Liputan6.com, Jakarta - PT Bintang Samudera Mandiri Lines Tbk mencatatkan saham perdana di papan pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis, (16/12/2021). PT Bintang Samudera Mandiri Lines Tbk mencatatkan saham dengan kode BSML.
PT Bintang Samudera Mandiri Lines Tbk menjadi perusahaan tercatat ke-53 di BEI pada 2021. Perseroan mencatatkan jumlah saham 1.850.225.000 saham dengan saham pendiri 1.480.180.000 saham dan penawaran umum kepada masyarakat atau initial public offering (IPO) 370.045.000 saham.
Baca Juga
PT Bintang Samudera Mandiri Lines Tbk menawarkan harga saham perdana Rp 117 per saham dengan nilai nominal Rp 25 per saham. Dengan demikian, perseroan meraih dana Rp 43,29 miliar dari IPO.
Advertisement
Perseroan akan memakai dana hasil IPO antara sekitar 70 persen untuk modal kerja perseroan yaitu charter kapal, angkutan laut dan jasa agency, serta kegiatan operasional perseroan.
Kemudian 15 persen atau paling banyak sebesar Rp 5 miliar akan disalurkan melalui skema pinjaman kepada entias anak yaitu PT Bintang Samudera Mandiri Persada. Selanjutnya 15 persen untuk pembayaran sebagian utang bank.
Setelah IPO, pemegang saham perseroan antara lain PT Goldfive Investment Capital sebesar 54 persen, Negah Rama Gautama sebesar 14 persen, Pramayari Hardian Doktrianto sebesar 4 persen, Ariyanti Pelita Sari sebesar 4 persen, David Desanan Anan Winowod sebesar 4 persen dan masyarakat sebesar 20 persen.
Dalam pelaksanaan IPO ini, Bintang Samudera Mandiri telah menunjuk PT Danatama Makmur Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penghimpunan Dana IPO Sentuh Rp 62,08 Triliun hingga 8 Desember 2021
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat penghimpunan dana dari penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) mencapai Rp 62,08 triliun hingga 8 Desember 2021. Penghimpunan dana IPO itu berasal dari 50 emiten baru yang tercatat sepanjang 2021.
Perolehan dana IPO hingga 8 Desember 2021 itu meningkat dari sepanjang 2020 yang mencapai Rp 5,58 triliun. Pada 2020, emiten yang tercatat di BEI sebanyak 51 emiten.
Mengutip data BEI, pertumbuhan secara persentase jumlah perusahaan tercatat di Indonesia paling tinggi di ASEAN periode Oktober 2021-2016 jumlah perusahaan tercatat mencapai 751 emiten hingga Oktober 2021 dari 537 emiten pada 2016 sehingga ada pertumbuhan 40 persen.
Disusul Vietnam yang catat pertumbuhan 26 persen dari 320 emiten menajdi 404 emiten. Kemudian disusul Thailand dengan mencatat pertumbuhan 17 persen dari 656 emiten menajdi 767 emiten hingga Oktober 2021. Sedangkan Singapura turun 11,4 persen dari 757 emiten menjadi 671 emiten.
"Di antara negara ASEAN kita lihat Indonesia growth tertinggi. Singapura turun 11,4 persen. Posisi kedua Vietnam 26 persne, Vietnam masih baru mulai dibuka dan growth sangat tinggi berkisar 404 perusahaan. Malaysia hampir rata, selama enam tahun pertumbuhan 4,8 persen, Thailand pertumbuhan masih bagus,” ujar Direktur Utama BEI Inarno Djajadi, saat media gathering dikutip Minggu (12/12/2021).
Hingga 9 Desember 2021, ada 51 emiten yang sudah tercatat di BEI. Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan, ada tiga lagi perusahaan yang akan catatkan saham perdana pada pekan ketiga Desember 2021. Dengan demikian, hingga pekan ketiga Desember 2021, ada 54 emiten baru.
“Fund raised spike lagi dari 2020 terkumpul Rp 5,58 triliun untuk 51 perusahaan tercatat. (2021-red) 50 perusahaan tercatat Rp 62,08 triliun kalau dibandingkan negara Asia, baik jumlah perusahaan tercatat dan fund raise mudah-mudahan kita tertinggi,” kata Nyoman.
Advertisement