Liputan6.com, Tokyo - Jepang pada Selasa (22/2) mengatakan siap bergabung dengan Amerika Serikat dan negara-negara industri G7 lainnya dalam menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, jika Presiden Vladimir Putin memerintahkan invasi ke Ukraina.
Konfirmasi yang dilakukan oleh negara dengan perekonomian ketiga terbesar di dunia itu muncul ketika krisis di Eropa semakin dalam.
Pemimpin Rusia pada Senin (21/) memerintahkan pasukan untuk memasuki dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina Timur yang sekarang diakui Rusia sebagai negara merdeka, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Rabu (23/2/2022).
Advertisement
Baca Juga
Tindakan itu "tidak dapat diterima dan merupakan pelanggaran hukum internasional," Perdana Menteri Fumio Kishida, yang menelepon Putin pada Kamis untuk mendesak ia menahan diri. Jepang siap untuk memberikan tanggapan yang keras yang dapat mencakup sanksi, tambahnya.
Gedung Putih mengatakan pada Senin (21/2) malam bahwa pihaknya akan mengumumkan sanksi baru terhadap Rusia pada Senin "sebagai tanggapan atas keputusan dan tindakan Moskow hari ini."
Sanksi baru oleh Jepang, yang akan menambah sanksi yang diterapkan pada Rusia pada 2014 setelah menduduki Krimea, akan mencakup larangan cip semikonduktor dan ekspor teknologi utama lainnya dan pembatasan yang lebih ketat pada bank-bank Rusia, surat kabar Yomiuri melaporkan sebelumnya.
Meskipun Jepang bukan lagi pengekspor utama semikonduktor, dengan hanya 10 persen pangsa pasar cip global, Negara Sakura tersebut adalah produsen utama komponen elektronik khusus, seperti cip otomotif dan sensor gambar. Tokyo juga mendominasi di bidang industri lainnya, seperti peralatan manufaktur berteknologi tinggi.
Kishida dan pejabat pemerintah lainnya yang berbicara pada Selasa (22/2) tidak mengatakan sanksi apa yang sedang dipertimbangkan Jepang.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sikap Halus Jepang di Masa Lalu
Sikap keras Jepang terhadap Rusia kontras dengan pendekatan diplomatik yang lebih lunak ke Moskow yang diambil oleh pemerintah Jepang di masa lalu. Mereka merayu Putin dalam upaya untuk mengamankan kembalinya pulau-pulau yang diduduki oleh pasukan Rusia pada akhir Perang Dunia Kedua.
Diplomasi halus Jepang juga telah dibentuk oleh ketergantungannya pada Rusia untuk beberapa kebutuhan energinya. Pada 2021, Rusia menyediakan lebih dari 12 persen batu bara termal Jepang, dan hampir sepersepuluh dari gas alam cairnya.
Penderitaan ekonomi itu, bagaimanapun, telah diambil alih dalam beberapa tahun terakhir dengan meningkatnya kekhawatiran tentang kebangkitan kembali aktivitas militer Rusia di Asia Timur dan kerja sama keamanan Moskow yang semakin dalam dengan negara tetangga China.
"Ukraina menghadapi situasi yang tegang sekarang, jadi kita harus dengan tegas memperhatikan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi ekonomi Jepang," kata Menteri Keuangan Shunichi Suzuki pada Selasa (22/2).
Advertisement