Bursa Saham Asia Melejit, Indeks Hang Seng Melompat 2 Persen di Tengah Investor Menanti Data Ekonomi AS

Bursa saham Asia Pasifik melejit pada perdagangan Jumat, 2 Juni 2023 dengan indeks Hang Seng Hong Kong melesat 2 persen. Hal itu dibayangi sentimen penantian laporan pekerjaan AS.

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Jun 2023, 09:22 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2023, 09:22 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Jumat (2/6/2023) seiring pelaku pasar menantikan laporan pekerjaan Amerika Serikat (AS) pada Mei 2023. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Jumat (2/6/2023) seiring pelaku pasar menantikan laporan pekerjaan Amerika Serikat (AS) pada Mei 2023. Indeks Hang Seng Hong Kong melonjak 2 persen.

Dikutip dari CNBC, indeks ASX 200 di Australia menguat 0,64 persen. Indeks Kospi Korea Selatan bertambah 0,69 persen seiring inflasi konsumen Korea Selatan pada Mei 2023 mereda ke level terendah dalam 19 bulan, dan berkurang untuk bulan keempat berturut-turut, menurut data Refinitiv. Indeks Nikkei 225 menanjak 0,62 persen.

Indeks Hang Seng Hong Kong bertambah 2,33 persen pada jam pertama perdagangannya, dan memimpin kenaikan di wilayah yang lebih luas. Indeks Shanghai naik 0,24 persen dan indeks Shenzhen melemah 0,67 persen.

Di Amerika Serikat (AS), tiga indeks acuan di wall street menguat. Indeks S&P 500 dan Nasdaq ditutup ke level tertinggi sejak Agustus. Indeks Dow Jones mendaki 0,47 persen.

Sementara itu, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS meloloskan rancangan undang-undang (RUU) untuk menaikkan batas utang dan membatasi pengeluaran pemerintah dengan margin yang lebar pada Rabu malam mengirimkan RUU itu ke Senat hanya beberapa hari sebelum batas waktu gagal bayar AS pada Senin, 5 Juni 2023.

Sementara itu, Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer mengatakan, majelis akan mengesahkan RUU itu pada Kamis malam. Investor juga menantikan laporan pekerjaan Mei pada Jumat pekan ini. Data terbaru menunjukkan pasar tenaga kerja yang kuat meskipun rencana kenaikan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) yang agresif.

Di sisi lain,data inflasi Korea Selatan pada Mei 2023 mencapai 3,3 persen lebih tinggi dari tahun lalu dan sejalan dengan harapan Reuters. Angka inflasi itu turun dari inflasi April sebesar 3,7 persen.

Secara bulanan, harga konsumen naik 0,25 persen, naik dari 0,2 persen pada bulan sebelumnya. Angka tersebut juga menandai peningkatan paling lambat sejak Oktober 2021, menurut data Refinitif. Won Korea diperdagangkan di posisi 1.311,4 terhadap dolar AS.

Penutupan Wall Street pada 1 Juni 2023

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/ llyod blazek)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/ llyod blazek)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Kamis, 1 Juni 2023. Hal ini setelah DPR AS meloloskan tagihan plafon utang dan menuju Senat sebagai langkah penting untuk hindari gagal bayar.

Dikutip dari CNBC, Jumat (2/6/2023). Indeks Dow Jones menguat 153,3 poin atau 0,47 persen ke posisi 33.061,57. Indeks Dow Jones menanjak meski saham Salesforce turun 4,7 persen setelah rilis laporan laba.

Indeks S&P 500 menguat 0,99 persen ke posisi 4.221,02. Indeks Nasdaq naik 1,28 persen ke posisi 13.100,98. Indeks S&P 500 dan Nasdaq ditutup ke level tertinggi sejak Agustus 2022.

Adapun the Fiscal Responsibility Ac disahkan dengan suara 314-117 dengan dukungan bipartisan pada Rabu malam, 31 Mei 2023. Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumuer menuturkan, Senat akan tetap bersidang sampai Rancangan Undang-Undang (RUU) dikirim ke meja Presiden AS Joe Biden.

“Kapan saja katalis negatif besar atau potensi negatif besar dihapus, itu membantu menghilangkan beberapa ketidakpastian dari pasar. Tapi pada saat yang sama, pasar saham setidaknya benar-benar melihat cerita ini,” ujar Investment Strategy Analyst Baird Ross Mayfield.

Di luar “pertempuran” plafon utang, investor juga menantikan pertemuan kebijakan the Federal Reserve (the Fed) pada 13-14 Juni sebagai katalis pasar.

Presiden the Fed Philadelphia Patrick Harker menuturkan, bank sentral hampir dapat hentikan kenaikan suku bunga. Namun, ia menuturkan, pada awal pekan, laporan gaji pada Jumat, 2 Juni 2023 dapat mengubah dampak bagaimana dia akan memberikan suara pada pertemuan the Fed ke depan.

Kinerja Wall Street Sepekan

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Data dari ADP menunjukkan penggajian swasta tumbuh lebih dari perkiraan ekonom pada Mei 2023, sementara jumlah klaim pengangguran yang diajukan pekan lalu lebih kecil dari perkiraan ekonom.

Pasar tenaga kerja telah menjadi area ekonomi yang diawasi ketat mengingat kekhawatiran kekuatan yang berkelanjutan dapat mendorong the Fed untuk sekali lagi menaikkan suku bunga pada pertemuan kebijakan akhir bulan ini.

“Banyak fokus pasar yang bergeser dari apakah pemerintah akan gagal bayar utang, yang tidak akan pernah terjadi, ke masalah yang lebih mendesak tentang seberapa jauh suku bunga,” ujar Managing Partner Harris Financial Jamie Cox.

Sementara itu, indeks Nasdaq naik hampir 1 persen pekan ini menempatkan indeks acuan berisi saham teknologi ini mencatat kemenangan enam mingguan selama berturut-turut. Indeks S&P 500 menguat 0,4 persen dan indeks Dow Jones terpangkas 0,1 persen.

Menanti Data Ekonomi AS

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Ekonom Vanguard, Joe Davis menuturkan, data nonfarm payrolls, tingkat pengangguran dan upah per jam yang akan dirilis Jumat pekan ini akan soroti tantangan yang dihadapi the Fed pada pertemuan kebijakan Juni.

Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones prediksi non-farm payrolls naik 190.000 pada Mei 2023 yang akan naik lebih kecil dariposisi April yang mencapai 253.000.

Upah per jam diharapkan tumbuh 0,3 persen setiap bulan dan 4,4 persen dibandingkan bulan yang sama tahun lalu. Pada April, upah naik 0,48 persen dari bulan ke bulan dan 4,45 persen secara tahunan.

“Kami percaya laporan pasar tenaga kerja akan menekankan tantangan yang terus dihadapi the Fed dalam dorongan mereka untuk mendorong inflasi kembali ke target,” ujar Davis.

Pihaknya tetap berpandangan kalau mereka harus menaikkan suku bunga pada Juni sebelum berhenti sejenak untuk menilai dampak pada kondisi makro.

“Meski pun aspek yang lebih penting dari perspektif kami tetap the Fed menahan sampai akhir tahun ini. Indikasi berlanjutnya pengetatan pasar tenaga kerja dalam laporan akan memberikan dukungan lebih lanjut untuk pandangan ini,” tutur dia.

Infografis Ekonomi RI Jauh Lebih Baik dari Negara Lain
Infografis Ekonomi RI Jauh Lebih Baik dari Negara Lain (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya