Liputan6.com, Jakarta Platform E-Commerce Bukalapak (BUKA) mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 23% menjadi Rp 4.438 miliar atau Rp 4,4 triliun pada 2023. Angka tersebut menandai tercapainya target pertumbuhan pendapatan Bukalapak.
Tercatat, divisi marketplace memberikan pertumbuhan yang sangat baik sebesar 47% sepanjang tahun 2023, utamanya didukung oleh pertumbuhan pada divisi gaming.
Baca Juga
EBITDA yang mencapai Rp 475 miliar di tahun 2023, dan Core earnings (Laba bersih tidak termasuk keuntungan/kerugian pada Investasi, FX, goodwill dan non-recurring items) berada di posisi positif sebesar Rp 42 miliar.
Advertisement
"Kinerja kami di 2023 telah membawa Perusahaan mencatatkan EBITDA yang Disesuaikan yang mendekati target titik positif pada kuartal IV 2023. Kami semakin yakin untuk mencapai target profitabilitas secara kuartalan, setelah meraih peningkatan EBITDA yang Disesuaikan selama delapan kuartal berturut-turut," kata Presiden Bukalapak, Teddy Oetomo dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (24/3/2024).
"Kami memiliki platform yang kuat untuk pertumbuhan dengan peluang yang ada dalam bisnis Mitra, gaming, dan e-retail kami. Kami fokus untuk menangkap peluang pertumbuhan Perseroan, meningkatkan keberlanjutan pendapatan kami, dan menargetkan hasil yang kuat pada tahun 2024," bebernya.
"Hasil ini adalah bukti dari cara kami tetap berfokus di tahun 2023. Core earnings - yang dihitung sebagai laba bersih yang tidak termasuk keuntungan/kerugian pada investasi, FX, goodwill dan non-recurring items) - tercatat sebesar Rp 42 miliar, jauh melebihi kerugian Rp 2,3 triliun," kata dia.
"Basis modal, rasio modal, dan neraca Bukalapak tetap kuat dengan Rp 19,3 triliun dalam bentuk kas, setara kas dan investasi likuid,” papar Teddy.
Capaian Lainnya
Selanjutnya, mitra Bukalapak juga terus mencatatkan peningkatan.
Pendapatan Mitra pada kuartal keempat 2023 meningkat 14% Year on Year (YoY), menjadi Rp 597 miliar dan dalam tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2023 (FY23) meningkat 11%, menjadi Rp 2.195 miliar, dari tahun lalu.
Pertumbuhan di divisi Online to Offline ini didorong oleh peningkatan dalam campuran produk kami dan ragam penawaran layanan yang lebih luas bagi para Mitra, ungkap Bukalapak.
70% dari TPV Perusahaan berasal dari luar wilayah Tier 1 Indonesia, di mana Perusahaan terus melihat pertumbuhan yang kuat dalam penetrasi all-commerce dan tren digitalisasi di kalangan toko ritel mikro offline.
Bisnis O2O mewakili 54% dari pendapatan grup pada kuartal keempat. Margin kontribusi Bukalapak, dihitung sebagai laba kotor setelah biaya S&M, meningkat dari Rp 31 miliar pada Tahun 2022 menjadi Rp 532 miliar pada FY23. Margin kontribusi O2O sebagai persentase dari TPV tumbuh sebesar 29bps dari -0.25% pada kuartal keempat Tahun 2022 untuk memberikan angka positif pertama kalinya dalam kuartal terakhir tahun 2023.
Advertisement
Momentum Positif
Bukalapak mengungkapkan, ekonomi makro yang solid dan kuatnya kepercayaan konsumen telah memberikan momentum positif untuk tahun 2024.
"Kami mengharapkan pendapatan akan meningkat antara 15-20% menjadi setidaknya Rp 5.104 miliar atau Rp 5,1 triliun dan EBITDA yang Disesuaikan lebih tinggi dari Rp 200 miliar untuk Tahun 2024," ungkap platform tersebut.
Pengelolaan Biaya Menjadi Fokus di 2024
Disiplin dalam mengelola biaya yang rendah menjadi hal yang penting untuk dipertahankan E-Commerce tersebut di tahun 2024.
Terdapat penurunan yang cukup signifikan atas Beban Umum dan Administrasi pada kuartal keempat sebesar 52% menjadi Rp 324 miliar sedangkan total Beban Umum dan Administrasi pada tahun 2023 menurun sebesar 47% menjadi Rp 1.349 miliar.
Investasi dalam teknologi merupakan komponen kunci dalam mendorong efisiensi biaya tersebut. Digitalisasi tersebut telah memungkinkan kami untuk terus meningkatkan pengalaman pengguna kami dan mengurangi waktu eksekusi transaksi, demikian pernyataan Bukalapak.
Advertisement