Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot pada 23-27 Oktober 2023. IHSG meninggalkan posisi 6.800 pada pekan ini.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (28/10/2023), IHSG turun 1,32 persen menjadi 6.758,79 pada 23-27 Oktober 2023 dari pekan lalu 6.849,16. Kapitalisasi pasar terpangkas 0,84 persen menjadi Rp 10.530 triliun dari Rp 10.619 triliun pada pekan lalu.
Baca Juga
Mayoritas sektor saham (IDX-IC) tertekan kecuali sektor saham nonsiklikal naik 1,37 persen, sektor saham kesehatan bertambah 1,38 persen dan sektor saham transportasi menguat 0,37 persen.
Advertisement
Di sisi lain, sektor saham energi merosot 1,59 persen, sektor saham basic terpangkas 2,2 persen, sektor saham industri terpangkas 0,06 persen. Selain itu, sektor saham siklikal tergelincir 0,30 persen, sektor saham keuangan susut 0,02 persen.
Selanjutnya, sektor saham properti melemah 0,68 persen, sektor saham infrastruktur tersungkur 0,83 persen dan sektor saham teknologi terbenam 3,53 persen, dan catat koreksi terbesar.
Rata-rata frekuensi transaksi harian bursa merosot 11,31 persen menjadi 1.192.431 kali transaksi dari 1.344.504 kali transaksi pada pekan lalu.
Rata-rata nilai transaksi harian bursa merosot 23,38 persen dari Rp 11,81 triliun pada pekan lalu menjadi Rp 9,05 triliun. Rata-rata volume transaksi harian turun 29,03 persen menjadi 17,04 miliar lembar saham dari 24 miliar lembar saham pada pekan lalu.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana mengatakan, IHSG melemah 1,3 persen selama sepekan dipengaruhi beberapa hal. Pertama, kondisi geopolitik Timur Tengah.
Kedua, investor masih mencermati perkembangan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang cenderung membaik untuk produk domestik bruto (PDB) kuartal III 2023. Ketiga, investor juga masih mencermati akan kebijakan bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed) ke depan yang masih bernada hawkish untuk menurunkan inflasi menjadi dua persen.
"Keempat, pergerakan nilai tukar rupiah yang masih melemah terhadap dolar AS,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Herditya prediksi, IHSG masih rawan koreksi dengan level support 6.711 dan level resistance 6.824 pekan depan. “Kami perkirakan, sentimen-sentimen yang terjadi pada pekan ini (23-27 Oktober 2023-red) masih akan berlanjut,” ujar dia.
Di tengah IHSG alami koreksi, 10 saham catat top gainers atau alami penguatan terbesar selama sepekan seperti dikutip dari BEI antara lain:
Top Gainers
1.PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN)
Saham CUAN melonjak 55,75 persen menjadi Rp 4.470 per saham dari pekan lalu Rp 2.870 per saham.
2.PT SLJ Global Tbk (SULI)
Saham SULI melonjak 47,14 persen menjadi Rp 206 per saham dari pekan lalu Rp 140 per saham.
3.PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP)
Saham PMMP melonjak 41,73 persen menjadi Rp 360 per saahm dari pekan lalu Rp 254 per saham.
4.PT Lovina Beach Brewery Tbk (STRK)
Saham STRK melonjak 40,18 persen menjadi Rp 314 per saham dari pekan lalu Rp 224 per saham.
5.PT Ketrosden Triasmitra Tbk (KETR)
Saham KETR melonjak 37,57 persen menjadi Rp 238 per saham dari pekan lalu Rp 173 per saham.
6.PT Cashlez Worldwide Indonesia Tbk (CASH)
Saham CASH melonjak 37,23 persen menjadi Rp 129 per saahm dari pekan lalu Rp 94 per saham.
7.PT Wahana Pronatural Tbk (WAPO)
Saham WAPO melonjak 30,19 persen menjadi Rp 138 per saham dari pekan lalu Rp 106 per saham.
8.PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk (AIMS)
Saham AIMS melonjak 28,77 persen menjadi Rp 376 per saham dari pekan lalu Rp 292 per saham.
9.PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL)
Saham GJTL melonjak 26,87 persen menjadi Rp 850 per saham dari pekan lalu Rp 670 per saham.
10.PT Makmur Berkah Amanda Tbk (AMAN)
Saham AMAN melonjak 26,02 persen menjadi Rp 155 per saham dari pekan lalu Rp 123 per saham.
Advertisement
Top Losers
Selain saham top gainers, berikut 10 saham yang masuk top losers atau melemah tajam pada 23-27 Oktober 2023:
1.PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI)
Saham MARI merosot 49,22 persen menjadi Rp 65 per saham dari pekan lalu Rp 128 per saham.
2.PT Graha Mitra Asia Tbk (RELF)
Saham RELF merosot 33,33 persen menjadi Rp 46 per saham dari pekan lalu Rp 69 per saham
3.PT Sejahteraraya AnugrahjayaT bk (SRAJ)
Saham SRAJ merosot 30,91 persen menjadi Rp 380 per saham dari pekan lalu Rp 550 per saham.
4.PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX)
Saham DMMX merosot 30,60 persen menjadi Rp 322 per saham dari pekan lalu Rp 464 per saham.
5.PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS)
Saham TFAS merosot 22,95 persen menjadi Rp 1.175 per saham dari pekan lalu Rp 1.525 per saham.
6.PT Multitrend Indo Tbk (BABY)
Saham BABY merosot 21,88 persen menjadi Rp 200 per saham dari pekan lalu Rp 256 per saham.
7.PT Dyandra Media International Tbk (DYAN)
Saham DYAN merosot 21,43 persen menjadi Rp 88 per saham dari pekan lalu Rp 112 per saham.
8.PT Dewi Shri Farmindo Tbk (DEWI)
Saham DEWI merosot 20,82 persen menjadi Rp 57 per saham dari pekan lalu Rp 72 per saham.
9.PT Koka Indonesia Tbk (KOKA)
Saham KOKA melemah 20,59 persen menjadi Rp 81 per saham dari pekan lalu Rp 102 per saham.
10.PT Mahaka Media Tbk (ABBA)
Saham ABBA merosot 20 persen menjadi Rp 72 per saham dari pekan lalu Rp 90 per saham.
Total Obligasi
Selama sepekan terdapat pencatatan dua obligasi di pasar modal Indonesia. Obligasi Berkelanjutan VII Sarana Multigriya Finansial Tahap II Tahun 2023 resmi dicatatkan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 23 Oktober 2023. Obligasi ini dicatatkan dengan nilai Rp 2,76 triliun dan hasil pemeringkatan dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) adalah idAAA (Triple A).
Pada Jumat, 27 Oktober 2023, Obligasi Berkelanjutan VI ASDF Tahap II Tahun 2023 yang diterbitkan oleh PT Astra Sedaya Finance (ASDF) mulai dicatatkan di BEI. Obligasi ini dicatatkan dengan nilai Rp 1 triliun, dan hasil pemeringkatan dari PT Fitch Ratings Indonesia (Fitch) adalah idAAA (Triple A). PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk bertindak sebagai Wali Amanat untuk kedua obligasi tersebut
Total emisi obligasi dan sukuk yang telah tercatat sepanjang tahun 2023 adalah 97 emisi dari 57 emiten senilai Rp108,90 triliun. Dengan pencatatan tersebut, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 537 emisi dari 127 emiten dengan outstanding Rp459,82 triliun dan USD69,05 juta.
Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 191 seri dengan nilai nominal Rp5.536,74 triliun dan USD486,11 juta. Efek Beragun Aset (EBA) sebanyak 9 emisi senilai Rp2,94 triliun.
Advertisement