Pasar Saham Asia Pasifik Menguat Usai Imbal Hasil Obligasi AS Susut

Sebelumnya di Pasar saham AS, ketiga indeks utama ditutup di zona hijau. Dow Jones Industrial Average turun dalam 3 hari berturut-turut dan ditutup 0,39% lebih tinggi pada 33,129.55.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 05 Okt 2023, 08:36 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2023, 08:36 WIB
Bursa saham Asia Pasifik lesu pada perdagangan Kamis, (4/5/2023) usai the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga. (Foto: Jason Briscoe/Unsplash)
. (Foto: Jason Briscoe/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Pasar saham Asia-Pasifik menguat setelah imbal hasil Treasury AS turun dari level tertingginya dalam 16 tahun menyusul data pekerjaan yang jauh lebih lemah dari perkiraan.

Melansir laman CNBC, Kamis (5/10/2023), penguatan pasar saham Asia Pasifik ditunjukkan dengan indeks Nikkei 225 di Jepang diperdagangkan 0,53% lebih tinggi, dan Topix naik 0,67%.

Kospi Korea Selatan naik 0,78%, sedangkan Kosdaq bertambah 1,41%, setelah indeks harga konsumen negara tersebut untuk bulan September tercatat 3,7% lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. 

Di Australia, S&P/ASX 200 diperdagangkan 0,19% lebih tinggi. Indeks Hang Seng Hong Kong diprediksi akan pulih setelah menyusut kemarin, dengan kontrak berjangka di 17,230 dibandingkan dengan penutupan HSI di 17,195.84. Pasar Tiongkok ditutup libur selama seminggu.

Sebelumnya di Pasar saham Amerika Serikat, ketiga indeks utama ditutup di zona hijau. Dow Jones Industrial Average turun dalam 3 hari berturut-turut dan ditutup 0,39% lebih tinggi pada posisi 33,129.55.

Indeks S&P 500 bertambah 0,81% dan ditutup pada level 4.263,75. Demikian pula, Nasdaq Composite naik 1,35% menjadi ditutup pada 13.236,01.

Pasar komoditas dinilai menjadi tempat yang jauh lebih konstruktif untuk berinvestasi saat ini. "Dan salah satu jenis perusahaan di sektor energi khususnya “sangat menarik,” menurut salah satu manajer portofolio.

"Saat ini berada di awal siklus komoditas jangka panjang,” jelas Aaron Dunn, co-head of value equity dan portfolio manager di Morgan Stanley Manajemen Investasi.

 

 

 

Wall Street

Wallstreet 2 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Wallstreet 2 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Rabu, 4 Oktober 2023. Indeks Dow Jones menghentikan penurunan tiga hari berturut-turut setelah imbal hasil obligasi pemerintah AS turun dari level tertinggi menyusul rilis data tenaga kerja yang lebih lemah dari perkiraan.

Dikutip dari CNBC, Kamis (5/10/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 127,17 poin atau 0,39 persen ke posisi 33.129,55. Indeks S&P 500 bertambah 0,81 persen ke posisi 4.263,75. Indeks Nasdaq menanjak 1,35 persen ke posisi 13.236,01.

Pada indeks S&P 500,sektor konsumsi menjadi sektor saham dengan kinerja terbaik. Indeks S&P 500 naik sekitar 2 persen.Saham Tesla dan Norwegia Cruise Line memimpin kenaikan yang masih-masing naik 5,9 persen dan 3,8 persen.

Sektor saham energi membukukan kinerja terburuk seiring koreksi harga minyak alami penurunan terbesar sejak September 2022. Saham Devon Energy dan Marathon Oil masing-masing turun 5 persen. Saham SLB dan Halliburton turun lebih dari 4 persen.

 

Pergerakan

Wallstreet 3 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Wallstreet 2 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Pergerakan wall street pada Rabu pekan ini mengikuti rilis data pekerjaan terbaru. ADP menyebutkan ada tambahan 89.000 daftar gaji swasta  pada bulan lalu. Angka itu di bawah perkiraan Dow Jones sebesar 160.000 dan kurang dari penambahan gaji yang direvisi naik 180.000 pada Agustus 2023.

Imbal hasil obligasi AS sedikit melemah dari posisi tertinggi pada 2007. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun terakhir diperdagangkan di posisi 4,735 persen.

“Kapan pun Anda memiliki momentum besar dalam satu arah, akan ada hari-hari di mana Anda dapat sedikit penangguhan hukuman dan dalam hal ini, Anda  mendapat penangguhan dan suku bunga dan saham. Tren yang lebih luas sebenarnya menggunakan sisi negatifnya,” ujar Analyst Investment Strategist Baird, Ross Mayfield.

Suku bunga yang lebih tinggi telah meningkatkan kekhawatiran resesi dan mendorong suku bunga hipotek mendekati 8 persen. Akibatnya, permintaan hipotek turun ke level terendah sejak 1996.

“Pasar terseret suku bunga. Kami melihat perbedaan besar antara pendapatan tetap dan saham,” ujar Harris Financial Group Managing Partner Jamie Cox.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya