S&P Dow Jones Hapus Saham Rusia dari Indeks Gara-gara Invasi ke Ukraina

Penghapusan sehubungan dengan invasi negara tersebut ke Ukraina, yang semakin mengisolasi negara tersebut dari ekonomi global.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 05 Mar 2022, 09:33 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2022, 08:37 WIB
Raksasa indeks S&P Dow Jones Indices
Raksasa indeks S&P Dow Jones Indices

Liputan6.com, Jakarta Raksasa indeks S&P Dow Jones Indices mengatakan menghapus semua saham yang terdaftar dan/atau berdomisili di Rusia dari tolok ukurnya. 

Penghapusan sehubungan dengan invasi negara tersebut ke Ukraina, yang semakin mengisolasi negara tersebut dari ekonomi global.

"Penghapusan itu, yang efektif sebelum pembukaan Rabu pekan depan, juga mempengaruhi tanda terima penyimpanan (ADR) Rusia-Amerika," kata Indeks S&P Dow Jones melansir laman CNBC, Sabtu (5/3/2022). 

Perusahaan, yang merupakan penjaga Dow Jones Industrial Average dan S&P 500, juga mengatakan akan mendeklasifikasi Rusia sebagai pasar negara berkembang dan mengkategorikannya sebagai grup mandiri.

Langkah itu dilakukan ketika pasukan Rusia menyerang pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar Eropa di Ukraina pada Jumat pagi, menyebabkan kebakaran di fasilitas pelatihan yang berdekatan. Kedutaan Besar AS di Kyiv menyebut serangan itu sebagai kejahatan perang.

 

Penghentian Perdagangan

Wallstreet
Wallstreet

Sebelumnya NYSE menghentikan perdagangan di tiga ETF Rusia — Franklin FTSE Russia ETF (FLRU), iShares MSCI Russia ETF (ERUS) dan Direxion Daily Russia Bull 2X Shares (RUSL). Pertukaran itu mengutip "keprihatinan peraturan" untuk penghentian ini.

Dana yang diperdagangkan di bursa yang melacak saham Rusia telah mengalami kemunduran sejak ketegangan geopolitik meningkat.

iShares MSCI Russia ETF anjlok 33,4 persen mencatatkan hari terburuk pada Selasa sejak didirikan pada 2010, dan setelah kehilangan 27,9 persen pada hari Senin.

Sementara itu, saham VanEck Russia ETF berakhir Februari turun 54,9 persen, menutup bulan terburuk yang pernah ada.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya