Konflik Rusia-Ukraina Memanas, Bursa Saham Asia Lesu

Bursa saham Asia Pasifik lesu pada perdagangan Kamis, (24/2/2022) mengikuti wall street.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 24 Feb 2022, 09:22 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2022, 09:22 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Orang-orang berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Bursa saham Asia turun setelah Korea Utara (Korut) melepaskan rudalnya ke Samudera Pasifik. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Kamis (24/2/2022) seiring investor kembali fokus mencermati perkembangan ketegangan antara Rusia dan Ukraina.

Indeks Australia ASX 200 melemah 2,19 persen. Indeks Jepang Nikkei tergelincir 0,72 persen, dan indeks Topix susut 0,46 persen. Di Korea Selatan, indeks Kospi merosot 1,34 persen. Adapun Bank Sentral Korea Selatan akan menggelar pertemuan pada Kamis pekan ini. Demikian mengutip laman CNBC, Kamis pekan ini.

Di sisi lain, Alibaba juga akan melaporkan rilis kinerja kuartal III. Selain itu, kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan di Rusia dan Ukraina tetap menjadi fokus.

Pada Rabu, 23 Februari 2022,  Ukraina mengumumkan akan memberlakukan keadaan darurat selama 30 hari dan kemungkinan alami perpanjangan. Langkah tersebut harus terlebih dahulu disetujui parlemen. Ukraina juga memperingatkan warganya untuk meninggalkan Rusia dan menghindari perjalanan ke Rusia.

Krisis memasuki fase baru pekan ini seiring Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Moskow akan resmi mengakui kemerdekaan dua daerah yang memisahkan diri pro Moskow di Ukraina Timur. Selain media yang dikendalikan Pemerintah Rusia juga melaporkan Moskow telah mulai evakuasi staf kedutaan besar di Kyiv, ibu kota Ukraina.

Di wall street, tiga indeks utama alami koreksi. Indeks S&P 500 turun 1,8 persen, dan terkoreksi lebih dalam. Indeks Dow Jones merosot 1,38 persen menjadi 33.131,76. Indeks Nasdaq tergelincir 2,6 persen menjadi 13.037,49.

Indeks dolar AS berada di posisi 96,19. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 114,91 per dolar AS. Sedangkan dolar Australia berada di posisi USD 0,7216.

Harga minyak berjangka Amerika Serikat naik 1,36 persen ke posisi USD 93,35 per barel pada perdagangan di Asia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Penutupan Wall Street pada Rabu 23 Februari 2022

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street turun tajam pada perdagangan Rabu, 23 Februari 2022. Hal ini seiring meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina mendorong rata-rata indeks saham utama ke posisi terendah pada 2022.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melemah 1,8 persen menjadi 4.225,50. Indeks Dow Jones merosot 464,85 poin menjadi 33.131,76. Indeks Nasdaq susut 2,6 persen menjadi 13.037,49.

Baik indeks Dow Jones dan Nasdaq alami koreksi untuk lima hari perdagangan berturut-turut. Indeks S&P 500 merosot untuk empat hari berturut-turut.

“Saham akan berjuang untuk menemukan arah hingga pasar keuangan memiliki jawaban jelas tentang apakah krisis Rusia-Ukraina akan memiliki solusi diplomatic atau perang regional,” ujar Analis Oanda, Edward Moya dikutip dari CNBC, Kamis, 24 Februari 2022.

Saham maskapai dan pelayaran berada di zona merah. Demikian juga sejumlah saham perusahaan teknologi. Saham Delta Air Lines melemah 4,1 persen dan Tesla tergelincir 7 persen. Saham Amazon tersungkur 3,6 persen dan Apple turun 2,6 persen.

Saham Macy’s susut 5,2 persen, saham TJX Companies merosot 4,2 persen, Best Buy turun 2,1 persen dan Norstrom kehilangan 3,4 persen.

Ketegangan Rusia-Ukraina

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Investor telah hadapi ketegangan Rusia-Ukraina. Ukraina memperingatkan warganya agar tidak bepergian ke Rusia dan meninggalkan negara tetangga jika ada di sana. Sementara itu, Inggris siap menjatuhkan sanksi lagi kepada Rusia.

Ukraina juga mengatakan ada serangan denial of service (DDoS) massal lainnya yang mencegah entitas tertentu mengakses situs web pemerintah, demikian laporan NBC.

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mengumumkan akan mengizinkan sanksi untuk bergerak maju pada perusahaan yang bertanggung jawab untuk membangun pipa gas Nord Stream 2 Rusia, menyusul sanksi tahap pertama terhadap Rusia pada Selasa, 22 Februari 2022 yang menargetkan bank rusia, tiga individu dan utang negara.

"Hari ini, saya telah mengarahkan pemerintahan saya untuk menjatuhkan sanksi pada Nord Stream 2 AG dan pejabat perusahaannya," ujar Biden.

Ia menuturkan, langkah ini adalah bagian lain dari tahap awal sanksi sebagai tanggapan atas tindakan Rusia di Ukraina. VanEck Russia ETF, yang diperdagangkan di Amerika Serikat yang investasi di perusahaan Rusia turun hampir 9,3 persen.

"Sementara ketidakpastian tetap ada, pekerjaan kami menunjukkan secara historis peristiwa militer dan krisis cenderung menyuntikkan volatilitas ke pasar dan sering menyebabkan penurunan jangka pendek, tetapi saham cenderung pada akhirnya menguat, kecuali peristiwa tersebut mendorong ekonomi ke dalam resesi,” ujar Senior Global Macro Strategist Truist, Eylem Senyuz.

Investor juga menghadapi kekhawatiran tentang rekor inflasi dan poros kebijakan moneter the Federal Reserve yang dapat akibatkan kenaikan suku bunga secepatnya bulan depan.

Wall street bertaruh ada peluang 100 persen kenaikan suku bunga pada pertemuan Maret 2022, berdasarkan CME Group’s FedWatch tool.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya