Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) atau Bank BJB telah menyiapkan strategi dalam menjaga pertumbuhan bisnisnya secara berkelanjutan.
Direktur Utama Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten atau Bank BJB Yuddy Renaldi menuturkan, salah satu langkah strategis yang dilakukan guna menjaga pertumbuhan bisnis, yaitu melalui skema Kelompok Usaha Bank (KUB) sebagai konsolidasi perbankan khususnya BPD. Di mana Bank BJB anchor BPD, Bank BJB akan menjadi induk usaha dan terkonsolidasi.
Baca Juga
"Paling anyar, Bank Jambi menjadi Bank Pembangunan Daerah (BPD) ke-4 yang berproses menjalin komitmen sinergi KUB dengan Bank BJB, menyusul Bank Bengkulu, Bank Sultra dan Bank Maluku Malut. Seluruh BPD tersebut berkinerja baik dan akan memberikan nilai tambah secara grup,” kata Yuddy, Senin (11/12/2023).
Advertisement
Berdasarkan POJK 12/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum, BPD wajib meningkatkan modal intinya minimal Rp3 triliun paling lambat 31 Desember 2024, atau cukup memiliki Rp1 triliun sepanjang BPD tersebut efektif tergabung menjadi anggota dari KLUB. Apabila tidak dapat terpenuhi maka BPD tersebut wajib menyesuaikan bentuk usahanya menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Dengan demikian, BPD yang memiliki modal inti di bawah Rp3 triliun tersebut akan berpacu dengan waktu karena waktu pemenuhannya kurang lebih tersisa 13 bulan lagi.
"Bank BJB memiliki berbagai pengalaman dan pemahaman yang mendalam mulai dari proses ber-KUB karena saat ini sudah ada bank bjb syariah sebagai anggota KUB pertama, pengalaman IPO, rights issue, penerbitan surat berharga, sampai dengan bagaimana bertransformasi dari bisnis model BPD yang konvensional menjadi lebih advanced sesuai perkembangan terkini," kata dia.
Sinergi dan Kolaborasi
Ia melanjutkan, pengetahuan tersebut dapat dibagikan kepada seluruh anggota KUB melalui sinergi dan kolaborasi sehingga dapat meningkatkan daya saing untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan dapat mendorong pembangunan ekonomi daerah, terutama pada pemberdayaan sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), serta pembiayaan proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan.
Selain itu, inisiatif KUB ini juga merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk memperkuat posisi BPD secara grup perbankan dalam industri perbankan nasional.
Dengan total aset seluruh BPD di Indonesia per September 2023 sebesar Rp 945,7 triliun, BPD yang solid dapat menjadi salah satu kekuatan utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, bersanding dengan perbankan besar lainnya.
Menurut ia, kolaborasi adalah hal paling penting yang harus dilakukan BPD dalam melakukan inovasi dan transformasi agar bisa bersaing di industri perbankan. bank bjb yang telah sarat pengalaman dalam melakukan berbagai langkah strategis serta menjadi pionir berbagai aksi korporasi BPD, dapat berbagi pengalaman tersebut kepada sesama BPD untuk tumbuh kembang dan besar bersama.
Yuddy menegaskan, Bank BJB selalu siap bersinergi dan kolaborasi meningkatkan pelayanan kepada nasabah dan pemerintah daerah dengan semangat saling memberikan nilai tambah bagi kedua belah pihak.
Ia mencontohkan, pada proses menuju KUB dengan Bank Jambi, sudah dilakukan berbagai kerjasama bisnis yang menguntungkan kedua belah pihak. Saat ini bank bjb juga masih membuka peluang kerjasama dengan BPD lain di Indonesia, dengan prinsip untuk kemajuan bersama serta saling menguntungkan.
Advertisement
Strategi untuk BPD
Sementara itu, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah menilai KUB merupakan salah satu strategi yang paling tepat untuk BPD. Selain untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum, KUB juga dianggap mampu meningkatkan daya saing BPD di era digital saat ini.
"KUB memang salah satu strategi yang paling tepat untuk BPD dalam menghadapi, tidak hanya ketentuan permodalan, tetapi juga persaingan perbankan yang semakin ketat di era digital. Dengan KUB, bank-bank BPD bisa melakukan sinergi untuk membentuk ekosistem yang bisa bersaing,” ujar Piter.
Piter mengungkapkan sinergi dengan skema KUB yang dilakukan oleh BPD merupakan langkah pintar, karena mampu memaksimalkan berbagai potensi dan peluang di sektor perbankan. Kata Piter, industri perbankan sudah sangat kompleks dan kebutuhan utama bank digital ya ekosistem serta infrastruktur teknologi informasinya, artinya membutuhkan modal besar.
"Saya kira peluang KUB yang ditawarkan oleh Bank BJB dengan berbagai potensi sinergitas lainnya yang mengikuti, dapat menjadi sebuah solusi," kata Piter.
Manfaatkan Berbagai Infrastruktur
Jika bersinergi bersama Bank BJB dalam skema KUB, lanjut Piter, pengembangan tersebut bisa menggunakan izin yang sudah dimiliki Bank BJB, sekaligus memanfaatkan berbagai infrastruktur, teknologi informasi dan knowledge yang sudah dimiliki Bank BJB.
Piter menuturkan, Bank BJB saat ini menjadi salah satu bank nasional yang memiliki jaringan luas dan layanan terintegrasi, apalagi sudah tersedia berbagai layanan digital yang memudahkan nasabah. Karena itu, ia yakin, kinerja Bank BJB akan tetap solid.
Bahkan, bank daerah yang bergabung dengan Bank BJB akan mendapat keuntungan berkat berbagai sumber daya yang sudah dimiliki BJB. Terlebih, Bank BJB juga terus diarahkan menjadi hybrid banking.
Dia menuturkan, digitalisasi layanan yang sudah dilakukan bank bjb sudah sangat baik dan akan mampu mengakselerasi kinerja bisnis di masa depan. Hal itu juga merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari oleh perbankan. Apalagi di era di mana internet menjadi kebutuhan dan jumlah pengguna internet di Indonesia terus meningkat
"Saya selalu mengatakan, digital bank itu sebuah keniscayaan. Tidak Mungkin bank itu tidak mengembangkan layanan digital. Tanpa bertransformasi ke bank digital mereka akan kalah dalam persaingan di masa depan," tandasnya.
Advertisement