Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) meminta penjelasan kepada emiten produsen kelapa sawit PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) mengenai kabar pemegang saham Perseroan akan menjual saham.
Terkait hal itu, Direktur PT Austindo Nusantara Jaya Tbk, Naga Waskita menyebutkan pihaknya tidak mengetahui informasi tersebut. Sebelumnya dikabarkan pengendali Perseroan akan melepas saham dengan valuasi Rp 7,84 triliun.
Baca Juga
"Sampai dengan saat ini, Perseroan tidak mengetahui informasi yang diberitakan. Perseroan senantiasa mematuhi peraturan pasar modal di Indonesia, terutama ketentuan III.2.2 Peraturan Nomor I-E tentang kewajiban penyampaian informasi,” ujar dia seperti dikutip dari keterbukaan informasi BEI, ditulis Sabtu (2/3/2024).
Advertisement
Naga juga menyebutkan, hingga kini tidak ada informasi atau kejadian penting lainnya yang material yang dapat disampaikan oleh Perseroan.
Apabila Perseroan mengetahui adanya informasi material yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup Perseroan serta dapat mempengaruhi harga saham Perseroan, Perseroan akan segera menyampaikannya kepada pihak otoritas yakni Otoritas Jasa Keuangan dan BEI sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan data BEI, pemegang saham PT Austindo Nusantara Jaya Tbk antara lain PT Memimpin Dengan Nurani sebesar 40,84 persen, PT Austindo Kencana Jaya sebesar 40,84 persen, masyarakat sebesar 8,33 persen.
Selain itu, George Santosa Tahija sebesar 4,74 persen, Sjakon George Tahija sebesar 4,73 persen, Lucas Kurniawan sebesar 0,09 persen, Aloysius D’Cruz sebesar 0,048 persen, Nopri Pitoy sebesar 0,034 persen, Istini Sidhharta sebesar 0,107 persen, Geetha Govindan sebesar 0,093 persen dan Mohammad Fitriyansyah sebesar 0,036 persen.
Pada penutupan perdagangan Jumat, 1 Maret 2024, saham ANJT naik 1,39 persen ke posisi Rp 730 per saham. Saham ANJT dibuka naik 10 poin ke posisi Rp 730 per saham. Saham ANJT berada di level tertinggi Rp 770 dan terendah Rp 725 per saham. Total frekuensi perdagangan 838 kali dengan volume perdagangan 25.582 saham. Nilai transaksi Rp 1,9 miliar.
Selama sepekan, saham ANJT melonjak 2,82 persen. Sedangkan ytd, saham ANJT susut 2,01 persen.
Produksi Perseroan
Di sisi lain, Perseroan juga mengumumkan kinerja operasi dan keuangan sepanjang 2023.
PT Austindo Nusantara Jaya Tbk mencatat volume produksi tandan buah segar (TBS) 4,8 persen dari 840.581 mt pada 2022 menjadi 881.051 metrik ton (mt) pada 2023.
Kenaikan produksi TBS tersebut didorong oleh produktivitas TBS yang lebih tinggi pada 2023 sebesar 20,3 mt/ha, meningkat 4,4% dari 19,4 mt/ha pada 2022. Total area menghasilkan di perkebunan inti pada 2023 seluas 43.400 Ha, meningkat 2,8% dari 42.237 ha pada 2022.
“Total area belum menghasilkan pada akhir tahun 2023 seluas 5.116 Ha dan kami memperkirakan tanaman muda di area ini akan menghasilkan TBS secara bertahap mulai 2024,” tulis Perseroan dikutip dari bulletin Perseroan.
Perseroan menyebutkan Perkebunan di Pulau Belitung tetap menjadi kontributor produksi utama yang sumbang 28,9 persen dari total produksi TBS dengan memproduksi 254.579 mt TBS pada 2023, meningkat 16 persen dibandingkan produksi TBS 2022 sebesar 219.422 mt disebabkan oleh produktivitas lebih tinggi dari tanaman muda hasil penanaman kembali (replanting).
Advertisement
Volume Penjualan
Meskipun produksi TBS dari perkebunan inti meningkat, perseroan membeli lebih sedikit TBS dari pihak ketiga karena adanya pembatasan akses jalan yang terjadi pada kuartal pertama 2023 di perkebunan di Sumatera Utara I, serta adanya persaingan harga yang ketat dari beberapa pabrik baru yang beroperasi tetapi tidak memiliki perkebunan sendiri (“pabrik independen”).
Namun demikian, perseroan mampu mencatat pertumbuhan produksi CPO sebesar 2,9% menjadi 283.659 mt pada tahun 2023.
“Secara total, kami memproses 1.374.871 mt TBS pada 2023, dengan tingkat ekstraksi sebesar 20,6%, sedikit meningkat dari tingkat ekstraksi sebesar 20,1% pada 2022,” tulis Perseroan.
Sementara itu, produksi Inti Sawit (Palm Kernel atau “PK”) turun menjadi 52.432 mt pada 2023 dari 55.011 mt pada tahun lalu karena sifat genetik dari kelapa sawit yang baru ditanam menghasilkan lebih banyak CPO tetapi lebih sedikit menghasilkan PK.
Produksi Minyak Inti Sawit (Palm Kernel Oil atau “PKO”) tumbuh sebesar 38,7% menjadi 1.459 mt pada 2023 dibandingkan capaian produksi tahun lalu sebesar 1.052 mt seiring dengan peningkatan produksi TBS dari perkebunan Papua Barat Daya.
Pada 2023, Perseroan mencatat peningkatan volume penjualan sebesar 4,9% menjadi 288.941 mt dari penjualan tahun lalu sebesar 275.320 mt, sejalan dengan peningkatan produksi CPO.
Selain itu, volume penjualan PKO meningkat 13,1% menjadi 1.049 mt dari 928 mt pada tahun lalu. Sementara itu, volume penjualan PK pada 2023 turun sebesar 4,4%, sejalan dengan penurunan produksi PK pada 2023.
Harga CPO
Harga CPO mengalami tren penurunan pada semester pertama 2023 dan mencapai titik terendah di sekitar USD 700/mt pada Mei 2023.
Kekhawatiran global terhadap dampak El Nino pada pertengahan 2023 menjadi katalis positif untuk mendorong harga CPO pada semester kedua 2023 yang kemudian berfluktuasi pada kisaran USD 750–825/mt. Penurunan harga CPO ini menyebabkan Perseroan mencatatkan Harga Jual Rata-Rata (HJR) untuk CPO pada 2023 sebesar USD 731/mt, lebih rendah 12,9% dibandingkan dengan HJR tahun 2022 sebesar USD 840/mt.
Sedangkan HJR untuk PK 2023 sebesar 358/mt, lebih rendah 36,0% dibandingkan HJR tahun 2022 sebesar USD 559/mt. Adapun harga jual PKO adalah sebesar USD 734/mt, lebih rendah 33,1% dibandingkan HJR tahun 2022 sebesar USD 1.096/mt
Advertisement