China Jual Obligasi Global Setara Rp 56,38 Triliun

Kementerian Keuangan China akan menjual obligasi gabungan senilai USD 4 miliar atau sekitar Rp 56,38 triliun.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 20 Okt 2021, 17:34 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2021, 14:18 WIB
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)

Liputan6.com, Jakarta - China menjual obligasi dolar Amerika Serikat di Hong Kong dalam lima tahun berturut-turut. Penjualan obligasi tersebut bahkan ketika ketegangan muncul di pasar kredit di tengah kekhawatiran mendalam atas kesehatan keuangan perusahaan properti China.

Kementerian Keuangan akan menjual obligasi gabungan senilai USD 4 miliar atau sekitar Rp 56,38 triliun (asumsi kurs rupiah 14.095 per dolar AS) melalui kesepakatan empat tahap. Nilai penjualan obligasi itu lebih sedikit dari tahun lalu senilai USD 6 miliar atau sekitar Rp 84,49 triliun.

Mengutip yahoo finance, Rabu (20/10/2021), penawaran utang adalah ujian sentimen investor pada saat risiko spesifik China telah berkobar. 

Pengetatan peraturan pada sektor real estate China dan krisis utang China Evergrande Group telah mengembangkan gelombang kejutan melalui pasar kredit negara tersebut.

Imbal hasil ‘obligasi sampah’ atau junk bond baru-baru ini melonjak ke level tertinggi dalam satu dekade menjadi 20 persen berdasarkan indeks Bloomberg. Hal ini seiring investor menilai peningkatan risiko gagal bayar untuk beberapa peminjam dari China.

Namun, permintaan secara historis kuat untuk penawaran surat utang China yang membawa ke peringkat tingkat investasi.

Selain itu, membanjirnya uang tunai dari bank sentrak sejak pandemi COVID-19 telah memangkas biaya pembiayaan bagi banyak peminjam di seluruh dunia.

Adapun obligasi sampah atau junk bond adalah obligasi dengan peringkat di luar non-investment grade.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Perluas Jangkauan Investor

Syariah, Dolar AS, Saham, Obligasi? Optimalkan Potensi Tumbuh Dana Anda.
(Foto:Ilustrasi)

China kembali ke pasar obligasi dolar AS pada 2017 setelah jeda 13 tahun. Sejak itu melakukan aksi jual dan alami permintaan yang kuat. Penjualan obligasi gabungan senilai USD 17 miliar atau sekitar Rp 239,87 triliun hingga 2020 serta obligasi senlai 8 miliar euro atau USD 9,3 miliar (Rp 131,22 triliun) sejak 2019.

Penjualan obligasi pada 2021 ini melanjutkan jangkauannya ke investor institusi Amerika Serikat. Kementerian Keuangan memperluas jangkauan pembelian potensial pada tahun lalu dengan penerbitan 144A notes. Adapun belum ada jawaban dari kementerian mengenai penawaran obligasi itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya