Adaro Energy Kantongi Pendapatan USD 2,53 Miliar pada 2020

Pendapatan usaha PT Adaro Energy Tbk turun 26,67 persen dari USD 3,45 miliar pada 2019 menjadi USD 2,53 miliar pada 2020.

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Mar 2021, 12:52 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2021, 12:51 WIB
Ekspor Batu Bara Indonesia Menurun
Aktivitas pekerja menggunakan alat berat saat menurunkan muatan batu bara di Pelabuhan KCN Marunda, Jakarta, Minggu (27/10/2019). Berdasarkan data ICE Newcastle, ekspor batu bara Indonesia menurun drastis mencapai 5,33 juta ton dibandingkan pekan sebelumnya 7,989 ton. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatriabusikan kepada pemilik entitas induk merosot 63,64 persen pada 2020.

PT Adaro Energy Tbk meraup laba USD 146,92 juta pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya USD 404,19 juta. Pendapatan usaha turun 26,67 persen dari USD 3,45 miliar pada 2019 menjadi USD 2,53 miliar pada 2020.

Pendapatan usaha merosot karena penurunan 18 persen pada harga jual rata-rata (ASP) dan penurunan 9 persen pada volume penjualan.

Perseroan juga mencatat penurunan 6 persen pada volume produksi menjadi 54,53 juta ton pada 2020. Kondisi makro dan industri yang sulit akibat pandemi COVID-19 memberi tekanan besar terhadap permintaan batu bara dan harga batu bara global pada 2020.

Beban pokok pendapatan turun 21 persen menjadi USD 1,95 miliar pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya USD 2,49 miliar.

Beban pendapatan menyusut seiring hasil penurunan nisbah kupas maupun harga bahan bakar. Nisbah kupas pada 2020 mencapai 3,84 kali di bawah panduan yang ditetapkan sebesar 4,3 kali karena kondisi cuaca tidak mendukung pada 2020.

Biaya kas batu bara per ton (tidak termasuk royalty) turun 21 persen year on year karena perseroan mencatat nisbah kupas dan biaya bahan bakar yang lebih rendah secara year on year.

Beban usaha Adaro Energy turun 29 persen menjadi USD 165 juta pada 2020 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya USD 233 juta. Hal ini akibat penurunan 45 persen pada beban penjualan dan pemasaran, serta penurunan 44 persen pada biaya profesional.

 

 

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Ebitda

Ekspor Batu Bara Indonesia Menurun
Aktivitas pekerja menggunakan alat berat saat menurunkan muatan batu bara di Pelabuhan KCN Marunda, Jakarta, Minggu (27/10/2019). Berdasarkan data ICE Newcastle, ekspor batu bara Indonesia menurun drastis mencapai 5,33 juta ton dibandingkan pekan sebelumnya 7,989 ton. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

EBITDA operasional turun 27 persen menjadi USD 883 juta pada 2020, atau sedikit lebih tinggi dari pada panduan EBITDA operasional pada 2020 yang ditetapkan pada kisaran USD 600-USD 800 juta.

Marjin EBITDA operasional tetap sehat sebesar 35 persen karena perusahaan terus meningkatkan efisiensi operasional dan pengendalian biaya di tengah penurunan harga batu bara. Selain itu, kontribusi dari bisnis non pertambangan batu bara memberikan dukungan laba di tengah kondisi yang sulit.

PT Adaro Energy Tbk membayarkan royalti kepada pemerintah Indonesia turun 29 persen menjadi USD 271 juta pada 2020. Hal ini sejalan dengan penurunan pendapatan usaha pada 2020.

Aset

Ekspor Batu Bara Indonesia Menurun
Aktivitas pekerja saat mengolah batu bara di Pelabuham KCN Marunda, Jakarta, Minggu (27/10/2019). Berdasarkan data ICE Newcastle, ekspor batu bara Indonesia menurun drastis 33,24 persen atau mencapai 5,33 juta ton dibandingkan pekan sebelumnya 7,989 ton. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Perseroan mencatat aset turun 12 persen menjadi USD 6,38 miliar pada 2020.  Aset lancar turun 18 persen menjadi USD 1,73 miliar terutama karena penurunan kas dan piutang usaha dari pihak ketiga.

Aset non lancar turun 9 persen menjadi USD 4,65 miliar terutama karena penurunan investasi pada perusahaan patungan, penurunan properti tambang dan aset tetap. Pada akhir 2020, saldo kas pada posisi USD 1,17 miliar.

Kewajiban perseroan turun 25 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya menjadi USD 2,43 miliar. Hal ini seiring perseroan membayar sebagian utang bank dan membukukan penurunan kewajiban pajak yang ditangguhkan karena penurunan properti pertambangan dan penyesuaian tarif pajak.

Kewajiban lancar turun 7 persen menjadi USD 1,14 miliar, sementara kewajiban non lancar susut 36 persen secara year on year (YoY). Ekuitas turun satu persen menjadi USD 3,95 miliar pada 2020 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya USD 3,98 miliar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya