Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah meningkat pada 2023. Pada Agustus 2023 saja, rata-rata minyak mentah Indonesia naik USD 7,53 per barel menjadi USD 82,59 per barel dibandingkan Juli 2023 sebesar USD 75,06 per barel.
Kenaikan harga minyak mentah Indonesia naik didorong kenaikan harga minyak mentah utama di pasar internasional yang dipengaruhi pasokan minyak mentah global. Harga minyak WTI naik USD 5,28 menjadi USD 81,32 dan harga minyak Brent naik menjadi USD 85,10. Lantas, saham apa saja yang bisa dicermati dalam kondisi tersebut?
Baca Juga
Analis Kiwoom Sekuritas Abdul Azis menuturkan, dengan kondisi saat ini investor bisa memilih saham-saham yang cenderung memiliki valuasi murah atau masih
Advertisement
"Bisa perhatikan saham sektor oil (minyak) karena cadangan yang turun di US dan cut production dari OPEC+ masih menjadi sentimen yang positif,” kata Abdul kepada Liputan6.com, Senin (25/9/2023).
Bagi para investor, Abdul merekomendasikan trading buy saham MEDC untuk dapat dipertimbangkan.
Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menilai saat ini kenaikan harga saham emiten berbasis energi itu semua sudah memasuki kondisi uptrend. Ini mengingat, ada kenaikan harga minyak dunia.
“Saham-saham hold semua rekomendasinya, karena sudah uptrend dan bullish. Uptrend nya sudah tinggi,” kata Nafan.
Dengan demikian, ia merekomendasikan saham AKRA, ELSA, dan MEDC untuk dapat dipertimbangkan oleh investor.
Harga Saham Energi Menguat
Sejalan dengan Nafan, Pengamat Pasar Modal Desmond Wira mengatakan, sejak Juli 2023 harga minyak bergerak naik dari kisaran USD 70 hingga sekarang USD 90 per barel. Bersamaan dengan itu, harga saham energi di dalam negeri juga naik.
“Sentimen kenaikan harga minyak mungkin masih berpotensi bertahan sampai akhir 2023. Arab Saudi diperkirakan akan memperpanjang pemangkasan produksi minyak sukarela sebanyak 1 juta barel per hari hingga Oktober, melanjutkan pembatasan pasokan yang diprakarsai oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitranya. Hal ini berpotensi mengurangi supply minyak sekaligus membuat harga minyak bertahan di harga tinggi,” ujar dia.
Menurut ia, dalam kondisi tersebut akan memberikan dampak positif untuk sektor energi, mulai dari minyak dan batu bara.
Bagi para investor, ia merekomendasikan buy on weakness untuk saham ELSA, MEDC, dan AKRA.
“Jika masih berminat beli emiten minyak, bisa mencoba buy on weakness saham minyak, misalnya ELSA, MEDC, AKRA. Tunggu koreksi baru beli,” kata dia.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
Emiten Ini Menadah Berkah di Tengah Kenaikan Harga Minyak
Sebelumnya diberitakan, Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menuturkan, kenaikan harga minyak terjadi karena beberapa faktor terutama dari pemangkasan ekspor minyak dari pemain besar yakni Arab Saudi dan Rusia yang berencana berlaku sampai akhir tahun ini.
"Selain itu kalau kami lihat permintaan minyak dari China juga melonjak sejak beberapa bulan yang didukung oleh summer travel serta pasca re-opening. Ini semua membuat harganya cenderung naik,” kata Arjun kepada Liputan6.com, ditulis Sabtu (23/9/2023).
Dia bilang, kenaikan harga tersebut memberikan dampak positif bagi emiten terkait minyak. Sebab, kinerja keuangannya akan ikut terdongkrak.
"Terlihat dari tren emiten minyak mentah tren nya mereka mirip dengan tren harga minyak mentah,” kata dia.
Dengan begitu, ia merekomendasikan beli saham MEDC dengan target harga Rp 1.700 per saham dan ELSA dengan target harga Rp 480 per saham
Sementara itu, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, kenaikan harga minyak akan berdampak positif bagi emiten sektor pertambangan khususnya minyak. Antara lain, saham emiten RUIS, MEDC, AKRA, BIPI, dan ELSA.
"Secara teknikal kami mencermati ELSA (444-450), MEDC (1.700-1.850), AKRA (1.540-1.600),” kata Herditya.