Jelang Laporan Keuangan, Bagaimana Prospek Harga Saham Apple?

Upaya AI Apple, seperti AFM LLM-nya, diharapkan dapat mendorong inovasi dan mendorong permintaan konsumen.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 30 Jan 2025, 14:45 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2025, 14:45 WIB
Alamat Kantor Apple di Indonesia Terungkap
Kantor Apple di Beijing - ilustrasi (ist.)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Saham Apple melonjak 4% setelah analis TD Cowen menegaskan kembali peringkat 'buy' mereka dan menaikkan target harga menjadi USD 250. Perusahaan akan melaporkan pendapatannya untuk kuartal IV, dan analis memperkirakan pertumbuhan pendapatan Apple tahun ke tahun (year on year/yoy) sebesar 4 persen, lapor GuruFocus.

Analis juga mengharapkan panduan pertumbuhan persentase satu digit menengah untuk kuartal Maret 2025, tambah laporan tersebut. Melansir The Economic Times, Kamis (30/1/2025), analis TD Cowen memperkirakan bahwa dampak potensial dari kemajuan AI, khususnya model yang terjangkau, dapat mendorong lebih banyak peningkatan perangkat pada tahun kalender 2025.

Upaya AI Apple, seperti AFM LLM-nya, diharapkan dapat mendorong inovasi dan mendorong permintaan konsumen. Analis memperkirakan pertumbuhan pendapatan sebesar 12 persen di segmen Layanan Apple pada kuartal Desember, sesuai laporan tersebut.

Fokus Apple dalam mengintegrasikan AI ke dalam ekosistemnya telah membawa perusahaan tersebut menuju kesuksesan yang berkelanjutan, menurut GuruFocus. Meskipun mungkin ada beberapa tantangan regulasi di masa mendatang, langkah strategis Apple mendorong kepercayaan investor, dan sebagai hasilnya, sahamnya tetap kuat.

Sektor Teknologi sedang Gempar

Saat ini, pasar teknologi dan dunia secara umum penuh dengan ketidakpastian. Bahkan saham Nvidia yang biasanya sangat kuat mengalami penurunan tajam pada hari Senin, kehilangan nilai pasar sebesar $589 miliar setelah perusahaan China, DeepSeek, membuat investor mempertanyakan efisiensi model AI yang lebih kecil.

Di sisi lain, saham Apple tetap stabil menjelang laporan keuangan kuartal pertamanya, yang akan diumumkan setelah penutupan pasar pada hari Kamis. Meski sempat turun sedikit akibat berita tentang DeepSeek, saham Apple langsung naik kembali sebesar 7%. Hal ini mungkin karena investor melihat bahwa Apple tertinggal dalam investasi AI dibanding Google dan Microsoft. Dengan demikian, nasib Apple tidak sepenuhnya bergantung pada keberhasilan atau kegagalan AI generatif.

Memang, beberapa teknologi unggulan Apple kurang berhasil, terutama Apple Intelligence, sistem AI generatif mereka yang diperkenalkan musim panas lalu. Apple memilih pendekatan model kecil, berbeda dengan strategi OpenAI dan Google yang mengandalkan model besar dengan lebih banyak data.

Secara umum, semakin besar model AI, semakin baik hasilnya. Namun, pendekatan ini memiliki kelemahan—karena model besar seperti itu sulit untuk dipahami, rentan terhadap kesalahan informasi (hallucinations), dan bisa saja kurang akurat jika data pelatihannya kurang.

 

Inisiatif Apple Terkait AI

Antrean Warga China untuk Mendapakan IPhone15
Antrean orang-orang untuk membeli ponsel iPhone 15 yang baru diluncurkan di sebuah toko Apple di Hangzhou, di provinsi Zhejiang, China pada 22 September 2023. (AFP/China OUT)... Selengkapnya

Apple baru-baru ini menarik kembali fitur ringkasan berita di Apple Intelligence karena sering memberikan informasi yang salah. Masalah ini membuktikan bahwa hanya mengandalkan model yang lebih kecil dan spesifik tidak selalu menjadi solusi sempurna.

Dalam kasus Apple, ringkasan berita di iOS 18 sering kali tidak akurat, yang bisa semakin memperburuk kondisi industri media yang sudah mengalami kesulitan. Apple mengambil langkah yang tepat dengan menghentikan fitur tersebut untuk diperbaiki. Namun, masalah di awal seperti ini bisa mengurangi kepercayaan investor, terutama jika fitur tersebut merupakan bagian penting dari strategi masa depan perusahaan.

Tantangan Apple muncul di saat yang kurang menguntungkan. Selama musim liburan, penjualan iPhone di China turun 18%, akibat persaingan ketat dengan merek lokal seperti Oppo, Vivo, Honor, dan Xiaomi. Huawei, yang sebelumnya terhambat oleh sanksi dari pemerintahan Trump, kini bangkit kembali dengan sistem operasi HarmonyOS.

Selain itu, Apple Vision Pro—produk berbasis AI yang digunakan untuk pemetaan ruangan—juga tidak mencapai ekspektasi dari segi penjualan. Namun, jika AI terbukti hanya menjadi tren sementara seperti yang diperkirakan sebagian analis, Apple masih memiliki portofolio produk yang beragam untuk menopang bisnisnya.

Karena banyak produknya bergantung pada ekosistem perangkat keras, Apple berusaha agar pemrosesan AI bisa dilakukan langsung di perangkat. Apple juga berinvestasi dalam server untuk menangani komputasi AI jarak jauh melalui layanan Private Cloud Compute, yang diperkenalkan bersamaan dengan Apple Intelligence.

Pendekatan DeepSeek—yang merilis versi “distilled” dari model AI R1 mereka, termasuk model kecil yang bisa dijalankan di laptop—mendukung masa depan di mana model AI generatif yang akurat dapat berjalan langsung di perangkat pribadi. Jika hal ini terbukti berhasil, ini bisa menjadi keuntungan besar bagi Apple.

 

Jelang Pengungkapan Laporan Keuangan, Apa yang Harus Diperhatikan Investor?

Pertanyaan utama bagi investor dalam panggilan laporan keuangan Kamis nanti adalah bagaimana strategi Apple ke depan. Karena tertinggal dalam pengembangan AI generatif, Apple mulai menjajaki kerja sama dengan pihak lain. Dalam konferensi WWDC Juni lalu, Apple mengumumkan kemitraan dengan OpenAI untuk mengintegrasikan ChatGPT ke dalam sistem mereka. Apple juga terbuka untuk kolaborasi lebih lanjut, bahkan sempat mengisyaratkan rencana bekerja sama dengan Google Gemini.

Secara logis, platform AI mana pun akan senang bermitra dengan perusahaan sebesar Apple. Namun, masih terlalu dini untuk mengatakan apakah DeepSeek dan Apple bisa bekerja sama. Ambisi DeepSeek di AS juga tergantung pada hubungan AS-China, yang masih tidak menentu.

Melansir Tech Cruch, Mantan Presiden Donald Trump sempat menyuarakan kekhawatirannya tentang DeepSeek, menyatakan bahwa kemunculan AI dari perusahaan China seharusnya menjadi peringatan bagi industri AS untuk lebih fokus dalam persaingan. Gedung Putih juga sedang mengkaji dampak DeepSeek terhadap keamanan nasional.

Banyak spekulasi mengenai bagaimana pemerintahan saat ini akan mempengaruhi ambisi Apple di China. Namun, Apple tetap berupaya menjaga hubungannya dengan pemerintah. CEO Tim Cook bahkan menyumbangkan $1 juta untuk komite pelantikan presiden terpilih saat itu, sebagai bagian dari upaya diplomasi perusahaan.

Namun, hubungan pemerintahan saat ini dengan perusahaan teknologi besar cukup rumit. Wakil Presiden JD Vance baru-baru ini menyebut bahwa perusahaan teknologi memiliki “kekuasaan yang terlalu besar.”

Apple berhasil melewati ketidakstabilan pasar lebih baik dibanding perusahaan lain. Namun, saat mengumumkan laporan keuangan kuartal pertamanya Kamis nanti, Apple perlu menjelaskan strategi yang jelas mengenai AI, penjualan iPhone di China, dan masa depan bisnisnya di bawah pemerintahan yang baru. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, masa depan Apple terlihat tidak pasti.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya