Surplus Neraca Perdagangan RI Picu Aksi Beli Saham oleh Investor Asing

Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan dalam 17 bulan terakhir menjadi katalis positif bagi penguatan rupiah di tengah tren penguatan indeks dolar AS.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Okt 2021, 21:18 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2021, 21:18 WIB
FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan mengambil gambar layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Surplus Perdagangan hingga akhir September 2021 yang mencapai USD 25,07 miliar (ytd) menjadi sentimen positif yang mendorong net buy atau aksi beli investor asing di pasar saham Indonesia

Selama September 2021 saja, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia kembali surplus USD 4,37 miliar.  Sehingga secara akumulatif sembilan bulan tahun ini mencapai surplus neraca perdagangan sebesar USD 25,07 miliar, meningkat dibanding periode sama pada 2019 dan 2020.

"Trade surplus ini sudah kita alami sejak 17 bulan terakhir secara berturut-turut, yang sekaligus menjadi rekor terpanjang sejak 2011," kata Chief Economist Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) Budi Hikmat melalui siaran pers, Senin (25/10/2021).

Kenaikan trade surplus yang dilandasi oleh kenaikan harga komoditas unggulan Indonesia merupakan harus dimanfaatkan oleh pemerintah maupun pelaku usaha yang berkaitan dengan ekspor komoditas.

Sebab ini adalah momentum yang sangat baik untuk memacu re-industrialisasi terutama di sektor pertambangan untuk memperkuat daya saing negara, keuangan pemerintah dan memacu kesempatan kerja.

"Capaian trade surplus ini menjadi katalis positif bagi penguatan mata uang rupiah di tengah tren penguatan indeks dollar," kata dia.

Peningkatan penerimaan pemerintah sejalan kenaikan harga komoditas melandasi sentimen positif bagi Surat Berharga Negara (SBN).

Supply risk SBN diharapkan menurun sehingga memungkinkan yield SBN tetap menarik di tengah risiko tren yield obligasi berbagai negara yang cenderung naik.

"Membaiknya IDR currency risk dan SBN supply risk di atas melandasi optimisme capital inflow dana asing kembali menuju pasar modal Indonesia," kata Budi.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Aliran Dana Investor Asing yang Masuk ke Pasar Saham

IHSG 30 Mei 2017 Ditutup Melemah 0,33 Persen
Karyawan memerhatikan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Mandiri Sekuritas, Jakarta, Selasa (30/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selama Januari hingga September 2021, dana asing yang masuk di pasar reguler Bursa saham Indonesia telah mencapai Rp 40 triliun. Bahkan seminggu terakhir saja dana asing yang masuk mencapai Rp 4 triliun.

"Hal ini menandakan confidence level investor global terhadap perekonomian Indonesia cukup tinggi," ujar dia.

Tingkat kepercayaan investor asing kepada bursa saham nasional menunjukkan membaiknya trade surplus yang didorong oleh tingginya harga komoditas unggulan yang dipercaya akan meningkatkan kinerja keuangan banyak perusahaan yang memiliki fokus di perdagangan komoditas.

Eksposur komoditas unggulan seperti CPO, batubara dan nikel cukup besar pada kinerja ekspor nasional. Hingga kuartal I 2022, tren kenaikan harga komoditas unggulan diprediksi masih akan berlanjut terutama bagi komoditas batu bara dan sumber energi lain.

Namun, ke depan, pemerintah negara konsumen komoditas energi seperti China dan Eropa juga diprediksi akan melakukan intervensi untuk menurunkan harga komoditas energi yang sudah memicu lonjakan inflasi.

"Revolusi new economy yang semakin memacu digitalisasi, juga penggunaan teknologi otomotif dan energi terbarukan dan rivalitas multi polar antar negara melandasi booming sektor mining yang harus dimanfaatkan pemerintah melalui akselerasi strategi hilirasi, dan penguatan industri terkait guna meningkatkan nilai tambah. ” kata dia.

 

 

Reporter: Elizabeth Brahmana

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya