Liputan6.com, Jakarta - Kecelakaan maut China Eastern Airlines 737-800 dapat menghambat upaya Boeing untuk mendapatkan kembali landasan di pasar pesawat terbesar di dunia dan mengirimkan lebih dari 140 737 MAX jet yang sudah dibuat untuk pelanggan China.
Pesawat Boeing 737-800 jatuh pada Senin, 21 Maret 2022 tidak memiliki peralatan yang menyebabkan 737 MAX jatuh lebih dari tiga tahun lalu, tetapi itu mungkin tidak membuat perbedaan bagi penumpang China dan regulator nasional yang dikenal dengan persyaratan keselamatan yang cermat.
China Eastern Airlines mengatakan penyebab kecelakaan itu sedang diselidiki. Kecelakaan semacam itu biasanya melibatkan banyak faktor, dan para ahli memperingatkan masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan tentang penyebab potensial, terutama mengingat informasi yang langka tersedia. Demikian mengutip dari Channel News Asia, Selasa (22/3/2022).
Advertisement
Baca Juga
Sedangkan, China merupakan negara pertama yang mengandangkan 737 MAX setelah kecelakaan fatal di Indonesia dan Ethiopia lebih dari tiga tahun lalu, dan satu-satunya pasar utama di mana MAX belum melanjutkan penerbangan komersial.
Pesawat 737 MAX yang dibuat untuk anak perusahaan China Eastern Shanghai Airlines lepas landas dari Seattle menuju pabrik penyelesaian Boeing di Zhoushan pekan lalu, sumber industri mengatakan, sebagai tanda kembalinya model ke layanan di China sudah dekat.
Pesawat itu mendarat di Guam pada 15 Maret sebagai bagian dari perjalanan dan belum bergerak dalam seminggu sejak itu, menurut situs web FlightRadar24. Boeing menolak berkomentar.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kata Analis
Analis CFRA Research, Colin Scarola menuturkan, dirinya tidak akan terkejut jika kecelakaan itu kembali menunda kembalinya MAX di China. Regulator penerbangan sangat teliti dalam masalah keselamatan.
Saham Boeing pun ditutup melemah 3,6 persen di bursa saham Amerika Serikat pada Senin, 21 Maret 2022.
Maskapai China tidak membutuhkan pesawat MAX baru karena permintaan turun menyusul wabah COVID-19 terbesar di negara itu dalam dua tahun, menurut sumber industri.
Namun, pabrikan AS memiliki lebih dari 140 jet MAX yang sudah dibuat untuk pelanggan China yang menunggu untuk dikirim begitu jet kembali ke layanan komersial di sana, kata seseorang yang mengetahui masalah tersebut.
Tak hanya itu, 737-800 yang jatuh adalah model sebelumnya dengan catatan keselamatan yang kuat dan ada hampir 1.200 dalam pelayanan di China, menjadikannya pasar terbesar di dunia untuk pesawat, menurut perusahaan konsultan penerbangan IBA.
Lebih dari 4.200 737-800 beroperasi secara global, menurut data dari perusahaan penerbangan Cirium. China Eastern telah mengandangkan armada 737-800-nya, media pemerintah melaporkan. Ini adalah operator jenis terbesar keenam di negara itu, dengan 89 pesawat, kata IBA, tetapi maskapai China lainnya terus menerbangkan jet dan China Eastern belum mengandangkan 737-700 yang serupa tetapi sedikit lebih kecil.
Analis Jefferies mengatakan regulator penerbangan China tidak mungkin mengandangkan armada 737-800 kecuali secara khusus mencurigai kegagalan teknis sebagai akar penyebab karena konsekuensi operasional dari mengandangkan lebih dari 1.000 pesawat di pasar penerbangan domestik terbesar kedua di dunia.
Namun, ada kekhawatiran publik China dapat menghindari terbang dengan 737-800 sampai penyebab kecelakaan ditentukan, mengingat masalah reputasi yang lebih luas dengan keluarga 737 yang disebabkan oleh MAX, kata analis Cowen Cai von Rumohr dalam sebuah catatan.
"Oleh karena itu, mengisolasi penyebab kecelakaan akan sangat penting," tambahnya
Advertisement
Bantu Penyelidikan
Mencatat penyebab utama kecelakaan transportasi udara komersial cenderung masalah pemeliharaan, kesalahan pilot atau sabotase, daripada masalah manufaktur atau desain.
Selain itu, Boeing juga membatalkan pertemuan eksekutif seniornya yang dijadwalkan minggu ini di Miami untuk memusatkan perhatiannya pada membantu penyelidikan dan China Eastern, orang kedua yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters.
"Kami telah menjalin komunikasi yang erat dengan pelanggan kami dan otoritas pengatur sejak kecelakaan itu, dan telah menawarkan dukungan penuh dari para ahli teknis kami untuk penyelidikan," kata CEO Boeing Dave Calhoun, dikutip dari Channel News Asia.