Bursa Saham Asia Merosot Imbas Rusia dan Ukraina Masih Memanas

Bursa saham Asia Pasifik melemah menjelang akhir pekan, Jumat 4 Maret 2022 ikuti wall street. Hal ini seiring Rusia dan Ukraina masih memanas.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 04 Mar 2022, 08:38 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2022, 08:38 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik tergelincir pada perdagangan Jumat pagi (4/3/2022) seiring investor tetap khawatir atas invasi Rusia ke Ukraina.

Di Jepang, indeks Nikkei tergelincir 2,36 persen. Sedangkan indeks Topix merosot 1,83 persen. Indeks Korea Selatan Kospi melemah 1,27 persen. Di Australia, indeks SX 200 turun 1,41 persen. Indeks MSCI dari Asia Pasifik di luar Jepang susut 0,54 persen.

Indeks utama di Asia Pasifik kembali melemah setelah laporan kalau asap terlihat dari pembangkit listrik tenaga nuklir di Ukraina yang terbesar di Eropa, setelah pasukan Rusia menyerang. Situasi di Ukraina semakin memburuk dengan cepat, dan laporan dari negara itu sulit untuk dikonfirmasi.

“Sentimen risiko tetap rapuh dan sangat dipengaruhi oleh berita utama Rusia dan Ukraina juga oleh bank sentral yang tampaknya berkomitmen menaikkan suku bunga dan juga mencatat risiko kenaikan inflasi,” ujar Ekonom National Australia Bank, Tapas Stirckland dilansir dari CNBC, Jumat pekan ini.

Harga minyak berjangka Brent berada di posisi USD 110,4 per barel setelah naik ke level USD 119,84, level tertinggi sejak Mei 2012.

Di wall street, indeks Dow Jones melemah 96,69 poin menjadi 33.794,66. Indeks S&P 500 merosot 0,53 persen menjadi 4.363,49. Indeks Nasdaq tergelincir 1,56 persen menjadi 13.537,94.

Indeks dolar AS berada di posisi 97,785 setelah berada di bawah 97,5. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 115,29 per dolar AS. Dolar Australia berada di posisi USD 0,7307.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Penutupan Wall Street Kamis 3 Maret 2022

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Kamis, 3 Maret 2022. Wall street merosot dipicu tekanan sektor saham teknologi karena harga energi dan obligasi yang melambat serta investor memantau perkembangan perang di Ukraina.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones turun 96,69 poin atau 0,29 persen menjadi 33.794,66. Indeks S&P 500 tergelincir 0,53 persen menjadi 4.363,49. Indeks Nasdaq merosot 1,56 persen menjadi 13.537,94.

Saham perangkat lunak menekan wall street. Saham Okta dan Snowflake masing-masing turun 8 persen dan 15 persen setelah rilis laporan kuartalan. Saham Salesforce dan Adobe masing-masing merosot lebih dari dua persen. Saham Tesla turun 4,6 persen dan Amazon merosot 2,7 persen.

Saham defensif antara lain perawatan kesehatan dan utilitas menguat. Saham Duke Energy naik 1,8 persen dan Amgen menguat 1,7 persen. Saham Walmart bertambah lebih dari dua persen.

Pergerakan pasar terjadi setelah awal pekan yang bergejolak dengan pembalikan tajam. Sektor saham teknologi terutama telah berada dalam tren turun selama beberapa bulan terakhir.

Sejumlah pihak di wall street berargumen kalau pasar sudah menemukan titik terendahnya pada 2022. Pada Kamis, 3 Maret 2022, pengamat Citi meningkatkan pandangannya tentang saham di Amerika Serikat dan sektor teknologi informasi global.

“Meskipun peristiwa sulit di Ukraina, saham global cukup kuat. Kerugian telah terkonsentrasi di saham dengan ekposur langsung Rusia dan keuangan. Kami mash ingin membeli saat bursa turun, dan menyoroti kalau bursa saham global telah berakhir 10 persen-20 persen lebih tinggi setelah krisis geopolitik sebelumnya,” Strategist Citi Robert Buckland dilansir dari CNBC, Jumat (4/3/2022).

Namun, pengamat lain memperingatkan kalau 2022 dapat menjadi tahun bergejolak seiring pasar mempertimbangkan kenaikan suku bunga dan pengetatan kebijakan dari bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve.

“Pasar telah tangguh. Berapa lama itu akan bertahan? Itu semakin melemah karena the Fed tidak menyuntikkan likuiditas mulai bulan ini,” ujar Ekonom Allianz Mohamed El-Erian.

Ia memperkirakan, secara teknikal, indeks saham akan jauh lebih tertekan pada 2022. “Dan itu berarti pasar yang lebih bergejolak dan itu juga berarti akan ada lebih banyak tekanan ke pasar,” kata dia.

Harga energi bergerak lebih tinggi pada perdagangan semalam tetap mereda pada Kamis pagi. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) di bawah USD 110 per barel. Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun Amerika Serikat turun menjadi 1,85 persen setelah mengalami lompatan terbesar sejak 2020 selama sesi sebelumnya.

Investor terus mengamati situasi di Ukraina. Pertempuran memasuki minggu kedua. Ukraina mempertahankan ibu kota Kiev. Akan tetapi, penembakan berat menghantam Maripol dan Kharkiv. Pejabat Rusia dan Ukraina mengadakan putaran negosiasi lain di Belarus. AS mengumumkan putaran sanksi lain terhadap elit keuangan Rusia.

“Situasinya sangat cair di Ukraina. Kami tidak tahu di mana posisi terendah di pasar, tetapi kami terus percaya ekonomi Amerika Serikat akan memiliki pertumbuhan di atas rata-rata tahun ini,” ujar Senior Global Market Strategist Wells Fargo Investment Institute Scott Wren.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya