Wall Street Beragam, Saham Emiten Ritel Pimpin Penguatan

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks saham Dow Jones naik 238,38 poin atau 0,7 persen ke posisi 34.113,23 pada awal Mei 2021.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Mei 2021, 05:51 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2021, 05:51 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan saham Senin, 3 Mei 2021. Pembukaan kembali aktivitas ekonomi di tengah pembatasan selama pandemi COVID-19 berdampak terhadap wall street.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks saham Dow Jones naik 238,38 poin atau 0,7 persen ke posisi 34.113,23. Indeks saham S&P 500 menguat 0,3 persen ke posisi 4.192,66. Indeks saham Nasdaq turun 0,5 persen ke posisi 13.895,12.

Pembukaan kembali ekonomi mendorong kenaikan wall street, terutama sektor ritel. Royal Caribbean and American Airlines masing-masing naik lebih dari satu persen.  Saham Gap melonjak lebih dari tujuh persen. Saham Dillard’s naik hampir 10 persen, dan Macy menguat 8 persen.

Saham Urban Outfitter dan Kohls masing-masing naik lebih dari lima persen. Reli saham tersebut terjadi setelah Gubernur New York Andrew Cuomo mengumumkan akan mencabut pembatasan kapasitas di New York, New Jersey dan Connecticut. Sementara itu,  layanan subway 24 jam di New York akan dilanjutkan bulan ini

Saham Berkshire Hathaway naik 1,6 persen setelah perusahaan Warren Buffett tersebut melaporkan laba operasi naik 20 persen dan melanjutkan buyback atau pembelian kembali sahan, Buffett juga menyiapkan penggantinya Greg Abel, Vice Chairman bagian operasi non-asuransi.

Saham Verizon naik 0,2 persen setelah raksasa telekomunikasi tersebut akan menjual grup media ke private equity Apollo Global Management senilai USD 5 miliar atau sekitar Rp 72,25 triliun (asumsi kurs Rp 14.450 per dolar AS).

Penjualan tersebut mengizinkan Verizon untuk membongkar properti dari AOL dan Yahoo. Meski pun wall street melemah pada Jumat, 30 April 2021, indeks saham S& 500 mencatat penguatan pada April, dan menambah lima persen ke indeks saham seiring investor bertaruh terhada pemulihan ekonomi dan laba besar dari pandemi COVID-19.

Indeks saham S&P 500 naik lebih dari 11 persen sepanjang tahun berjalan 2021. Indeks saham Dow Jones menguat 2,7 persen pada bulan lalu, dan indeks saham Nasdaq melonjak 5,4 persen.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Investor Harap Sell in May and Go Away

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Sejumlah investor mengharapkan wall street tertekan pada Mei seiring pepatah sell in May and go away. Pepatah ini seiring risiko pada Mei-Oktober, periode yang cenderung terjadi aksi jual di pasar saham jika dilihat dalam sejarahnya.

Melihat data pada 1928 menunjukkan periode Mei-Oktober mencatat rata-rata yang rendah dan menengah dalam enam bulan. Berdasarkan data Bank of America, rata-rata indeks saham S&P 500 dalam kurun waktu tersebut mencatat imbal hasil 2,2 persen.

Pasar melihat terutama reli yang masif pada November hingga April ketika indeks saham S&P 500 naik 28 persen.  "Ini angka yang kecil dalam observasi, tetapi Mei-Oktober rata-rata tidak bersemangat setelah November-April reli 20 persen," ujar Analis Teknikal Bank of America Stephen Suttmeier, dalam catatannya dilansir dari CNBC, Selasa (4/5/2021).


Data Ekonomi AS

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

HIS Market Data menunjukkan pertumbuhan aktivitas manufaktur Amerika Serikat mencatat rekor pada bulan lalu. Indeks aktivitas bisnis manufaktur PMI pada April naik menjadi 60,5.

Meski demikian, ada jarak dari Institute for Suppy Management (ISM) yang menunjukkan perlambatan ekspansi manufaktur. ISM manufaktur PMI pada April 2021 tercatat 60,7, dibandingkan perkiraan 65 dan posisi pada Maret di 64,7.

Data tenaga kerja AS akan rilis pada Jumat, dan diperkirakan tumbuh 978.000. “Investor bersiap-siap hadapi minggu laporan keuangan dan sambil mencermati laporan tenaga kerja. Ini memberikan arahan bagaimana bertahan kuat ekonomi yang positif dan kinerja perusahaan,” kata Chief Investment Officer Cresset Capital Jack Ablin.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya