Lo Kheng Hong Enggan Jajal Saham Ini, Kenapa?

Investor Senior Lo Kheng Hong menuturkan tertarik dengan sektor perbankan dengan aset sekitar Rp 200-350 triliun dengan Price to Book Value atau PBV yang masih kecil.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 10 Nov 2024, 12:08 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2024, 12:08 WIB
Lo Kheng Hong Enggan Jajal Saham Ini, Kenapa?
Investor Senior Lo Kheng Hong terus terang jika dirinya tak begitu menyukai bank digital. (Dok Sinarmas)

Liputan6.com, Jakarta - Investor Senior Lo Kheng Hong terus terang jika dirinya tak begitu menyukai bank digital. Meski, saham perbankan secara umum menjadi favoritnya. Menurut Lo, bank digital memiliki aset yang relatif kecil, yaitu sekitar Rp 20 triliun dengan keterbatasan ruang tumbuh.

Lantaran, industri perbankan sudah dikuasai oleh bank-bank besar. "Bank kecil, digital sangat sulit untuk menjadi besar. Lihat saja sudah 2-3 tahun, aset tetap tak bertumbuh. Segitu-gitu saja sekitar Rp 20 triliun. Tetapi, bank besar sangat mudah untuk menjadi bank digital," ungkap dia.

Lo sendiri mengaku tertarik dengan sektor perbankan dengan aset sekitar Rp 200-350 triliun dengan Price to Book Value atau PBV yang masih kecil. Diketahui, Lo memiliki saham perbankan seperti PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) dan PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP).

"Saya ambil bank-bank yang asetnya Rp 200-350 triliun. PBV masih di bawah 1x. Jadi kalau lihat bank yang aset Rp 200-350 triliun, sekarang (di portofolio) ada 2 emiten bank, menyusul 1 lagi (jadi 3), nama saya muncul sebagai 10 besar pemegang saham di sana," kata Lo.

Secara umum, Lo menilai perusahaan menarik dicermati ketika dikelola oleh manajemen yang bertanggung jawab. Lo menegaskan, dirinya tidak tertarik dengan perusahaan dengan manajemen yang tidak baik.

Selain itu, Lo mempertimbangkan dari sisi bidang usaha. Alih-alih membaca prospek pada masa mendatang, Lo lebih memilih emiten atau perusahaan yang sudah jelas laba besar. Selanjutnya, Lo mencermati dari sisi valuasi. Asal tahu saja, Lo memiliki rumus bahwa price earning ratio (PER) maksimal 9x dan price to book ratio (PBV) maksimal 1x. Terakhir, adalah dividen.

"Dapat dividen besar enak, seperti mendapatkan uang tunggu. Tahun lalu dapat dividen dari emiten-emiten yang saya miliki Rp 100 miliar. Lumayan (besar), enak. Itung-itung saya dapat uang tunggu," kata Lo.

 

Blak-blakan, Lo Kheng Hong Bocorkan Sektor Saham Favoritnya

Investor Saham
Investor kawakan, Lo Kheng Hong dalam diskusi Special Session 2: Identifying New Investment Opportunities & Strategies, di Jakarta Convention Center (JCC), Selasa (8/10/2024).

Sebelumnya, investor kawakan, Lo Kheng Hong buka-bukaan mengenai sektor saham jagoannya. Di era ekonomi yang tidak pasti, seiring transisi pemerintah baru baik di dalam negeri dan di luar negeri, Lo Kheng Hong jagokan sektor perbankan. Sektor ini menjadi favorit Lo lantaran dari sisi kinerjanya mampu membukukan laba hingga puluhan triliun.

Namun tentu tidak semua bank masuk kriteria investasi Lo. Ada beberapa pertimbangan untuk investasi pada saham sektor ini, salah satunya Price to Book Value atau PBV.

"Saya ambil bank-bank yang asetnya Rp 200-350 triliun. PBV masih di bawah 1x. Jadi kalau lihat bank yang aset Rp 200-350 triliun, sekarang (di portofolio) ada 2 emiten bank, menyusul 1 lagi (jadi 3), nama saya muncul sebagai 10 besar pemegang saham di sana," kata Lo dikutip Sabtu (9/11/2024).

Diketahui, Lo memiliki saham perbankan seperti PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) dan PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP). Selain perbankan, sektor lain yang masih menjadi favorit Lo adalah batu bara. Untuk sektor batu bara, investor yang kerap dijuluki Warren Buffet Indonesia itu berinvestasi lewat saham PT ABM Investama Tbk (ABMM).

“Masih kok, masih batu bara itu,” kata Lo kepada wartawan.

Secara umum, Lo menilai perusahaan menarik dicermati ketika dikelola oleh manajemen yang bertanggung jawab. Lo menegaskan, dirinya tidak tertarik dengan perusahaan dengan manajemen yang tidak baik.

 

Hal Lain Jadi Pertimbangan

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Pekerja bercengkerama di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). IHSG ditutup naik 3,34 poin atau 0,05 persen ke 5.841,46. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, Lo mempertimbangkan dari sisi bidang usaha. Alih-alih membaca prospek di masa mendatang, Lo lebih memilih emiten atau perusahaan yang sudah jelas laba besar. Menurut Lo, dalam investasi itu penting untuk memastikan tidak membeli kucing dalam karung.

"Saya beli perusahaan yang cuannya besar. Perusahaan rugi dan cuan kecil saya tidak mau beli. Saya hanya beli perusahaan yang cuannya besar. Perusahaan bukan hanya untung besar, tapi juga tumbuh. Nikmat sekali kalau punya perusahaan untung besar dan tiap tahun tambah besar untungnya. Seperti memiliki mesin pencetak uang," imbuh Lo.

Selanjutnya, Lo mencermati dari sisi valuasi. Asal tahu saja, Lo memiliki rumus bahwa price earning ratio (PER) maksimal 9x dan price to book ratio (PBV) maksimal 1x. Terakhir, adalah dividen. Pada tahun lalu, Lo mengantongi dividen Rp 1 miliar.

"Dapat dividen besar enak, seperti mendapatkan uang tunggu. Tahun lalu dapat dividen dari emiten-emiten yang saya miliki Rp 100 miliar. Lumayan (besar), enak. Itung-itung saya dapat uang tunggu," kata Lo.

 

 

Jurus Serok Cuan di Pasar Modal Ala Lo Kheng Hong

Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, investor kawakan, Lo Kheng Hong berbagi jurus jitu serok cuan lewat investasi di pasar modal. Pertama, Lo mengatakan yang paling diperhatikan adalah pengendali perusahaan.

Menurut Lo, perusahaan menarik dicermati ketika dikelola oleh manajemen yang bertanggung jawab. Lo menegaskan, dirinya tidak tertarik dengan perusahaan dengan manajemen yang tidak baik.

"Lihat siapa pengendali perusahaan. Siapa direksi dan komisaris. Apakah orang baik dan orang jujur. Kalau bukan orang baik dan jujur, orang yang suka ambil uang perusahaan untuk perkaya diri, saya tidak mau beli," kata Lo dalam Seminar Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2024, Kamis (7/11/2024).

Selain itu, Lo mempertimbangkan dari sisi bidang usaha. Alih-alih membaca prospek di masa mendatang, Lo lebih memilih emiten atau perusahaan yang sudah jelas laba besar. Menurut Lo, dalam investasi itu penting untuk memastikan tidak membeli kucing dalam karung.

"Saya beli perusahaan yang cuannya besar. Perusahaan rugi dan cuan kecil saya tidak mau beli. Saya hanya beli perusahaan yang cuannya besar. Perusahaan bukan hanya untung besar, tapi juga tumbuh. Nikmat sekali kalau punya perusahaan untung besar dan tiap tahun tambah besar untungnya. Seperti memiliki mesin pencetak uang," imbuh Lo.

Selanjutnya, Lo mencermati dari sisi valuasi. Asal tahu saja, Lo memiliki rumus bahwa price earning ratio (PER) maksimal 9x dan price to book ratio (PBV) maksimal 1x. Terakhir, adalah dividen. Pada tahun lalu, Lo mengantongi dividen Rp 1 miliar.

"Dapat dividen besar enak, seperti mendapatkan uang tunggu. Tahun lalu dapat dividen dari emiten-emiten yang saya miliki Rp 100 miliar. Lumayan (besar), enak. Itung-itung saya dapat uang tunggu," kata Lo.

Infografis Jurus Pemerintahan Prabowo - Gibran Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Jurus Pemerintahan Prabowo - Gibran Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya