Liputan6.com, Jakarta KISI Asset Management memproyeksikan indeks harga saham gabungan (IHSG) berpotensi mencapai posisi 8.455 dalam skenario bull dan 8.000 dalam skenario bear. Perkiraan itu mempertimbangkan dinamika ekonomi global, kekuatan fundamental ekonomi domestik Indonesia, serta peluang menarik yang dapat dimanfaatkan pada tahun 2025.
Direktur Utama KISI Asset Management, Mustofa, menegaskan bahwa meskipun kondisi global masih penuh tantangan, Indonesia terus menunjukkan ketahanan ekonomi yang luar biasa.
Baca Juga
“Tantangan global seperti kenaikan suku bunga di Amerika Serikat, tekanan inflasi, dan ketegangan geopolitik menjadi perhatian utama. Namun, Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang kokoh, ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil, inflasi yang terkendali, dan dukungan kebijakan pemerintah yang konsisten. Ini menjadi peluang besar bagi investor,” ujar Mustofa dalam Media Gathering, Selasa (17/12/2024).
Advertisement
Salah satu indikator penting yang dibahas dalam acara ini adalah penyempitan spread antara US Treasury 10Y dengan Obligasi Pemerintah Indonesia 10Y. Tren ini mencerminkan menurunnya persepsi risiko investasi di Indonesia, sekaligus meningkatkan daya tarik investasi di pasar domestik.
Direktur Investasi KISI Asset Management, Arfan F. Karniody menggarisbawahi prospek positif bagi pasar modal Indonesia di tengah ketidakpastian global. Menurut dia, fundamental ekonomi Indonesia yang kuat menempatkan pasar modalnya sebagai tempat yang aman bagi investor di tengah ketidakpastian global.
"Kebijakan fiskal dan moneter yang bijaksana, dipadukan dengan pertumbuhan yang tangguh, memastikan daya saing Indonesia dalam menarik aliran modal, menjadikannya tujuan investasi jangka panjang yang menarik,” ujar Arfan.
IHSG
Dalam skenario optimis (bull), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan mencapai 8.455, didukung oleh pertumbuhan laba per saham (EPS) sebesar 7% dan valuasi 13,5 kali Price-to-Earnings (PE).
Imbal hasil obligasi 10 tahun Indonesia diperkirakan berada di 6,5%, sementara imbal hasil obligasi 10 tahun AS turun ke 4%. Suku bunga acuan The Fed diprediksi akan turun hingga 3,75%, mendukung pertumbuhan ekonomi global. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia diperkirakan mencapai 5,3%, dengan inflasi terkendali di 3,5%. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diproyeksikan menguat di bawah 15.500.
Skenario moderat memperkirakan IHSG berada di angka 8.000, dengan EPS tumbuh sebesar 5% dan valuasi PE sebesar 13 kali. Imbal hasil obligasi Indonesia diprediksi naik tipis ke 6,75%, sedangkan imbal hasil obligasi AS meningkat ke 4,25%.
Advertisement
Suku Bunga Acuan The Fed
Suku bunga acuan The Fed diperkirakan turun menjadi 4%, lebih lambat dibandingkan skenario optimis. PDB Indonesia diperkirakan tumbuh 5%, dengan inflasi turun ke 2,5%. Nilai tukar rupiah diprediksi melemah ke 16.000 per dolar AS.
Namun, dalam skenario pesimis (bear), IHSG diproyeksikan hanya mencapai 7.536, dengan EPS tumbuh lemah sebesar 3% dan valuasi PE turun ke 12,5 kali. Imbal hasil obligasi Indonesia diperkirakan melonjak ke 7,5%, sementara imbal hasil obligasi AS naik signifikan ke 5,5%. Suku bunga acuan The Fed diprediksi tetap bertahan di 4,5%, tanpa pemangkasan suku bunga sepanjang tahun. PDB Indonesia diperkirakan hanya tumbuh 4,7%, dengan inflasi rendah di 1,5%. Nilai tukar rupiah diproyeksikan melemah tajam, melampaui 16.500 per dolar AS.