Masuk Bisnis Energi, IATA Bakal Akuisisi Anak Usaha BHIT

PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk (IATA) menjadi entitas induk untuk seluruh perusahaan batu bara.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 15 Okt 2021, 21:20 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2021, 21:20 WIB
IHSG Dibuka di Dua Arah
Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk (IATA) telah teken nota kesepahaman untuk akuisisi PT MNC Energi dari PT MNC Investama Tbk (BHIT) sebagai pemegang saham mayoritas. Setelah transaksi, IATA akan menjadi entitas induk untuk seluruh perusahaan batu bara MNC Group.

Dilansir dari keterbukaan informasi Bursa, IATA sedang bersiap untuk mengambil alih tiga perusahaan di bawah MNC Group. Pertama, PT Bhakti Coal Resources. Yakni perusahaan ekplorasi dan produsen tambang batu bara di Sumatera Selatan.

Perusahaan tersebut juga merupakan perusahaan induk dari perusahaan-perusahaan pemilik Izin Usaha Pertambangan. Seperti PT Putra Muba Coal, PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal, PT Indonesia Batu Prima Energi, PT Arthaco Prima Energi, PT Sumatra Resources, PT Energi Inti Bara Pratama, PT Sriwijaya Energi Persada, PT Titan Prawira Sriwijaya, PT Primaraya Energi, dan PT Putra Mandiri Coal.

Perusahaan-perusahaan tersebut secara keseluruhan memiliki estimasi sumberdaya sebesar 1,75 miliar MT dan estimasi cadangan sebesar 750 juta MT.

Kedua, yakni PT Nuansacipta Coal Investment. Merupakan perusahaan ekplorasi dan produsen tambang batu bara di Kalimantan Timur. Ketiga yakni PT Suma Sarana, perusahaan ekplorasi minyak di wilayah Papua.

"Akuisisi ini akan terjadi setelah hasil uji tuntas dan valuasi terhadap PT MNC Energi selesai dijalankan. Dengan asumsi semua proses due diligence berjalan lancar,” ungkap Head of Investor Relations MNC Group, Natassha Yunita dikutip Jumat (15/10/2021).

Selanjutnya, IATA akan segera meminta restu OJK, dengan target penyelesaian transaksi pada akhir kuartal I tahun depan. Rencana transaksi tersebut merupakan langkah strategis bagi IATA untuk memanfaatkan momentum yang timbul dari lonjakan harga komoditas batu bara yang berkelanjutan.

“IATA meyakini akuisisi ini tidak hanya akan mendongkrak prospek bisnis, tetapi juga secara signifikan menguatkan nilai perusahaan karena IATA mengubah kepentingan bisnisnya dari sektor transportasi dan infrastruktur ke sektor energi,” ujar dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Harga Batu Bara Newcastle

Harga batu bara Newcastle melonjak hingga menyentuh angka USD 269,5 per ton. Kenaikan ini turut mendorong harga batu bara di Indonesia.

Harga batu bara diperkirakan tetap tinggi karena pasokan yang terus menyusut. Permintaan di China dan bagian lain dunia terus meningkat, bahkan akan meningkat lebih tinggi karena musim dingin yang akan datang sebentar lagi.

Menurut data National Bureau of Statistics (NBS) China, batu bara merupakan sumber energi utama di China, dengan kontribusi hampir 60 persen dari total penggunaan energi nasional, yang banyak digunakan untuk pemanasan, pembangkit listrik, dan pembuatan baja. Sementara India telah memerintahkan pembangkit listrik untuk mengimpor 10 persen batu bara.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya