Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,46 persen pada periode 20-24 November 2023.Sektor saham teknologi dan keuangan berkontribusi terhadap kenaikan IHSG pada pekan ini.
Masing-masing sektor saham itu berkontribusi 15,59 persen dan 2,67 persen, demikian mengutip dari riset PT Ashmore Asset Management Indonesia ditulis Minggu (26/11/2023).
Baca Juga
Pada pekan ini, rilis data klaim pengangguran Amerika Serikat lebih rendah dari pekan sebelumnya. Data klaim pengangguran AS turun 24.000 menjadi 209.000 pada hingga 18 November 2023. Realisasi data klaim pengangguran awal itu masih di bawah rata-rata satu tahun.
Advertisement
Sementara itu, the S&P Global Composite PMI di Amerika Serikat terus berlanjut menunjukkan ekspansi sejak Februari 2023. Di sisi lain, di area Eropa, baik manufaktur dan PMI Jasa terus menunjukkan kontraksi.
Di China, bunga pinjaman satu tahun tidak berubah pada rekor terendah 3,45 persen seperti yang diperkirakan. Bank Indonesia juga pertahankan suku bunga acuan 6 persen.
Pasar Real Estate China
Baru-baru ini pemerintah China menerapkan lebih banyak tindakan untuk meringankan masalah yang bayangi sektor real estate China. Kebijakan itu antara lain pelonggaran persyaratan hipotek, mengurangi uang muka serta pinjaman untuk proyek.
Inisiatif terbaru tersebut memberikan dukungan finansial kepada pengembang yang sedang sulit termasuk Country Garden Holdings Co,pengembang terbesar di negara tersebut.
"Jika inisiatif ini diselesaikan, hal ini akan terwujud dalam penyelesaian rumah yang belum selesai. Kemudian akan meningkatkan kepercayaan pada pemerintah dan seluruh sektor. Di sisi lain, ini juga berarti mengalihkan beban terhadap pemberi pinjaman, dan hal ini berpotensi menyebabkan lebih banyak kerugian masalah jika situasi berubah menjadi tidak menguntungkan bagi pemberi pinjaman,”
Margin bunga bersih pada bank-bank besar milik negara turun ke level terendah 1,74 persen pada semester I 2023, di bawah tingkat ambang batas industri 1,8 persen yang masuk akal.
Volatilitas Global Masih Tinggi
Sementara itu, suku bunga di Indonesia tetap dipertahankan 6 persen, sejalan dengan harapan pasar. Di sisi lain, lelang pertama instrumen baru Bank Indonesia (BI) SVBI pekan ini lebih besar dari yang diharapkan. BI mengumumkan rencana untuk menawarkan tenor yang lebih panjang dari 6-12 bulan.
Di sisi lain, lelang SRBI turun dibandingkan sebelumnya pekan ini jelang musim liburan Amerika Serikat dan juga tren penurunan imbal hasil obligasi Indonesia. Imbal hasil obligasi bertenor dua tahun dan 10 tahun menurun menjadi 6,73 persen dna 6,6 persen. Masih di atas rata-rata satu tahun 5,38 persen dan 6,64 persen.
“Volatilitas global masih tinggi, sementara saham Indonesia dan obligasi masih relatif menarik. Kami masih terus menyoroti pentingnya diversifikasi antar kelas aset dan merekomendasikan ASDN dan ADPN untuk saham. ADON dan ADOUN untuk obligasi,” tulis Ashmore.
Advertisement
Kinerja iHSG
Sebelumnya diberitakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada perdagangan 20-24 November 2023. Analis menilai kenaikan IHSG didorong sejumlah sentimen global.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (25/11/2023), IHSG kembali ke level psikologis 7.000 pada pekan ini. IHSG naik 0,46 persen dari level 6.977,66 ke posisi 7.009,63.
Kapitalisasi pasar saham menguat 0,17 persen menjadi Rp 11.050 triliun dari Rp 11.040 triliun pada pekan lalu. Pada pekan ini, peningkatan terjadi pada rata-rata volume transaksi harian saham sebesar 29,18 persen menjadi 21,88 miliar saham dari 16,94 miliar saham pada pekan lalu. Rata-rata nilai transaksi harian saham pekan ini melonjak 10,89 persen menjadi Rp 9,57 triliun dari pekan lalu Rp 8,63 triliun.
Rata-rata frekuensi transaksi harian saham naik 4,35 persen menjadi 1.123.494 kali transaksi dari 1.076.690 pada pekan lalu. Investor asing melakukan aksi jual saham Rp 943,48 miliar pada Jumat,24 November 2023. Selama sepekan, investor asing membeli saham Rp 1,24 triliun. Namun, pada 2023, investor asing menjual saham Rp 14,24 triliun.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG menguat dipengaruhi sejumlah faktor. Pertama, melandainya imbal hasil obligasi Amerika Serikat tenor 10 tahun. Kedua, optimisme investor akan era suku bunga the Federal Reserve (the Fed) yang sudah mencapai puncaknya. Ketiga, suku bunga Bank Indonesia (BI) yang juga masih cenderung tetap.
"Keempat, namun investor masih mencermati akan perkembangan kondisi geopolitik di Timur Tengah,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.