Wall Street Lesu, Data Inflasi AS Menekan Harapan Penurunan Suku Bunga The Fed

Wall street cenderung mendatar pada perdagangan Kamis, 11 Januari 2024 waktu setempat usai rilis data inflasi. Indeks Dow Jones menguat sendirian.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Jan 2024, 06:32 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2024, 06:32 WIB
Wall Street Lesu, Data Inflasi AS Menekan Harapan Penurunan Suku Bunga
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan Kamis, 11 Januari 2024.(AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan Kamis, 11 Januari 2024. Indeks acuan di wall street cenderung mendatar setelah rilis data inflasi mencerminkan kenaikan harga konsumen pada Desember.

Dikutip dari CNBC, Jumat (12/1/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq mendatar ke posisi 14.970,19. Indeks Dow Jones naik tipis 15,29 poin atau 0,04 persen ke posisi 37.711,02. Indeks S&P 500 melemah tipis 0,07 persen ke posisi 4.780,24.

Pada awal sesi perdagangan di wall street, indeks S&P 500 sempat berada di atas rekor penutupan di level tertinggi 4.796,56.

Laporan indeks harga konsumen pada Desember sedikit lebih tinggi dari perkiraan mencerminkan kenaikan harga konsumen 0,3 persen pada bulan tersebut sehingga tingkat tahunan menjadi 3,4 persen. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones prediksi consumer price index (CPI) atau inflasi naik 0,2 persen pada Desember, dan 3,2 persen year over year (YoY).

Namun, inflasi inti tidak termasuk harga makanan dan energi yang bergejolak, sesuai dengan harapan menunjukkan tekanan inflasi yang terus menerus, tetapi mereda.

Data yang dirilis pada Kamis pekan ini menunjukkan penurunan suku bunga pada masa depan mungkin akan lebih lambat.

“Kenaikan CPI ini merupakan pengingat penting akan sifat pemulihan ekonomi yang tidak dapat diprediksi dan suramnya data ekonomi makro,” ujar Chief Investment Officer Global X, Jon Maier.

Ia menambakan, pasar mungkin perlu bersiap untuk hadapi potensi volatilitas karena the Federal Reserve (the Fed) dapat mempertahankan atau berpotensi mengintensifkan kebijakan moneter restriktifnya sebagai respons terhadap tekanan inflasi ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Menanti Rilis Laporan Keuangan

Bursa saham Amerika Serikat atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 3 Mei 2023 setelah the Federal Reserve dongkrak suku bunga. (Foto: Markus Spiske/Unsplash)
Bursa saham Amerika Serikat atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 3 Mei 2023 setelah the Federal Reserve dongkrak suku bunga. (Foto: Markus Spiske/Unsplash)

Imbal hasil awalnya naik karena data inflasi. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun mencapai angka tertinggi 4,068 persen sebelum merosot ke 3,98 persen.

Chief Investment Strategist CFRA, Sam Stovall menuturkan, pergerakan wall street pada perdagangan Kamis pekan ini, sebagian dipengaruhi oleh harapan yang lemah seputar jadwal penurunan suku bunga the Fed serta kegelisahan tentang laba perusahaan. Pekan ini dimulainya rilis laporan keuangan pada kuartal IV 2023. Sejumlah raksasa perbankan akan rilis laporan keuangan antara lain Bank of America, Wells Fargo, dan JPMorgan Chase.

“Laba menambah kegelisahan investor. Kami berada dalam periode pra musim laporan keuangan, di mana ada sedikit kegelisahan, karena pada 31 Desember,  laba akan naik 2,1 persen pada kuartal terakhir dan sekarang diperkirakan naik 1,7 persen,” ujar Stovall.

Menurut Carson Group Global Macro Strategist Sonu Varghese menuturkan, laba bank-bank besar pada Jumat akan mencerminkan konsumen yang secara umum kuat yang akan memberikan gambaran lebih baik bagi ekonomi Amerika Serikat dan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).

 

 


Gerak Saham di Wall Street

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Di sisi lain, pada Kamis pekan ini, ETF bitcoin naik pada hari pertama perdagangannnya seiring kenaikan tipis harga kripto. Bitcoin sempat mencapai posisi USD 49.000 pada perdagangan Kamis pagi ini sebelum turun di atas USD 46.000.

Langkah ini mengikuti perubahan aturan yang disetujui Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat yang membuka pintu bagi ETF atau dana yang diperdagangkan dengan memakai underlying bitcoin dan memperluas akses investor ke kripto.

Di sisi lain, saham kapitalisasi kecil terpukul pada perdagangan Kamis pekan ini di tengah sesi perdagangan yang tidak terlalu ramai. Indeks Russell 2000 melemah 1 persen. Sedangkan indeks Dow Jones, S&P 500 dan Nasdaq cenderung mendatar.

Sejumlah saham bank besar tergelincir pada perdagangan Kamis pekan ini seiring investor bersiap untuk laporan laba yang diharapkan rilis Jumat pekan ini.

Saham Citi memimpin koreksi dengan penurunan 2,5 persen. Saham Bank of America merosot 2 persen. Saham JPMorgan turun 1,2 persen dan Wells Fargo melemah 0,7 persen.

Saham Coinbase dan Robinhood masing-masing turun 7 persen dan 3 persen seiring pelaku pasar mempertimbangkan persetujuan ETF bitcoin dapat bebani platform perdagangan kripto.


Penutupan Wall Street pada 10 Januari 2024

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Rabu, 10 Januari 2024. Investor menanti rilis data inflasi dan laba terbaru dari perusahaan AS.

Dikutip dari CNBC, Kamis (11/1/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 0,57 persen ke posisi 4.783,45. Indeks Dow Jones bertambah 170,57 poin atau 0,45 persen ke posisi 37.695,73. Indeks Nasdaq melesat 0,75 persen ke posisi 14.969,65.

Saham Intuitive Surgical dan Lennar menarik indeks pasar lebih tinggi. Masing-masing saham tersebut naik 0,13 persen dan 3,5 persen. Intuitive meningkatkan prospek pertumbuhan untuk tahun fiskal 2024. Lennar juga mengumumkan kenaikan dividen tahunannya.

"Kami berada dalam kondisi tenang sebelum realisasinya,” ujar Managing Partner and Global Strategist MRB Partners, Philip Colmar.

Ia juga mencatat aktivitas wall street cukup tenang mengingat rencana penurunan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) yang telah diperkirakan pada akhir tahun.

"Saat ini, pasar cukup sepi, tapi menurut saya pasar tidak akan sepi sepanjang tahun. Kami telah sepenuhnya memperkirakan skenario soft landing Goldilocks ini,” ujar Colmar.

 


Peluang Penurunan Suku Bunga The Fed

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

"Apa berikutnya? Ini mungkin tidak ada landing, yang berarti imbal hasil obligasi mungkin tidak akan bertahan seperti semula, beberapa dari penurunan suku bunga tersebut kembali terjadi dan kemudian volatilitas kembali terjadi di pasar saham, dan kemudian ini bukan pembelian, semua reli yang kami lihat pada akhir tahun,” ia menambahkan.

Investor menanti laporan indeks harga konsumen terbaru yang dijadwalkan rilis Kamis pekan ini. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones prediksi CPI naik 3,2 persen year over year (YoY) pada Desember. Sedangkan indeks harga produsen akan rilis Jumat pekan ini.

Investor akan melihat laporan itu untuk mencari petunjuk kapan the Federal Reserve (the Fed) akan mulai menurunkan suku bunga. Beberapa dari ekspektasi tersebut telah ditolak dalam beberapa hari terakhir, meski peluangnya berada di sekitar 64 persen, menurut CME Group FedWatch.

 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya