Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) akan melakukan pemecahan nilai nominal saham atau stock split dengan demikian nilai nominal baru jadi Rp 125 dari sebelumnya Rp 250.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (4/2/2023), PT Bank Mandiri Tbk menyatakan, rencana stock split tersebut sesuai dengan hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 3 Februari 2023.
Baca Juga
Dengan stock split tersebut nilai nominal baru saham Bank Mandiri menjadi Rp 125 per saham dari sebelumnya Rp 250 per saham. Adapun jumlah saham setelah stock split menjadi 93.333.333.332 saham. Sebelum stock split, jumlah saham Bank Mandiri sebesar 46.666.666.666 saham.
Advertisement
Jadwal Stock Split
- Tanggal efektif pada 10 April 2023
- Akhir perdagangan saham dengan nilai nominal lama di seluruh pasar pada 6 April 2023
- Mulai perdagangan saham dengan nilai nominal baru di pasar regular dan negosiasi pada 10 April 2023
- Mulai perdagangan saham dengan nilai nominal baru di pasar tunai pada 12 April 2023
Pada penutupan perdagangan saham Jumat, 3 Februari 2023, saham BMRI naik 2,06 persen ke posisi Rp 9.925 per saham. Saham BMRI dibuka naik 25 poin ke posisi Rp 9.750 per saham.
Saham BMRI berada di level tertinggi Rp 9.950 dan terendah Rp 9.750. Total frekuensi perdagangan saham 9.802 kali dengan volume perdagangan 648.034 saham. Nilai transaksi Rp 640 miliar.
Bank Mandiri Bidik Penyaluran Kredit Tumbuh 12 Persen
Sebelumnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menargetkan pertumbuhan kredit hingga 12 persen untuk tahun ini. Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan, target itu tentunya tetap menekankan sisi kualitas, yakni fokus pada sektor-sektor yang prospektif, resilient, dan memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang.
"Untuk pertumbuhan penyaluran kredit tahun 2023 di kisaran 10 sampai dengan 12 persen. Kemudian net interest margin (NIM) akan kita jaga untuk memberi efektivitas kepada profitability yang akan mendukung pertumbuhan modal yang lebih sehat dengan kisaran NIM di 5,3 sampai dengan 5,6 persen,” kata Dermawan dalam paparan kinerja Bank Mandiri Kuartal IV, Selasa (31/1/2023).
Bersamaan dengan itu, Bank Mandiri akan mengelola cost of credit (CoF) tetap rendah di kisaran 1,3 persen sampai dengan 1,5 persen. Sepanjang 2022, Bank Mandiri berhasil mengantongi laba bersih Rp 41,2 triliun, naik 46,9 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Pertumbuhan laba bersih tersebut turut ditopang oleh optimalisasi fungsi intermediasi perseroan yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang positif. Tercatat, hingga akhir 2022, kredit secara konsolidasi perseroan mampu tumbuh positif sebesar 14,48 persen YoY menjadi Rp 1.202,2 triliun.
Melihat pencapaian tersebut, Bank Mandiri optimis pertumbuhan kredit pada 2023 mampu tumbuh di kisaran 10-12 persen secara yoy. Pencapaian kredit Bank Mandiri tahun lalu pun melampaui pertumbuhan kredit secara industri sebesar 11,35 persen.
Bila dirinci berdasarkan segmennya, kredit Bank Mandiri didominasi oleh kredit korporasi yang mencapai Rp 414,1 triliun, pada akhir 2022, tumbuh 11,8 persen dari periode tahun sebelumnya Rp 370,2 triliun. Selain itu, kredit komersial juga menorehkan kinerja positif yakni tumbuh sebesar 13,0 persen YoY menjadi Rp 196,3 triliun pada akhir 2022.
Advertisement
Aset Bank Mandiri Catat Rekor
Sebelumnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mencatatkan kinerja positif sepanjang 2022. Bukan hanya dari sisi laba dan penyaluran kredit, tetapi dari sisi aset perseroan sepanjang tahun lalu yang berhasil mencapai rekor baru mencapai hampir Rp 2.000 triliun.
"Total aset Bank Mandiri secara konsolidasi berhasil menyentuh Rp 1.992,6 triliun atau tumbuh 15,5 persen secara tahunan. Total aset tersebut juga menjadi rekor terbesar sepanjang sejarah perseroan,” kata Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo dalam paparan kinerja Bank Mandiri kuartal IV, Selasa (31/1/2023).
Per akhir 2022, rasio non performing loan (NPL) Bank Mandiri secara bank only berhasil menurun sebesar 93 basis poin (bps) secara YoY ke level 1,88 persen. Seiring dengan tren positif pada kualitas aset Bank Mandiri juga mendorong efisiensi biaya pencadangan sehingga cost of credit (CoC) membaik dari 1,91 persen ke level 1,21 persen, terendah dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam menjaga kualitas aset, Bank Mandiri juga telah melakukan pengelolaan portofolio kredit untuk mengantisipasi potensi penurunan kualitas, termasuk dengan menyediakan pencadangan yang mencukupi. Walhasil, meski NPL relatif menurun, perseroan tetap melakukan peningkatan rasio pencadangan atau NPL coverage ratio mencapai sebesar 311 persen pada akhir tahun 2022.
Dari sisi kredit, hingga akhir 2022, kredit secara konsolidasi perseroan mampu tumbuh positif sebesar 14,48 persen YoY menjadi Rp 1.202,2 triliun. Berkat pencapaian kredit yang impresif, total aset Bank Mandiri secara konsolidasi pun berhasil menyentuh Rp 1.992,6 triliun.
Laba Bersih Bank Mandiri Tumbuh 47 Persen
Sebelumnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) berhasil mencatatkan laba bersih Rp 41,2 triliun sepanjang 2022. Raihan itu tumbuh 46,9 persen YoY. Sehingga memperkuat permodalan (capital) Bank Mandiri sebagai faktor utama untuk memiliki kemampuan dalam melakukan ekspansi bisnis, terutama mendukung fungsi intermediasi dalam menyalurkan kredit.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menjelaskan, kinerja yang solid ini tak terlepas dari kondisi makroekonomi yang membaik, didukung oleh kebijakan strategis pemerintah dan regulator dalam menjaga stabilitas perekonomian.
"Sepanjang 2022, Bank Mandiri telah secara aktif menggarap segmen digital banking untuk mendukung transformasi digital sebagai bisnis yang berkelanjutan dengan menangkap peluang di seluruh sektor dan segmen potensial,” ujarnya dalam keterangan resmi kinerja kuartal IV Bank Mandiri, Selasa (31/1/2023).
Dia menuturkan, pertumbuhan laba bersih tersebut turut ditopang oleh optimalisasi fungsi intermediasi perseroan yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang positif. Tercatat, hingga akhir 2022, kredit secara konsolidasi perseroan mampu tumbuh positif sebesar 14,48 persen YoY menjadi Rp 1.202,2 triliun.
Melihat pencapaian tersebut, Bank Mandiri optimis pertumbuhan kredit di tahun 2023 mampu tumbuh di kisaran 10-12 persen secara YoY.
Tentunya, dengan tetap menekankan sisi kualitas, yakni fokus pada sektor-sektor yang prospektif, resilient, dan memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang. “Selain dari perspektif sektoral, kami juga terus mengoptimalkan bisnis turunan dari ekosistem nasabah wholesale dan sektor unggulan di masing-masing wilayah,” imbuh Darmawan.
Advertisement