Pemerintah Amerika Serikat telah menyepakati menaikkan batas utang menjadi US$ 17 triliun dan mengahiri pemberhentian sementara operasional pemerintah pada Kamis (17/10/2013) lalu, memberikan sentimen positif ke bursa saham.
Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto menuturkan, kesepakatan menaikkan batas utang dan shutdown Amerika Serikat berakhir memang berdampak positif ke bursa saham. Jadi Amerika Serikat dapat menghindari gagal bayarnya.
"Kalau Amerika Serikat default. Otomatis tidak bisa bayar hutang. Sebesar Yunani saja kalau gagal bayar bursa saham jatuh. Apalagi ini seperti Amerika Serikat," ujar David, saat dihubungi Liputan6.com, Senin (21/10/2013).
David mengatakan, bila Amerika Serikat sampai gagal bayar maka pelaku pasar tidak percaya lagi dengan dolar Amerika Serikat. "Ketika deal utang tercapai, dolar menguat lagi," ujar David.
Di kurs tengah Bank Indonesia (BI), Rupiah dipatok di level Rp 11.351 pada Kamis (16/10/2013) dari Rabu (16/10/2013) di level Rp 11.316. Namun Rupiah dapat kembali menguat di level Rp 11.308 pada Jumat (18/10/2013).
Bursa saham Amerika Serikat melonjak tajam setelah ada tanda positif dari negosiasi kesepakatan anggaran di Amerika Serikat. Indeks Dow Jones naik 205,82 poin atau 1,36% ke level 15.373,85. Indeks S&P naik 23,48 poin atau 1,38% ke level 1.721,54. Indeks Nasdaq naik 45,42 poin atau 1,2% ke level 3.839,43 pada penutupan perdagangan Kamis pagi waktu Indonesia Barat.
Bursa saham Asia pun menguat tipis dengan indeks saham Jepang Nikkei naik 0,8% ke level 14.586,51. Indeks saham Korea Selatan Kospi naik 0,3% ke level 2.040,61. Indeks saham Australia naik 0,4% ke level 5.283,1 pada awal perdagangan saham Kamis pagi pekan lalu.
Sentimen positif dari Amerika Serikat itu juga berdampak ke bursa saham Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat ke level 4.518,93 pada Kamis pekan lalu dari perdagangan saham Rabu (16/10/2013) di level 4.492,26.
Sejumlah analis pun melihat skenario kesepakatan utang di Amerika Serikat dapat melanjutkan sentimen positif ke bursa saham hingga akhir tahun 2013. "Kami berharap berita itu dapat mempertahankan re-pricing dari aset beresiko yang berlangsung pada September. Kami sekarang berpikir saham emerging market akan outperform pada kuartal ini," ujar Head of Research ING for Asia, Tim Condon, kepada CNBC, pada pekan lalu.
Tim Riddell, Head of Global Markets Research ANZ untuk Asia menuturkan, meski skenario sekarang mendukung untuk risk appetite, investor tidak menyukai ketidakpastian. Namun, ia mengharapkan, bursa saham Asia dan Amerika Serikat dapat melanjutkan tren menguat pada akhir tahun ini.
Meski demikian, pemerintah Amerika Serikat menaikkan batas utang itu hingga 7 Februari 2014. David menilai, kenaikan batas utang Amerika Serikat itu hanya mengulur waktu. David mencontohkan, ketika isu tapering/pengurangan stimulus secara bertahap yang dikabarkan akan dilakukan pada September 2013. Malah jadi diundur hingga Desember 2013. "Isu debt ceiling ini belum selesai. Nanti Februari bakal gonjang ganjing lagi," kata David.
Analis PT Millenium Danatama Sekuritas, Probo Sujono menuturkan, setelah isu debt ceiling selesai maka pelaku pasar akan menghadapi kembali soal isu tapering. Pada September bank sentral Amerika Serikat menunda untuk melakukan tapering.
Sementara itu, Analis PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra mengatakan, adanya kesepakatan utang di Amerika Serikat mengurangi ketidakpastian dan kekhawatiran di pasar keuangan. Pelaku pasar dapat berani masuk lagi ke aset-aset beresiko termasuk aset emerging market. "Rupiah mendapatkan positif dari hal itu," tutur Ariston. (Ahm)
Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto menuturkan, kesepakatan menaikkan batas utang dan shutdown Amerika Serikat berakhir memang berdampak positif ke bursa saham. Jadi Amerika Serikat dapat menghindari gagal bayarnya.
"Kalau Amerika Serikat default. Otomatis tidak bisa bayar hutang. Sebesar Yunani saja kalau gagal bayar bursa saham jatuh. Apalagi ini seperti Amerika Serikat," ujar David, saat dihubungi Liputan6.com, Senin (21/10/2013).
David mengatakan, bila Amerika Serikat sampai gagal bayar maka pelaku pasar tidak percaya lagi dengan dolar Amerika Serikat. "Ketika deal utang tercapai, dolar menguat lagi," ujar David.
Di kurs tengah Bank Indonesia (BI), Rupiah dipatok di level Rp 11.351 pada Kamis (16/10/2013) dari Rabu (16/10/2013) di level Rp 11.316. Namun Rupiah dapat kembali menguat di level Rp 11.308 pada Jumat (18/10/2013).
Bursa saham Amerika Serikat melonjak tajam setelah ada tanda positif dari negosiasi kesepakatan anggaran di Amerika Serikat. Indeks Dow Jones naik 205,82 poin atau 1,36% ke level 15.373,85. Indeks S&P naik 23,48 poin atau 1,38% ke level 1.721,54. Indeks Nasdaq naik 45,42 poin atau 1,2% ke level 3.839,43 pada penutupan perdagangan Kamis pagi waktu Indonesia Barat.
Bursa saham Asia pun menguat tipis dengan indeks saham Jepang Nikkei naik 0,8% ke level 14.586,51. Indeks saham Korea Selatan Kospi naik 0,3% ke level 2.040,61. Indeks saham Australia naik 0,4% ke level 5.283,1 pada awal perdagangan saham Kamis pagi pekan lalu.
Sentimen positif dari Amerika Serikat itu juga berdampak ke bursa saham Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat ke level 4.518,93 pada Kamis pekan lalu dari perdagangan saham Rabu (16/10/2013) di level 4.492,26.
Sejumlah analis pun melihat skenario kesepakatan utang di Amerika Serikat dapat melanjutkan sentimen positif ke bursa saham hingga akhir tahun 2013. "Kami berharap berita itu dapat mempertahankan re-pricing dari aset beresiko yang berlangsung pada September. Kami sekarang berpikir saham emerging market akan outperform pada kuartal ini," ujar Head of Research ING for Asia, Tim Condon, kepada CNBC, pada pekan lalu.
Tim Riddell, Head of Global Markets Research ANZ untuk Asia menuturkan, meski skenario sekarang mendukung untuk risk appetite, investor tidak menyukai ketidakpastian. Namun, ia mengharapkan, bursa saham Asia dan Amerika Serikat dapat melanjutkan tren menguat pada akhir tahun ini.
Meski demikian, pemerintah Amerika Serikat menaikkan batas utang itu hingga 7 Februari 2014. David menilai, kenaikan batas utang Amerika Serikat itu hanya mengulur waktu. David mencontohkan, ketika isu tapering/pengurangan stimulus secara bertahap yang dikabarkan akan dilakukan pada September 2013. Malah jadi diundur hingga Desember 2013. "Isu debt ceiling ini belum selesai. Nanti Februari bakal gonjang ganjing lagi," kata David.
Analis PT Millenium Danatama Sekuritas, Probo Sujono menuturkan, setelah isu debt ceiling selesai maka pelaku pasar akan menghadapi kembali soal isu tapering. Pada September bank sentral Amerika Serikat menunda untuk melakukan tapering.
Sementara itu, Analis PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra mengatakan, adanya kesepakatan utang di Amerika Serikat mengurangi ketidakpastian dan kekhawatiran di pasar keuangan. Pelaku pasar dapat berani masuk lagi ke aset-aset beresiko termasuk aset emerging market. "Rupiah mendapatkan positif dari hal itu," tutur Ariston. (Ahm)