Potensi Ekonomi Digital di Indonesia Meningkat

Diperkirakan ukuran ekonomi digital Indonesia mencapai USD 124 miliar pada 2025 dengan CAGR sekitar 23 persen sejak 2020.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Mar 2021, 06:29 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2021, 13:09 WIB
Ilustrasi online shopping
Nursida, sosok perempuan hebat yang bantu pemerataan ekonomi digital dari desa ke desa. (Foto: Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 yang terjadi telah mendorong jutaan masyarakat Indonesia mengakses ekosistem internet lebih besar. Hal itu membuat peluang di sektor usaha lainnya untuk mengaplikasikan platform digital yang menjadi lebih menguntungkan.

Oleh karena itu, Indonesia memiliki peluang memperluas ekosistem digital ke vertikal lainnya. Apalagi setelah penetrasi e-commerce meningkat hingga mencapai total pasar USD 96 miliar-USD 120 miliar.

Dengan pencapaian itu sangat dimungkinkan untuk mencapai penetrasi seperti di China dan Amerika Serikat (AS). Adopsi digitalisasi yang melonjak telah membuka peluang lain di layanan keuangan digital, hiburan, telemedicine, layanan makanan, belajar jarak jauh.

Mengutip laporan riset PT Mandiri Sekuritas berjudul Harnessing the Power of the Digital Age menyebutkan, Kamis (11/10/2021), berdasarkan studi oleh Google, Temasek, Bain & Company pada 2020 menunjukkan ukuran ekonomi digital Indonesia mencapai USD 44 miliar atau Rp 633,88 triliun (asumsi kurs Rp 14.406 per dolar AS) pada 2020 dengan laju pertumbuhan majemuk tahunan atau compound annual growth rate (CAGR) sekitar 44 persen sejak 2015.

Diperkirakan ukuran ekonomi digital Indonesia mencapai USD 124 miliar pada 2025 dengan CAGR sekitar 23 persen sejak 2020.

Meski pertumbuhan tahunan diperkirakan melambat, tetapi dengan penambahan nilai sebesar USD 80 miliar pada 2020 dan 2025 setara USD 16 miliar per tahun. Angka ini 2,2 kali lebih tinggi dari nilai tambahan USD 36 miliar pada 2015 dan 2020 atau setara USD 7 miliar per tahun.  Sebagian besar e-commerce  menyumbang 5,4 persen dari ekonomi digital pada 2025.

Dari sisi demografi, masyarakat Indonesia dinilai mudah adopsi digitalisasi seiring usia muda dan penetrasi internet, smartphone, media sosial dan e-commerce yang tinggi, meski pendapatan per kapita relatif rendah.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Lompatan Adopsi Digital

Ilustrasi belanja online, ecommerce, e-commerce, toko online
Ilustrasi belanja online, ecommerce, e-commerce, toko online. Kredit: athree23 via Pixabay

Di sisi lain, pandemi COVID-19 telah membangun kepercayaan konsumen menggunakan layanan digital untuk belanja, pembayaran, perbankan dan lain-lain.Dengan lonjakan adopsi layanan digital mempercepat monetisasi.

Dalam riset Mandiri Sekuritas yang diterbitkan 10 Maret 2021 menyebutkan kalau lompatan adopsi digital di seluruh konsumen dan bisnis terjadi pada 2020. Hal ini seiring konsumsi dan layanan digital telah melonjak karena pandemi COVID-19 didorong ada pengguna baru.

Berdasarkan data Google, Temasek, dan Bain & Company, konsumen digital baru yang bergabung selama pandemi COVID-19 mencapai 37 persen dari total konsumen jasa di Indonesia. 56 persen berada di area non-metropolitan. Hal terpenting, sekitar 93 persen dari mereka berniat untuk terus menggunakan setidaknya satu layanan digital setelah pandemi COVID-19 berakhir.

Perusahaan ritel smartphone Erajaya Swasembada juga melihat tren sama dalam penjualan e-commercenya. Sebagian besar perusahaan perusahaan fast moving consumer goods (FMCG) juga telah berkomitmen meningkatkan strategi digital dalam menjual dan memasarkan produk.

Riset yang disusun Analis PT Mandiri Sekuritas Adrian Joezer ini juga menyebutkan pandemi COVID-19 tidak hanya mempercepat penetrasi pembeli online tetapi juga pengguna internet. Bahkan menjangkau daerah suburban dan terpencil.

Sebelumnya penetrasi ritel modern rendah di Indonesia seiring ada masalah dalam skala ekonomi dalam hal pendapatan per kapita dan kompleksitas rantai pasokan logistik menyebabkan keragaman yang buruk dari produk, harga dan layanan yang ditawarkan dalam banyak aspek termasuk perdagangan dan produk keuangan.

Penetrasi pengguna internet Indonesia sudah lebih tinggi dari penetrasi ritel offine, perbankan, akses pendidikan dan layanan kesehatan.

Mendorong Akses Lebih Luas

Ilustrasi Belanja Online, e-Commerce, eCommerce, Online Marketplace, Bisnis Online
Ilustrasi Belanja Online, e-Commerce, eCommerce, Online Marketplace, Bisnis Online

Dengan memberdayakan teknologi dapat mendorong akses lebih luas populasi untuk meningkatkan partisipasi lebih baik di ekonomi. Sementara lonjakan adopasi layanan digital akan membawa efek jaringan lebih kuat dan siklus yang bermanfaat dengan meningkatkan keterlibatan pengguna.

Adapun ada pembatasan mobilitas telah memaksa digitalisasi bisnis pada sisi pedagang juga. Perusahaan besar dan UKM juga harus melakukan diversifikasi ke onlie untuk menjangka konsumen dan menggunakan layanan digital untuk memastikan kelangsungan bisnis.

Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS), pertengahan 2020, sekitar 5,8 persen perusahaan telah mulai menggunakan internet untuk penjualan, pemasaran online.

Dengan jasa pendidikan sebanyak 19,4 persen dan industri manufaktur mengadopsi tertinggi diikuti perdagangan dan otomotif sebanyak 7,3 persen, akomodasi dan F&B sebanyak 7,1 persen. PT Mandiri Sekuritas mengharapkan adopsi digitalisasi dapat meningkat lagi meski BPS belum rilis survey Oktober 2020.

Di sisi lain ada gangguan pada usaha kecil dan menengah (UKM) yang membentuk sekitar 60-97 persen dari produk domestik bruto (PDB)atau lapangan kerja Indonesia mengurangi kegiatan ekonomi selama pandemi COVID-19.

PT Mandiri Sekuritas melihat ini menjadi kunci kekuatan pendorong bagi pemerintah Indonesia untuk merangkul digitalisasi bagi UKM. Oleh karena itu, pemerintah juga mengenalkan program Bangga Buatan Indonesia pada Mei 2020, dua bulan setelah pandemi COVID-19 melanda.

Kampanye pun dimulai dengan 1 juta UKM baru masuk platform online dalam pertama peluncuran dan hampir 6 juta pedagang masuk menjelang akhir 2020.

Perusahaan teknologi terkemuka berpartisipasi antara lain Shopee, Tokopedia, Bukalapak, Lazada, Blibli, Gojek dan Grab. Pelaku bisnis besar juga telah meningkatkan strategi digital seperti Unilever Indonesia yang meningkatkan saluran perdagangan online dan membuatnya meningkat dua kali lipat menjadi tiga persen dari penjualan pada 2020 dibandingkan 2019.

Peluang Besar untuk Monetisasi

[Bintang] Minta Cashback, Modus Penipuan Baru di Online Shop!
Buat yang suka belanja di online shop, hati-hati dengan modus penipuan baru yang meminta cashback. (Ilustrasi: Pexels.com)

Ekosistem digital Indonesia membesar, kepercayaan konsumen dan pengalaman memakai jasa digital makin meningkat. Dengan transformasi digital ini akan membawa nilai ekonomi menjadi ekosistem digital dan platform untuk mendapatkan kesempatan besar untuk monetisasi.

Perdagangan elektronik, terutama jasa antar bahan makanan, telah menjadi penerima manfaat dari pandemi COVID-19.

Contohnya Shopee Indonesia yang tercatat pesanan 185 juta pada kuartal I 2020 turun dua persen ketika pandemi pertama kali menyerang pada Maret 2020. Hingga akhirnya melonjak 41 persen pada kuartal II 2020 menjadi lebih dari 260 juta pada kuartal II 2020, atau 19 persen kuartal ke kuartal menjadi 310 juta pada kuarta III 2020, dan 39 persen menjadi 430 juta pada kuartal IV 2020. Pada 2020, pesanan meningkat 128 persen secara year on year.

Tren ini secara bersamaan menguntungkan rantai pasokan logistik e-commerce dan layanan pembayaran digital. Sektor lain jua meningkat seperti pendidikan, konfereksi, jasa pengiriman makanan, media online termasuk game dan streaming, telemedicine, dan layanan keuangan digital lainnya seperti asuransi dan investasi. Batasan mobilitas telah memukul perjalanan online dan angkutan penumpang tetapi perlahan pulih.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya