Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Multikarya Asia Pasifik Raya Tbk (MKAP) baru saja mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 12 Februari 2024.
Sebelumnya, Multikarya Asia Pasifik Raya telah melaksanakan penawaran umum pada 2-6 Februari 2024. Selama masa penawaran umum tersebut, saham perseroan mendapatkan minat yang cukup positif dari para investor.
Baca Juga
"Kami sangat mengapresiasi antusiasme pasar yang sangat luar biasa. Kami menerima lebih dari 30 ribu subscription di saat pooling IPO kemarin," kata Direktur Utama PT Multikarya Asia Pasifik Raya Tbk, Eric Handoko dalam seremoni pencatatan perdana saham perseroan, Senin (12/2/2024).
Advertisement
Melansir informasi pencatatan perdana pada laman Bursa, perseroan mencatatkan 28.225 pemegang saham yang berpartisipasi. Terdapat 15.530.079.500 saham yang kelebihan permintaan dengan rasio oversubscribed atau kelebihan permintaan 24,89 kali.
Informasi saja, perseroan menawarkan 650 juta lembar saham dalam rangka IPO. Harga penawaran dipatok sebesar Rp 115 per lembar. Dengan demikian, perseroan meraup dana sebanyak Rp 74,75 miliar dari IPO. Seluruh dana IPO atau 100 persen akan digunakan untuk modal kerja perseroan.
"Setelah adanya penawaran umum, perseroan akan memperoleh dana IPO yang dapat digunakan untuk modal kerja seperti biaya operasional, pembayaran kepada pemasok, perbaikan alat berat (mesin, pompa, dan transmisi) guna menunjang pendanaan proyek yang berjalan untuk mengurangi biaya pendanaan perbankan sehingga dapat meningkatkan profitabilitas perseroan," pungkas Eric.
IPO, Multikarya Asia Lepas 20% Saham ke Publik
Sebelumnya diberitakan, PT Multikarya Asia Pasifik Raya Tbk, perusahaan bergerak di bidang manufaktur, penyedia jasa perdagangan, penyewaan, dan lainnya akan menawarkan saham ke publik dalam rangka penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).
Dikutip dari prospektus Perseroan di laman e-ipo, ditulis Jumat (19/1/2024), PT Multikarya Asia Pasifik Raya Tbk akan menawarkan 650 juta saham ke publik atau maksimal 20 persen dari total modal ditempatkan dan disetor setelah IPO yang merupakan saham baru dengan nilai nominal Rp 50 per saham. Perseroan menawarkan harga perdana Rp 105-Rp 120 per saham. Dengan demikina, dana IPO yang akan diraup sekitar Rp 68,25 miliar-Rp 78 miliar.
Selain itu, Multikarya Asia Pasifik Raya juga menyetujui rencana program employee stock allocation (ESA) dengan alokasi maksimal 5 persen dari jumlah saham yang ditawarkan dalam IPO. Jumlah saham itu maksimal 32,50 juta saham.
“Seluruh dana yang diperoleh dari hasil IPO setelah dikurangi biaya-biaya emisi efek akan digunakan untuk modal kerja yang antara lain namun tidak terbatas digunakan untuk biaya operasional, pembayaran kepada pemasok, perbaikan alat berat yang dimiliki,” demikian dikutip dari prospektus perseroan.
Perseroan akan membayar dividen maksimal 30 persen usai pelaksanaan IPO. Pembagian dividen mulai 2025 dari laba bersih 2024 dan apabila Perseroan telah mencatat saldo laba positif.
Pembayaran dividen tersebut tergantung berbagai faktor antara lain laba ditahan, kinerja operasional dan keuangan, kondisi keuangan, likuiditas, prospek bisnis dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.
Terkait kinerja keuangan, Perseroan mencatat pertumbuhan pendapatan 32,14 persen menjadi Rp 131,60 miliar hingga 31 Juli 2023 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 99,59 miliar. Perseroan membukukan laba periode berjalan Rp 17,15 miliar dari periode sama tahun sebelumnya rugi Rp 6,81 miliar.
Advertisement
Jadwal IPO
Perseroan mencatat ekuitas Rp 149,15 miliar hingga 31 Juli 2023 dari periode 2022 sebesar Rp 132,17 miliar. Total liabilitas Perseroan naik menjadi Rp 110,54 miliar hingga 31 Juli 2023 dari Desember 2022 sebesar Rp 105,77 miliar. Perseroan membukukan aset Rp 259,69 miliar hingga 31 Juli 2023 dari Desember 2022 sebesar Rp 237,94 miliar.
Pemegang saham Perseroan setelah IPO antara lain PT International Sawo Resources sebesar 76 persen, Djoni Suyanto sebesar 4 persen, masyarakat sebesar 19 persen dan karyawan melalui program ESA sebesar 1 persen.
Untuk melakukan aksi korporasi ini, Perseroan telah menunjuk PT Lotus Andalan Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Jadwal Sementara IPO:
- Masa penawaran awal pada 18-25 Januari 2024
- Tanggal efektif pada 30 Januari 2024
- Masa penawaran umum pada 1-6 Februari 2024
- Tanggal penjatahan pada 6 Februari 2024
- Tanggal distribusi saham secara elektronik pada 7 Februari 2024
- Tanggal pencatatan saham di BEI pada 12 Februari 2024
BEI Incar 62 IPO pada 2024
Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan sekitar 62 saham baru tercatat melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan raihan IPO 2023 yang mencapai 79 emiten.
"Kalau kita bicara IPO saham tahun depan itu 61 atau 62," ujar Direktur Utama BEI Iman Rachman , dikutip Senin (1/1/2024).
Hingga akhir 2023, Bursa telah mengantongi setidaknya setengah dari target IPO dalam pipeline, yakni 30 perusahaan. Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 9 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 19 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, sisanya 2 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar. Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 3 Perusahaan dari sektor basic materials
• 6 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 4 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 2 Perusahaan dari sektor energy
• 0 Perusahaan dari sektor financials
• 0 Perusahaan dari sektor healthcare
• 5 Perusahaan dari sektor industrials
• 3 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 1 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 5 Perusahaan dari sektor technology
• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Secara keseluruhan, Bursa menargetkan pencatatan efek baru yang terdiri dari pencatatan saham, efek bersifat utang dan sukuk (EBUS), serta rights issue sebanyak 230 pencatatan pada 2024.
Target tersebut naik dari target revisi tahun ini sebanyak 200 pencatatan, namun turun signifikan dari realisasi akhir tahun lalu yang telah mencapai 385 pencatatan hingga 27 Desember 2023.
Selain itu, BEI menargetkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) 12,25 triliun dan penambahan 2 juta investor baru. Tahun depan, Bursa juga akan meluncurkan instrumen investasi kontrak berjangka saham atau single stock futures (SSF) pada kuartal I 2024.
Advertisement