkan telah ditangkap pihak militer. Ia dan pimpinan partai Liga Nasional Democracy (National League for Demoracy atau NDL) dijemput pada Senin (1/2/2021) dini hari.

Sebelum kejadian ini, spekulasi kudeta Myanmar pun sudah muncul belakangan ini, termasuk dari PBB.

Pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi, dilaporkan telah ditangkap pihak militer. Ia dan pimpinan partai Liga Nasional Democracy (National League for Demoracy atau NDL) dijemput pada Senin (1/2/2021) dini hari.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Suu Kyi Berseteru dengan Militer

Deretan Pemimpin Dunia Hadiri Penobatan Kaisar Naruhito
Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi (tengah) tiba untuk menghadiri upacara penobatan Kaisar Naruhito di Istana Kekaisaran, Tokyo, Jepang, Selasa (22/10/2019). Kaisar Jepang Naruhito akan menjalani rangkaian ritual penobatan resmi kekaisaran hari ini. (AP Photo/Koji Sasahara, Pool)

Sebelum kejadian ini, spekulasi kudeta Myanmar pun sudah muncul belakangan ini, termasuk dari PBB.

Menurut laporan BBC, juru bicara NDL, Myo Nyunt, berharap akan ada proses sesuai hukum. Dia sendiri juga memprediksi akan ditangkap.

"Saya ingin memberitahu rakyat agar tidak merespons dengan keras dan saya ingin mereka berbuat sesuai hukum," terangnya.

Belakangan ini, Suu Kyi sedang berseteru dengan militer karena hasil pemilihan pada November 2020. Pemilihan itu dipandang sebagai referendum terhadap pemerintahan Suu Kyi. Militer menolak hasil pemilihan itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya