Liputan6.com, Jakarta Pasar modal menjadi salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara. Secara sederhana, pasar modal menjadi tempat bertemunya pencari modal (emiten) dan pemodal (investor).
Asumsinya, semakin banyak perusahaan menggalang dana, maka diharapkan ekspansinya juga besar sehingga membantu perputaran ekonomi.
Baca Juga
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi memaparkan kebijakan OJK dalam mendorong pertumbuhan dan integritas pasar modal Indonesia.
Advertisement
OJK berupaya meningkatkan basis investor yang didukung dengan penguatan integritas pasar, seperti melalui penerapan notasi khusus dan papan pemantauan khusus, penegakan hukum, penerapan disgorgement fund, dan dana perlindungan investor, serta memfasilitasi pengaduan dari nasabah.
"Kami percaya bahwa dengan sinergi antara regulator, pelaku pasar, dan seluruh pemangku kepentingan, serta sivitas akademika, kita dapat mencapai tujuan pasar modal Indonesia yang berdaya saing tinggi di kancah global,” kata Inarno dalam Road to Indonesia Management Summit 2024, dikutip Kamis (4/7/2024).
Sementara itu, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman mengatakan, BEI telah mengimplementasikan berbagai inisiatif untuk mempertahankan perdagangan yang teratur, wajar, dan efisien, serta untuk menarik minat investor.
Himpun Dana Rp 479,2 Triliun
Pada 2019, pasar modal Indonesia berhasil menghimpun dana sebesar Rp 479,42 triliun, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 35,20%.
Hal itu menunjukkan bahwa pasar modal menjadi alternatif pendanaan yang kompetitif dibandingkan dengan sektor perbankan.
"Kontribusi pasar modal terhadap ekonomi juga tercermin dalam kontribusi pajak sebesar 185,17 triliun rupiah pada tahun 2023, serta pembagian dividen kepada investor yang meningkat menjadi 366,6 triliun rupiah, naik 42,6% dibandingkan tahun 2019,” jelas Iman Rachman.
Tingkatkan Kualitas Manajemen
Mewakili ranah akademik, khususnya bidang ilmu manajemen, Kepala Departemen Manajemen PPIM FEB UI, Prof. Irwan Adi Ekaputra juga menjelaskan keterkaitan antara kapabilitas manajemen dan daya saing dari perspektif perusahaan publik.
Menurutnya, dalam era globalisasi yang kompetitif, penting bagi perusahaan publik untuk mempertajam kapabilitas manajemen mereka sebagai fondasi utama dalam meningkatkan daya saing.
"Melalui strategi inovatif dan pengelolaan sumber daya yang efektif, perusahaan dapat memposisikan diri untuk merespons tantangan pasar dengan lebih adaptif dan proaktif," kata Prof. Irwan Adi Ekaputra.
Dia menambahkan, Indonesia setidaknya memiliki dua sasaran utama, yaitu Indonesia Emas 2045 dan Indonesia mencapai Net Zero Emission 2060. Untuk mencapai kedua hal tersebut, diperlukan komitmen dan kontribusi dari semua pihak, termasuk perusahaan publik yang memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional.
Advertisement