Menanti Data Inflasi AS, Simak Rekomendasi Saham Pekan Ini 12-16 Agustus 2024

Selain data dari AS, data dari China dan Indonesia perlu diperhatikan investor saham. Data yang perlu dilihat adalah tingkat pengangguran yang diproyeksikan oleh konsensus turun ke 5% dari sebelumnya di 5,1%.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 12 Agu 2024, 12:00 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2024, 12:00 WIB
Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Pekerja melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Meski terjebak di zona merah, IHSG berhasil mengakhiri perdagangan di level 5.841. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Perdagangan saham pada pekan ini diwarnai sejumlah data penting dari Amerika Serikat (AS) dan China. Pada periode perdagangan 12-16 Agustus 2024, sejumlah data ekonomi yang patut diperhatikan yakni PPI AS dan CPI AS. PPI AS mengukur perubahan harga yang diterima produsen, khususnya mengenai harga bahan baku.

"Jika harga bahan baku naik, bisa jadi perusahaan akan menaikkan harga produknya dan menyebabkan inflasi pada sisi konsumen naik. Data ini perlu diperhatikan karena data ini juga akan menjadi pertimbangan The Fed untuk menentukan kebijakan moneternya," kata Equity Analis Indo Premier Sekuritas (IPOT), Imam Gunadi, Senin (12/8/2024).

Selain dari sisi produsen, AS juga akan merilis data inflasi untuk bulan Juli dari sisi konsumen atau CPI. Data CPI AS dirilis pada Rabu (WIB) pekan ini. Dari sisi konsensus kita dapat melihat bahwa CPI diproyeksikan melambat ke 2,9% (yoy) dan untuk Core CPI juga diproyeksikan akan melambat ke 3,2% (yoy).

"Jika inflasi AS sesuai dengan konsensus, atau lebih kecil dari periode sebelumnya, hal ini dapat menjadi sentimen positif untuk pasar, dan semakin meningkatkan probabilitas untuk The Fed menurunkan suku bunganya sebesar 50 bps di bulan September 2024 nanti," jelas Imam.

Data China

Selain data dari AS, data dari China dan Indonesia perlu diperhatikan, seperti data tingkat pengangguran yang diproyeksikan oleh konsensus turun ke 5% dari sebelumnya di 5,1%.

Jika tingkat pengangguran lebih kecil dari periode sebelumnya atau lebih kecil dari konsensus maka dapat menjadi sentimen positif untuk pasar khususnya IHSG.

 

Rekomendasi Saham

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Berkaca pada data-data ekonomi tersebut, PT Indo Premier Sekuritas membeberkan saham-saham yang menarik dicermati untuk perdagangan periode 12-16 Agustus 2024 pekan ini, sebagai berikut:

1. Buy ITMG (Support 26.250, Resist 27.450)

Harga batu bara Newcastle telah naik ke level 145 US Dollar per ton-nya, dan merupakan level tertinggi baru selama 3 bulan terakhir. Kenaikan harga batu bara ini juga tidak terlepas dari membaiknya ekonomi di China dan tentu hal ini akan menjadi angin segar juga bagi emiten batu bata salah satunya adalah ITMG yang salah satu porsi penjualan batu baranya paling besar ke China.

2. Buy on Pullback ASII (Support 4.590, Resist 4.880)

Solidnya ekonomi Indonesia yang masih bisa tumbuh di atas 5% atau di atas konsensus 5% didukung juga oleh data-data lainnya membuat investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 1,2 triliun pasca sell off hari senin kemarin.

Salah satu data yang menarik adalah penjualan mobil yang mulai membaik dan sepeda motor yang signifikan serta ekonomi China yang membaik, akan menjadi sentimen positif untuk kinerja ASII yang diharapkan juga terefleksi pada pergerakan harganya. Pasca sell off hari senin kemarin, ASII sendiri mencatatkan net buy sebesar Rp 211 miliar atau terbesar kedua setelah BMRI.

3. Buy on breakout BBNI (Support 5.00, Resist 5.500)

Pada hari Jumat kemarin, saham BBNI mencatatkan net buy asing sebesar Rp 36,9 miliar. Hal ini juga tidak terlepas dari data ekonomi Indonesia yang cukup solid. membaiknya kondisi ekonomi khususnya Indonesia akan menjadi sentimen positif juga untuk sektor perbankan. Hal ini akan berpengaruh pada kualitas aset dan CKPN ke depan yang dapat berimbas pada dan bottom line perusahaan.

 

Perdagangan Pekan Lalu

FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Pada perdagangan 5-9 Agustus 2024 pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi tipis sebesar 0,76% dan membukukan net buy asing sebesar Rp 602,1 miliar. Tercatat, 2 top losers yakni IDX BASIC yang terkoreksi sebesar 3,11% dan IDX ENERGY 2,19%. IHSG hanya terkoreksi tipis berkat 2 top gainers yakni IDX PROPERTY yang tumbuh sebesar 1,44% dan IDX HEALTH 0,72%.

Sebelumnya, pada awal pekan IHSG mengalami koreksi yang cukup dalam, yaitu sebesar 3,40%. Imam Gunadi menuturkan dalam time horizone jangka menengah atau dari Maret hingga saat ini, IHSG berpotensi membentuk pola bullish pattern yaitu inverted head & shoulders setelah sebelumnya terjadi rejection pada area support di 6998 – 7024 dan akan kembali menguji resistance-nya di area 7348 – 7380.

"Pada time horizon yang lebih minor, saat ini IHSG kembali diperdagangkan di atas EMA5. Jika IHSG dapat bertahan di atas EMA5, IHSG berpotensi akan menguji resistance terdekat di level 7.300 dengan support-nya di 7.200," jelasnya.

Imam menambahkan ada sejumlah faktor yang mempengaruhi perdagangan selama sepekan terakhir. Pertama, Hawkish-nya Bank of Japan. Bank of Japan secara mengejutkan menaikkan suku bunganya sebesar 15 bps dari sebelumnya berapa di level 0,1% naik ke 0,25% pada akhir Juli 2024 kemarin. Sebelumnya, pada bulan Maret, Bank of Japan sebenarnya sudah menaikkan suku bunganya dari yang sebelumnya ada di level -0,1% menjadi 0,1%.

"Kenaikan suku bunga ini memberikan efek domino bagi ekonomi Jepang. Kita dapat melihat bagaimana dampaknya pada Nikkei 225 dan TOPIX yang mengalami koreksi >12%," jelas Imam.

 

Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona
Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya