Bursa Saham Asia Beragam Jelang Rilis PDB China

Bursa Saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Jumat, 15 Juli 2022 jelang data PDB China.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 15 Jul 2022, 09:28 WIB
Diterbitkan 15 Jul 2022, 09:06 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia bervariasi pada perdagangan Jumat pagi (15/7/2022). Sementara itu, bursa saham China melemah di Asia jelang rilis data produk domestik bruto (PDB) dan penjualan ritel.

Indkes Shanghai melemah 0,48 persen, dan indeks Shenzhen susut. Di Australia, indeks ASX 200 merosot 1,44 persen. Indeks Korea Selatan Kospi tergelincir 0,64 persen dan indeks Kosdaq terpangkas 0,94 persen. Demikian mengutip laman CNBC, Jumat pekan ini.

Indeks Jepang Nikkei menguat 0,13 persen, sedangkan indeks Topix merosot 0,33 persen. Saham pemilik Uniqlo, Fast Retailing melompat 7,29 persen setelah rilis laporan laba kuartalan cetak rekor, berdasarkan laporan Reuters.

Indeks Hang Seng Hong Kong  melemah 0,77 persen. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang merosot 0,51 persen. China melaporkan data PDB kuartal II 2022, diikuti data produksi industri dan penjualan ritel.

Pertumbuhan diperkirakan 1 persen dibandingkan periode sama tahun lalu, menurut jajak pendapat analis Reuters. Hal itu menjadi rilis PDB terlemah sejak kuartal I 2022 ketika pandemic COVID-19 melanda. Produksi industri diperkirakan tumbuh 4,1 persen, sementara penjualan ritel terlihat mendatar, berdasarkan jajak pendapat Reuters.

Secara terpisah di China, saham bank dan real estate terpukul pada perdagangan Kamis pekan ini karena pembeli rumah boikot pembayaran hipotek untuk proyek properti yang belum selesai.  Di sisi lain South China Morning Post melaporkan boikot telah berkembang dengan pembeli lebih dari 230 properti di 86 kota tidak melakukan pembayaran hipotek.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Indeks Dolar AS

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Saham Alibaba yang terdaftar di AS turun lebih dari 4 persen pada perdagangan Kamis, 14 Juli 2022 setelah Wall Street Journal melaporkan eksekutif perusahaan dipanggil oleh otoritas yang selidiki pencurian data polisi. Saham raksasa teknologi di Hong Kong turun sekitar 4 persen pada awal perdagangan.

Indeks saham Amerika Serikat tergelincir pada Kamis pekan ini setelah laba bank mengecewakan.  Indeks dolar AS turun 0,46 persen atau 142,62 poin menjadi 30.630,17. Indeks S&P 500 melemah 0,3 persen menjadi 3.790,38. Indeks Nasdaq naik tipis 0,03 persen ke posisi 11.251,19.

Indeks dolar AS berada di posisi 108,607. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 138,88 setelah di posisi 139. Dolar Australia berada di posisi 0,6749. Harga minyak pada jam perdagangan di Asia menguat. Harga minyak berjangka Amerika Serikat naik ke posisi USD 95,82 per barel, dan harga minyak Brent bertambah 0,17 persen ke posisi USD 99,27 per barel.

Penutupan Wall Street 14 Juli 2022

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Kamis, 14 Juli 2022 seiring laba bank besar mengecewakan. Di sisi lain, pelaku pasar menilai kemungkinan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) akan lebih memperketat kebijakan moneter dan kekhawatiran resesi masih ada.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 0,46 persen atau 142,62 poin menjadi 30.630,17. Indeks S&P 500 merosot 0,3 persen menjadi 3.790,38. Indeks Nasdaq naik tipis 0,03 persen menjadi 11.251,19.

Saham berada di wilayah negatif tetapi jauh dari posisi terendahnya. Pada satu titik, indeks Dow Jones anjlok 628 poin, indeks Nasdaq dan S&P 500 masing-masing turun lebih dari dua persen. Saham berada di wilayah negatif pada pekan ini.

“Jika bank adalah barometer ekonomi secara keseluruhan, serta apa yang mungkin kita dapatkan dari laporan laba lainnya ke depan, itu akan menjadi kuartal yang buruk,” ujar Chief Investment CFRA, Sam Stovall dikutip dari laman CNBC, Jumat (15/7/2022).

Laba dari bank-bank besar pada Kamis pekan ini menawarkan petunjuk lebih lanjut tentang kesehatan ekonomi AS, ketakutan akan resesi.

Gerak Saham di Wall Street

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Saham JPMorgan Chase merosot 3,5 persen setelah bank menambah cadangan kredit macet dan menghentikan pembelian kembali sahamnya atau buyback, menandakan prospek ekonomi yang lebih hati-hati.

Ketika laba turun, CEO Jamie Dimon memperingatkan ekonomi dapat terkena dampak dari lonjakan inflasi, ketegangan geopolitik, dan berkurangnya kepercayaan konsumen di masa depan.

Melanjutkan tren, saham Morgan Stanley tergelincir sekitar 0,4 persen seiring penurunan tajam pendapatan investment banking. Sementara itu, saham Goldman Sachs melemah hampir 3 persen. Rilis laba dari bank-bank besar berlanjut pada Jumat pekan ini. Saham Wells Fargo dan Citigroup masing-masing turun 0,8 persen dan 3 persen pada perdagangan Kamis pekan ini.

Hasil dari bank menimbulkan kekhawatiran lebih lanjut seiring perkiraan laba mungkin telah meningkat terlalu banyak dalam beberapa bulan terakhir. Chief Investment Officer Crossmark Global Investments, Bob Doll menuturkan, berapa banyak angka-angka itu menurun tergantung pada keadaan ekonomi dan seberapa keras resesi melanda kapan jika itu menyerang.

“Pasar akhirnya khawatir tentang fakta perkiraan, yang naik hampir tanpa henti selama paruh pertama tahun ini, akan berada di bawah tekanan, dan tentu saja pelakunya hari ini adalah JPMorgan,” ujar dia.

“Bagaimana perusahaan Amerika Serikat, di tengah ekonomi yang melambat dan tekanan biaya memiliki laba yang diharapkan oleh konsensus. Angka-angka itu harus turun,” kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya