Konstituen Terbaru FTSE Fix Pekan Depan, Bagaimana Prospek BREN dan BRIS?

Indeks Financial Times Stock Exchange (FTSE) Russell mengumumkan rebalancing indeks FTSE Global Equity Series 2024. Komposisi indeks terbaru akan berlaku per 20 September 2024 dan efektif pada 23 September 2024.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 06 Sep 2024, 07:16 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2024, 07:16 WIB
Ilustrasi bursa saham Asia (Foto by AI)
Ilustrasi bursa saham.Indeks Financial Times Stock Exchange (FTSE) Russell mengumumkan rebalancing indeks FTSE Global Equity Series 2024. Komposisi indeks terbaru akan berlaku per 20 September 2024 dan efektif pada 23 September 2024. (Foto by AI)

Liputan6.com, Jakarta Indeks Financial Times Stock Exchange (FTSE) Russell mengumumkan rebalancing indeks FTSE Global Equity Series 2024. Komposisi indeks terbaru akan berlaku per 20 September 2024 dan efektif pada 23 September 2024. Namun, perubahan konstituen indeks tersebut masih dapat direvisi oleh FTSE hingga penutupan bursa pada 6 September 2024.

Dua saham Indonesia berhasil masuk ke indeks FTSE berkapitalisasi besar (Large Cap Index FTSE), yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS). Pengamat Pasar Modal yang juga founder Traderindo.com, Wahyu Laksono menilai baik BREN maupun BRIS merupakan emiten besar dengan kinerja cemerlang, dan memiliki potensi jangka menengah dan panjang yang menjanjikan.

Dalam catatanya, dari sisi kinerja BREN membukukan laba bersih sebesar USD 57,95 juta pada semester I 2024. Laba itu naik 0,5% secara tahunan. Untuk saat ini Wahyu mencermati pergerakan saham BREN di kisaran 7.000-13.000, dengan target jangka menengah atau medium term di posisi 13.000.

"Potential buy. Walaupun masih potensial naik long term pada kisaran 14.000-15.000, namun di atas 13.000 rentan koreksi. Jika terjadi koreksi, buy on weakness di sekitar atau di bawah 8.000," kata Wahyu.

Semantara untuk BRIS, dari sisi kinerjanya membukukan laba bersih Rp 3,4 triliun pada semester I 2024. Laba itu naik 22,3% yoy. BSI per Juni 2024 masih menjadi bank syariah terbesar di Indonesia dengan total aset Rp 360,85 triliun, naik 15,1% yoy, dan berpotensi terus membesar.

MEnurut Wahyu, BRIS memiliki potensi besar meningkatkan market cap. Saat ini, market cap BRIS sudah mencapai Rp124,93 triliun. Dalam pantauannya, saham BRIS saat ini sedang konsolidasi bullish di kisaran 2.100-3.000.

"Di bawah 2.100, buy on weakness. Kalau break 3.000 bisa lanjut naik menguji level 4.000. Tapi di dekat atau di atas 4.000 rentan koreksi. Sell On Strength," ulas Wahyu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Calon Emiten di Pipeline IPO Berkurang Meski Tak Ada Listing, BEI Buka Suara

Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan saham di penghujung tahun ini ditutup langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa mengumumkan jumlah perusahaan yang berada di pipeline pencatatan perdana saham atau initial public offering (IPO).

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini terdapat 23 perusahaan yang siap debut di Bursa per 30 Agustus 2024.

Jumlah itu turun dari sebelumnya ada 28 calon emiten di pipeline IPO per 9 Agustus 2024. Sementara, toral perusahaan yang listing tidak mengalami perubahan. Sejak 9 Agustus hingga 30 Agustus 2024, terdapat 34 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO tersebut sebesar Rp 5,15 triliun.

“Penyebabnya ada yang merupakan keputusan internal perusahaan untuk menunda, maupun yang berdasarkan evaluasi Bursa belum dapat memberikan persetujuan,” kata Nyoman kepada wartawan, Kamis (5/9/2024).

Sesuai Prosedur

Menurut Nyoman, semua proses evaluasi dilakukan sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku, tidak ada kaitannya dengan isu lain.

Dari sisi asetnya, perusahaan yang saat ini berada di pipeline IPO didominasi oleh perusahaan dengan aset kelas menengah. Sedangkan dari sisi sektor saham, paling banyak berasal dari sektor konsumer non-siklikal.

Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 4 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 20 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Sisanya 4 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.

 


Sektor Saham

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Pekerja bercengkerama di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). IHSG ditutup naik 3,34 poin atau 0,05 persen ke 5.841,46. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara, rincian sektor saham adalah sebagai berikut:

  • 3 Perusahaan dari sektor basic materials
  • 4 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
  • 5 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
  • 3 Perusahaan dari sektor energy
  • 2 Perusahaan dari sektor financials
  • 1 Perusahaan dari sektor healthcare
  • 4 Perusahaan dari sektor industrials
  • 2 Perusahaan dari sektor infrastructures
  • 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
  • 3 Perusahaan dari sektor technology
  • 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya