Liputan6.com, Jakarta Memasuki pemerintahan baru era Prabowo, pergerakan investor asing menarik untuk diperhatikan. Head of Institutional Research Sinarmas Sekuritas, Isfhan Helmy mengatakan, investor asing diharapkan untuk menunggu dengan hati-hati selama 100 hari pemerintahan Prabowo sebelum mengalihkan portofolio mereka kembali ke saham Indonesia.
Dengan demikian, pergerakan ringan pada IHSG untuk kuartal IV 2024 harus diantisipasi, dengan target IHSG 12 bulan kami sekarang ditetapkan pada 7.900 berdasarkan P/E 13,2x (-0,5 di bawah P/E rata-rata 5 tahun). Sementara itu, target IHSG bullish kami adalah 8.650 (berdasarkan P/E 14,4x, atau tepat pada rata-rata 5 tahun).
Baca Juga
"Kita masih lihat bahwa at least tahun depan dengan headwinds yang ada seperti ini, seperti misalnya dari sisi fiskal itu ada pajak yang mungkin dinaikkan ada macam-macam kemungkinan ,base case kita ini kita pasang di 7.900 dengan P/E masih sekitar sedikit di bawah rata-rata 5 tahun. Jadi base case kita 7.900 dan bull case kita 8.650 untuk (IHSG) tahun depan," kata Isfhan dalam webinar Equity & Fixed Income Outlook - Navigating a Changing Landscape," Senin (21/10/2024).
Advertisement
Sementara itu, dia menyarankan investor untuk berhati-hati melewati musim pendapatan kuartal III 2024 mendatang sebelum membuat beberapa perubahan besar pada portofolio. "Kami akan menilai pilihan utama kami setelah musim pendapatan," imbuh Isfhan.
Pada perdagangan hari ini, Senin 21 Oktober 2024, IHSG naik 0,16 persen ke posisi 7.772,596. IHSG dibuka pada posisi 7.760,191 dan bergerak pada rentang 7.739,887-7.795,087. Merujuk data RTI, frekuensi perdagangan saham di Bursa tercatat sebanyak 1.42 juta kali. Volume saham yang ditransaksikan yakni 25,87 miliar lembar senilai Rp 10,55 triliun. Sebanyak 303 saham menguat, 270 saham turun, dan sisanya 228 saham bergerak stagnan atau mengalami perubahan 0,00 persen.
Mengenai aliran dana asing, Isfhan mencatat asing banyak melakukan nett sell pada saham perbankan. Dalam catatannya, kuartal II 2024 merupakan periode terburuk bagi sektor perbankan dalam waktu yang lama, karena investor asing banyak menjual saham bank-bank besar menyusul langkah mengejutkan dari Bank Rakyat Indonesia (BBRI) untuk menaikkan biaya kredit setahun penuh menjadi 3% guna mengatasi meningkatnya NPL bruto.