Alasan Pencipta Dogecoin Jackson Palmer Enggan Balik ke Kripto

Jackson Palmer dan Billy Markus membuat dogecoin sebagai lelucon berdasarkan meme ‘Doge’, yang menggambarkan seekor anjing shiba inu pada 2013.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 15 Jul 2021, 12:02 WIB
Diterbitkan 15 Jul 2021, 12:01 WIB
Ilustrasi dogecoin (Photo by Executium on Unsplash)
Ilustrasi dogecoin (Photo by Executium on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Jackson Palmer, salah satu pencipta cryptocurrency atau uang kripto, dogecoin yang terinspirasi dari meme, kembali ke Twitter dan mengkritisi perkembangan kripto secara umum.

Ia mengaku kerap dihujani pertanyaan, apakah akan kembali ke uang kripto, atau sekadar membagi pikirannya mengenai hal itu. Namun, dengan mantap ia mengatakan tidak akan kembali ke sana.

Dilansir dari CNBC, Kamis (15/7/2021) pada 2013, Palmer dan Billy Markus membuat dogecoin sebagai lelucon berdasarkan meme ‘Doge’, yang menggambarkan seekor anjing shiba inu. Markus dan Palmer tidak bermaksud agar dogecoin dianggap serius.

Akan tetapi, koin itu baru-baru ini lepas landas, dan dogecoin saat ini adalah salah satu dari 10 cryptocurrency teratas berdasarkan nilai pasarnya.

Awal tahun ini, dogecoin mencapai level tertinggi sepanjang masa hampir 74 sen. Terlepas dari lonjakan popularitasnya baru-baru ini, Markus dan Palmer belum mendapat untung, karena keduanya menjual habis koin mereka sebelum dogecoin meroket.

Dalam utas Twitter-nya, Palmer mengkritik mereka yang berkuasa di ruang kripto. Palmer juga mengkritik bagaimana crypto dibagikan dan dipasarkan.

Bahkan ia menuding industri kripto ini memanfaatkan jaringan koneksi bisnis yang luas dan terstruktur, melibatkan influencer, dan mengendalikan media untuk glorifikasi 'cepat kaya’ untuk mengekstraksi uang baru dari orang-orang yang putus asa terhadap kondisi finansialnya. .

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

'Eksploitasi Keuangan'

Ilustrasi dogecoin (Photo by Executium on Unsplash)
Ilustrasi dogecoin (Photo by Executium on Unsplash)

Palmer mengakui, jenis ‘eksploitasi keuangan’ ini ada sebelum cryptocurrency. Akan tetapi, dia masih percaya industri kripto umumnya merugikan orang-orang yang bergabung di dalamnya.

Dia juga percaya itu rentan terhadap penipuan. Berbeda dengan pendukung uang kripto, misalnya bitcoin. Uang kripto terbesar berdasarkan nilai pasar, dibuat menjadi sistem keuangan peer-to-peer yang terdesentralisasi. Hal ini dilihat oleh pemegangnya sebagai lindung nilai terhadap inflasi.

Menanggapi utas Palmer, Markus ikut mengamini, poin yang disampaikan Palmer umumnya valid. "Ada banyak orang jahat yang terlibat dalam ruang crypto, dan saya sepenuhnya mengerti mengapa dia merasa negatif tentang hal itu," tulis Markus.

"Saya mengerti perspektifnya dan kami berdua melihat sebagian besar sisi negatif dari semua ini," Markus menambahkan.

Markus kini jauh lebih aktif di media sosial, meskipun saat ini tidak terlibat dalam pengembangan dogecoin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya