Liputan6.com, Jakarta - Fenomena pompom saham memang cukup menarik perhatian pasar modal pada awal 2021. Fenomena ini menjadi semakin populer usai lonjakan saham GameStop yang sempat heboh.
Diketahui, saham GameStop melonjak usai ‘dipromosikan’ lewat forum reddit. Investor ritel yang tergabung dalam forum tersebut tersulut untuk membeli saham dan pemborongnya, sehingga saham GameStop melonjak tajam.
Di Indonesia, kini tengah ramai mengenai influencer saham. Ada tokoh terkenal yang memiliki banyak pengikut, dan mereka mambagikan cerita mengenai investasi saham mereka. Celakanya, masyarakat awam tak sedikit yang terpengaruh untuk ikut membeli saham, persis dengan apa yang dilakukan idolanya.
Advertisement
Baca Juga
Alhasil, tanpa pengetahuan dan pertimbangan yang matang, mereka harus rela merugi saat saham yang dibeli anjlok. Memang, berbicara soal analisa fundamental dan teknikal untuk melihat prospek saham cukup rumit. Namun, bukan berarti tak ada jalan untuk Anda belajar.
Dilansir dari berbagai sumber dan the guardian, Sabtu (20/2/2021), berikut lima film dan acara TV yang dapat membantu Anda mengenal lebih dekat pasar modal:
1. Black Monday
Serial ini merujuk pada kejadian di 19 Oktober 1987. Saat itu merupakan hari terburuk bagi pasar saham Amerika, atau Black Monday.
Diproduksi oleh Seth Rogen, komedi teknik warna ini dimaksudkan untuk menceritakan kisah tentang siapa yang menjadi biang kerok dari Blak Monday, dan bagaimana caranya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
The Wolf of Wall Street
2. The Wolf of Wall Street
The Wolf of Wall Street terinspirasi oleh mantan pialang saham Jordan Belfort (diadaptasi dari memoarnya dengan nama yang sama), yang bereaksi terhadap film tersebut dengan menggugat pemodal dan meminta kompensasi USD 300 juta.
Film ini memberatkan penggambarannya tentang budaya Wall Street sebagai lubang maskulinitas beracun dan berbagai jenis "isme" - hedonisme, chauvinisme, seksisme.
Film tersebut menunjukkan agar sukses sebagai pialang saham terkenal tidak hanya melibatkan sikap kejam dan perhitungan, tetapi juga menampilkan pertunjukan dan menarik naluri dasar orang.
3. Trading Places
Tokoh utama yang yang diperankan Eddy Murphy merupakan penipu jalanan menyamar sebagai manajer firma komoditas. Pada 15 menit terakhir, film ini menggambarkan dengan akurat bagaimana hiruk-pikuknya perdagangan di pasar komoditas.
Advertisement
The Big Short
4. American Psycho
American Psycho mengambil latar pada akhir 1980-an, puncak masa kejayaan pusat perdagangan uang dan saham Wall Street. Film ini bercerita tentang seorang pialang saham New York bernama Patrick Bateman yang melakukan berbagai kejahatan mengerikan.
American Psycho, film Mary Harron, di permukaan tampak mengisahkan seorang psikopat. Padahal, film ini sejatinya menunjukkan kesakitan dan kegilaan dalam skala luas: masyarakat dalam budaya kapitalisme.
Di sini, terdapat interaksi teks dalam novel dan filmnya dengan karya kreatif lain. Misalnya, karakter Bateman yang Ellis ciptakan mengingatkan kita kepada Gordon Gekko (Michael Douglas) dalam film Oliver Stone, Wall Street (1987). Gekko terkenal dengan ucapan “greed is good”, yang merefleksikan “ideologi” Wall Street.
American Psycho menguliti lapisan luar kehidupan seorang eksekutif muda, kaya, tampan, dan berpendidikan yang tampak cemerlang. Ia kemudian menguak lapisan dalamnya, yang ternyata berisi keliaran, kerusakan moral, dan ketidakberadaban.
5. The Big Short
The Big Short mengangkat kisah tentang gelembung keuangan atau krisis ekonomi yang terjadi pada era 2000-an. Kejadian itu ternyata menyebabkan krisis keuangan global pada 2007-2010.
Film ini mengisahkan empat orang pria yang memiliki ide gila tapi brilian di saat sedang terjadi krisis perekonomian dunia. Empat orang tersebut kemudian memutuskan untuk mengambil alih bank-bank besar karena keserakahan dan kurangnya pandangan ke depan.