Liputan6.com, Jakarta - - Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah melakukan upaya untuk mendorong perusahaan menjadi emiten melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).
BEI pun menjelaskan beberapa manfaat yang bisa dirasakan oleh perusahaan jika sudah melakukan IPO. Kepala Divisi Layanan dan Pengembangan Perusahaan Tercatat (LPP) BEI, Saptono Adi Junarso menuturkan, terdapat beberapa manfaat yang diperoleh perusahaan setelah mencatatkan sahamnya di bursa.
Baca Juga
Kepala Divisi Layanan dan Pengembangan Perusahaan Tercatat BEI, Saptono Adi Jurnarso mengatakan, perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa tentu saja akan mendapatkan pendanaan.
Advertisement
"Jadi manfaat go public sangat banyak, tapi pendanaan bukan satu-satunya manfaat go public, tapi bisa meningkatkan nilai perusahaan. Maka, ada nilai baru yang menjadi value bagi perusahaan, yaitu harga saham yang sebelumnya tidak dimiliki perusahaan,” kata Saptono dalam Capital Market Summit & Expo 2022, Kamis (13/10/2022).
Bukan hanya itu, dengan melantai di bursa juga bisa menciptakan kemandirian perusahaan di saat membutuhkan pendanaan. Di mana, perusahaan bisa langsung melakukan penggalangan dana atau fundraising melalui pasar modal. "Kemudian bisa mendapatkan mitra strategis,” kata dia.
Dengan melantai di bursa perusahaan bisa mempercepat penerapan good corporate governance (GCG). Bahkan, menjadi perusahaan terbuka juga bisa menghindari kemungkinan perpecahan pemilik perusahaan.
Selain itu, terdapat likuiditas bagi pemilik, karyawan sehingga mampu meningkatkan loyalitas karyawan yang diberikan saham.
"Dengan go public perusahaan memberikan saham kepada karyawan, maka ada likuiditas untuk pemilik dan karyawan untuk menjual sahamnya,” ujar dia.
Saptono menjelaskan, citra perusahaan pun akan meningkat karena go public, perusahaan akan masuk ke bursa, di mana menjadi tempat yang bisa diperhatikan investor di seluruh dunia. Namun, yang penting bisa meningkatkan kinerja perusahaan.
Dia mengatakan, terdapat hal yang paling penting dari IPO ini, yakni mendapatkan insentif pajak. Insentif pajak untuk perusahaan terbuka yakni, tarif PPh Badan Go Public dengan persyaratan tertentu menjadi 3 persen lebih rendah dari tarif normal.
44 Emiten Baru Raup Dana Rp 21,8 Triliun Melalui IPO
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat hingga 20 September 2022, ada 44 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI. Total dana yang dihimpun dari penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) tersebut mencapai Rp 21,8 triliun.
“Hingga 20 September 2022 telah ada 44 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp 21,8 triliun,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, kepada wartawan ditulis Rabu (21/9/2022).
Saat ini BEI juga proses 29 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham di BEI hingga 19 September 2022. Nyoman menambahkan, dari 29 calon perusahaan tercatat dalam pipeline pencatatan saham, beberapa di antaranya menargetkan emisi lebih dari Rp 1 triliun. Untuk sektor sahamnya ada dari sektor energi, teknologi dan keuangan. Namun, Nyoman belum menyampaikan detil mengenai perusahaan tersebut hingga perusahaan itu mendapatkan izin publikasi dari OJK.
Seiring jumlah calon perusahaan tercatat dalam pipeline itu, ia berharap pencatatan saham pada 2022 dapat melebihi pencapaian 2021.
“Dengan mempertimbangkan jumlah perusahaan pada pipeline pencatatan saham, kami berharap jumlah pencatatan saham pada tahun ini dapat melampaui pencapaian pada tahun lalu,” kata dia.
Advertisement
Sektor Saham
Berdasarkan catatan BEI, berikut klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline saham merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017:
-4 perusahaan aset skala kecil (aset di bawah Rp 50 miliar)
-7 perusahaan aset skala menengah (aset antara Rp 50 miliar-Rp 250 miliar)
-18 perusahaan aset skala besar (aset di atas Rp 250 miliar)
Rincian sektornya antara lain:
-1 perusahaan dari sektor basic materials
-4 perusahaan dari sektor consumer siklikal
-3 perusahaan dari sektor consumer non siklikal
-2 perusahaan dari sektor energi
-2 perusahaan dari sektor keuangan
-4 perusahaan dari sektor perawatan kesehatan
-2 perusahaan dari sektor industri
-1 perusahaan dari sektor infrastruktur
-1 perusahaan dari sektor properti dan real estate
-5 perusahaan dari sektor teknologi
-4 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik.
IHSG Tumbuh 6 Persen, Imbal Hasil BEI Terbesar ke-5 di Dunia
Sebelumnya, kinerja pasar modal tanah air cukup terjaga meski di tengah gempuran inflasi dan berbagai sentimen global. Sampai saat ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tumbuh sekitar 6 persen secara tahunan (year on year/yoy).
"Kemarin IHSG kita tumbuh sekitar 6 persen. Itu merupakan bursa terbaik kelima di dunia. Sepanjang tahun ini, tidak ada sampai 10 bursa di dunia ini yang bisa mencatatkan pertumbuhan positif. BEI adalah salah satunya,” kata Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik dalam Economic Outlook and Market Outlook dan Peluncuran MOST Trading Challenge Chapter 3 Mandiri Sekuritas, Rabu (12/10/2022).
Adapun nilai rata-rata transaksi harian di BEI tumbuh sekitar 14,4 persen. Dari semula sekitar Rp 13 triliun, kini menjadi Rp 15 triliun. Bersamaan dengan itu, volume transaksi dan frekuensi juga tumbuh sekitar 18 persen.
“Ini artinya adalah optimisme pasar kita sangat optimis, paling tidak sepanjang tahun ini. Tantangannya adalah bagaimana optimisme ini kita jaga bersama,” imbuh Jeffrey.
Advertisement
Ditopang Pertumbuhan Investor Domestik hingga September 2022
Jumlah investor pasar modal telah mencapai 9.777.034 SID, tumbuh 30,55 dibandingkan posisi akhir tahun lalu. Pertumbuhan ini disebut menjadi salah satu penopang pasar modal Indonesia.
“Investor lokal kita sudah menjadi basis yang sangat kuat di pasar modal kita. Hari ini sekitar 70 persen nilai transaksi dikontribusikan investor domestik. Ada sekitar 30 persen transaksi kita dari investor asing. dan kira-kira 49 persen dari investor ritel,” ungkap Jeffrey.
Pada penutupan perdagangan Rabu, 12 Oktober 2022, IHSG turun 0,43 persen ke posisi 6.909,21. Dengan demikian, kinerja IHSG berada di posisi ke-6 dunia.
Pada urutan lima ada indeks saham acuan Brazil yang naik 9,54 persen. Selanjutnya, indeks saham acuan Qatar tumbuh 10,28 persen dan berada di posisi empat.
Lalu, indeks acuan Chile naik 15,79 persen sehingga berada di posisi tiga. Posisi dua ditempatkan indeks saham acuan Argentina yang bertambah 64,05 persen dan berada di posisi dua. Sedangkan posisi pertama dipegang indeks saham acuan Turki yang melambung 90,96 persen.