Meneropong Prospek Sektor Saham Konsumsi pada Kuartal IV 2022

Sejumlah katalis positif dan negatif membayangi sektor saham konsumer atau konsumsi pada kuartal IV 2022.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 27 Sep 2022, 06:02 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2022, 06:02 WIB
Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Analis menilai sektor saham konsumsi memiliki prospek yang baik pada kuartal IV 2022. Hal tersebut dipengaruhi oleh sentimen positif libur Natal dan Tahun Baru.

"Saham-saham sektor konsumer biasanya mempunyai prospek yang bagus di semester II, terutama pada kuartal IV. Dipicu oleh adanya sentimen positif libur natal dan tahun baru yang berpotensi meningkatkan volume penjualan,” kata Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Priscilla kepada Liputan6.com, ditulis Selasa (27/9/2022).

Priscilla juga menyebutkan, prospek sektor saham konsumer dipengaruhi oleh harga bahan baku.

“Faktor utama yang mempengaruhi prospek sektor saham konsumer adalah harga bahan baku dimana harga bahan baku yang tinggi juga akan menyebabkan melonjaknya biaya produksi,” kata dia.

Meskipun terjadi kenaikan bahan baku, tetapi hal tersebut berpotensi meningkatkan keuntungan Perseroan pada semester II 2022.

"Walaupun ada sedikit kenaikan harga gandum dan CPO pada Agustus, tetapi keduanya sudah turun sebesar 35 persen dan 49 persen menjadi USD 880 dan MYR 3.736 dari harga puncaknya masing-masing di USD 1.347 dan MYR 7.268, pada Maret 2022. Hal ini tentunya berpotensi mengurangi COGS dan meningkatkan profitabilitas perseroan pada semester II ini,” imbuhnya.

Priscilla menuturkan, kenaikan inflasi dan harga bahan bakar minyak (BBM) tentunya memberikan pengaruh terhadap semua sektor tanpa terkecuali.

Akan tetapi, sektor konsumer atau non-cyclicals merupakan sektor yang bisa dibilang cukup bertahan, karena produknya adalah barang-barang kebutuhan pokok. Hal ini seiring barang-barang tersebut dibutuhkan oleh masyarakat hampir setiap hari. 

"Sehingga, walaupun ada kenaikan inflasi, masyarakat cenderung akan tetap membeli produk-produk sektor konsumer,” ujar dia.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

Saham Pilihan

IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Untuk saham-saham yang menarik dicermati, Priscilla memilih antara lain saham dari PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR).

“Saham-saham sektor konsumer yang masih menarik untuk dicermati adalah CMRY dan MYOR. Kami mempertahankan CMRY dengan peringkat buy pada TP 5.300, lebih tinggi dari TP sebelumnya di 4.800 karena potensi penambahan kapasitas produksi yang signifikan setelah diselesaikannya ekspansi dari fasilitas produksi segmen makanan konsumen pada akhir tahun ini,” kata dia. 

Tak hanya itu, Priscilla mengungkapkan, secara kumulatif, laba bersih CMRY pada semester I 2022 berhasil tumbuh 59,4 persen secara tahunan menjadi Rp 581,1 miliar mengikuti kenaikan pendapatan Perseroan sebesar 98,1 persen secara tahunan menjadi Rp 3,1 triliun. 

"Untuk MYOR, meskipun kinerja kuartal II 2022 kurang baik, pihaknya mempertahankan peringkat BUY pada TP 2.100. Karena faktor musiman setiap akhir tahun, penjualan MYOR pada semester II biasanya lebih tinggi dari semester I," katanya. 

Priscilla berpandangan, pendapatan semester II 2022, perseroan mungkin lebih tinggi dari semester I 2022 karena volume penjualan yang lebih baik. 

"Pembukaan kembali beberapa kota di China pasca lockdown COVID-19 baru-baru ini diharapkan dapat meningkatkan kontribusi penjualan ekspor MYOR dari negara tersebut," kata dia.

Tantangan

Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis mengatakan, sektor konsumsi masih memiliki potensi positif hal ini karena mulai menurunnya harga komoditas, tetapi di sisi lain sektor konsumsi juga masih memiiki tantangan seperti kenaikan harga BBM yang dapat melemahkan daya beli masyarakat.

"Kenaikan BBM akan meningkatkan beban distribusi hal ini akan membuat emiten sektor konsumsi menaikan harga produknya sehingga dapat berpotensi melemahkan permintaan dari produk tersebut," kata Abdul.

Tak hanya itu, libur Natal dan Tahun Baru bisa memberikan pengaruh terhadap permintaan yang tinggi meskipun sementara.

"Libur Natal dan Tahun Baru bisa berdampak pada permintaan yang tinggi, tetapi hal ini akan berdampak sementara saja," kata dia.

Untuk rekomendasi saham yang dapat dicermati pelaku pasar, Abdul memilih saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).

"ICBP dengan rekomendasi trading buy dengan potensi upside 10-15 persen," imbuhnya.

 

 

Penutupan IHSG 26 September 2022

IHSG Menguat
Seorang pria mengambil gambar layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Seiring berjalannya perdangan, penguatan IHSG terus bertambah tebal hingga nyaris mencapai 1,50 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) betah di zona merah hingga penutupan perdagangan Senin, 26 September 2022. Mayoritas sektor saham tertekan pada awal pekan ini.

Mengutip data RTI, IHSG melemah 0,71 persen ke posisi 7.127,50. Indeks LQ45 turun 0,53 persen ke posisi 1.020,19. Sebagian besar indeks acuan tertekan. Pada awal pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.178,50 dan terendah 7.039,24. Sebanyak 442 saham melemah sehingga menekan IHSG. 134 saham menguat. 128 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 1.364.832 kali dengan volume perdagangan saham 23,1 miliar saham. Nilai transaksi Rp 14,8 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.058.

Mayoritas sektor saham tertekan kecuali indeks sektor saham IDXfinance naik 0,21 persen. Sementara itu, indeks sektor saham IDXenergy merosot 3,98 persen, dan catat koreksi terbesar. Diikuti indeks sektor saham IDXindustry melemah 2,73 persen, indeks sektor saham IDXtechno susut 2,25 persen.

Selain itu, indeks sektor saham IDXtransportasi turun 1,31 persen, indeks sektor saham IDXinfrastruktur merosot 1,17 persen, indeks sektor saham IDXbasic melemah 1,34 persen, indeks sektor saham IDXinfrastruktur susut 1,17 persen. Indeks sektor saham IDXsiklikal tergelincir 0,29 persen dan indeks sektor saham IDXhealth susut 0,26 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya