Survei Schroders: 57% Responden di Indonesia Optimistis Pengembalian Investasi Lebih Tinggi

Mengutip Studi Investor Global Schroders 2023 yang menyurvei lebih dari 23.000 orang yang berinvestasi, dari 33 negara dan wilayah di seluruh dunia, termasuk Indonesia, investor menghadapi berbagai tantangan sulit.

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Des 2023, 16:44 WIB
Diterbitkan 05 Des 2023, 16:44 WIB
Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Mayofi)
Ketidakpastian geopolitik yang berlanjut dan inflasi turut mempengaruhi langkah investasi masyarakat di Indonesia. Meski demikia, masyarakat di Indonesia tetap optimistis terhadap pengembalian investasi.(Foto: Unsplash/Mayofi)

Liputan6.com, Jakarta - Ketidakpastian geopolitik yang berlanjut dan inflasi turut mempengaruhi langkah investasi masyarakat di Indonesia. Meski demikian, masyarakat di Indonesia tetap optimistis terhadap pengembalian investasi.

Mengutip Studi Investor Global Schroders 2023 yang menyurvei lebih dari 23.000 orang yang berinvestasi, dari 33 negara dan wilayah di seluruh dunia, termasuk Indonesia, investor menghadapi berbagai tantangan sulit. Inflasi dan ketidakpastian geopolitik yang berlanjut diikuti kebutuhan mengurangi karbon dalam perekonomian membuat pasar sulit untuk dinavigasi.

Dari survei itu menunjukkan, 73 persen orang Indonesia setuju inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi berarti telah memasuki rezim baru dalam kebijakan dan perilaku pasar. Sedangkan 61 persen telah mengubah strategi investasinya akibat hal ini. Sedangkan 36 persen berniat melakukannya.

Bagaimanakah pengembalian investasi dalam 12 bulan mendatang dibandingkan dengan 12 bulan terakhir menurut orang-orang di Indonesia?

Masyarakat masih optistimis dengan pengembalian investasi. Sekitar 57 persen responden yakin, pengembalian investasi lebih tinggi. Namun, 19 persen responden menilai tidak ada perubahan. Sedangkan 17 persen responden optimistis pengembalian investasi jauh lebih tinggi. Sementara itu, 6 persen responden menilai, pengembalian investasi lebih rendah. Lalu 1 persen responden tidak mengetahui. Selain itu tidak ada responden yang menjawab jauh lebih rendah.

Menariknya dalam enam bulan terakhir, investasi yang yang menjadi lebih menarik bagi masyarakat di Indonesia adalah kripto. Kripto berada di posisi pertama. Disusul aset digital dan dana investasi yang diperdagangkan di bursa saham (ETF).

Bos Schroder Sebut Investor Institusi Fokus pada 3D, Apa Itu?

Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, Chief Executive Officer PT Schroder Investment Management Indonesia Michael Tjoajadi menilai saat ini peta investasi dan fokus investor institusi terletak pada 3D yaitu dekarbonisasi, demografi, deglobalisasi dan artificial intelligence (AI).

"Sekarang ini kami di Schroder mengidentifikasi bahwa kita akan fokus pada 3D, itu demografi. Jadi negara yang memiliki demografi besar di sisi bawah, artinya demografi muda dengan saving rate yang tinggi, itu akan menjadi menarik untuk lakukan investasi," ujar dia saat acara CMSE 2023, “Go Public Talkshow”, Jumat, 27 Oktober 2023, dikutip dari Antara (28/10/2023).

Kemudian dekarbonisasi atau pergeseran menuju energi hijau dan berkelanjutan menjadi salah satu pendorong utama. Investor institusi semakin tertarik pada perusahaan yang menciptakan solusi inovatif untuk menangani perubahan iklim.

 

Pertimbangan Investor

IHSG Ditutup Menguat
Karyawan memfoto layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada konteks ini, perusahaan yang fokus pada teknologi terbarukan, pengurangan emisi karbon, dan investasi dalam hutan atau reforestasi akan mendapatkan perhatian yang lebih besar.

"Itu yang menjadi fokus, sayangnya penangkapan karbon yang sekarang maju adanya di Switzerland. Kemudian, banyak perusahaan luar melakukan investasi di teknologi untuk menangkap karbon, tapi kita sebenarnya memiliki potensi untuk menangkap karbon karena kita memiliki laut. Kita memiliki laut dan itu menangkap karbon. Selama laut itu tidak diaduk-aduk,” tutur dia.

Selanjutnya deglobalisasi menjadi dimensi lain dalam pertimbangan investor, dengan ada pergeseran dari globalisasi ke de-globalisasi, investor mencari pasar yang dapat berdiri sendiri tanpa terlalu mengandalkan impor.

“Setiap negara, karena geopolitik berpikir untuk memaksimalkan penggunaan produk di dalam negeri, tidak melakukan impor, berusaha menekan impor, dan bisa sustain dengan produk-produk di dalam negeri. Jadi shifting investor di dunia akan mencari ke mana kita melihat market, yang ada marketnya, dan bisa tidak negara itu suistain dengan produk-produk mereka,” tutur Michael.

Peran AI

FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan berjalan di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Kemudian peran Artificial Intelligence (AI) membawa dinamika tersendiri, karena investor mencari perusahaan yang mampu menggabungkan kecerdasan buatan dengan etika dan keamanan. Namun, ada juga peringatan terhadap potensi risiko terutama terkait dengan keberlanjutan data dan privasi.

Dengan demikian, tren penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) tidak lagi hanya melibatkan pertimbangan keuangan semata. Perusahaan yang memimpin dalam 3D tersebut, dengan memperhitungkan implikasi dari kemajuan AI, dapat menjadi bintang-bintang baru di pasar modal.

Selain itu, Michael menilai, kondisi geopolitik global memberikan risiko jangka pendek, dan mempengaruhi investor asing yang akan masuk ke Indonesia. Apalagi saat ini Indonesia sudah memasuki tahun politik.

“Tentu geopolitik global akan mempengaruhi investor asing juga yang masuk ke Indonesia. Interest rate yang naik di Amerika, Indonesia akan shifting player di equity. Entah mereka kembali karena biayanya menjadi lebih mahal atau karena interest rate ataupun fixed incmen menjadi lebih menarik untuk invest,” tutur dia.

Sedangkan terkait permodalan atau equity, Michael menilai lebih merujuk kepada risiko investasi jangka panjang, bukan hanya satu tahun, sehingga masih jadi pertanyaan apakah 2024 menjadi waktu tepat bagi investor untuk masuk saat pasar terkoreksi. Apalagi saat ini investor fokus pada sektor dan industri tertentu.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya