Liputan6.com, Jakarta - Petugas P3S Dinas Sosial Jakarta Selatan dikejutkan oleh pengakuan pengemis yang ditangkap di kawasan Bangka, Jakarta Selatan, Jumat (24/3/2016) sore. Namanya Irwan Yusuf. Ketika diciduk ia hanya mengenakan kaos oblong hijau. Tatapan matanya kosong. Wajahnya terlihat lusuh dipenuhi peluh.
Ditambah lagi, rambutnya cukup urakan. Matanya pun sembab, dipenuhi kotoran mata. Namun siapa sangka, dari bibir kecilnya, ia menyebut nama besar yang hampir semua orang tahu. Ya, Irwan mengaku sebagai ayahanda dari pesinetron Bidadari, Marshanda.
Petugas yang mendengar pengakuan itu hanya geleng-geleng tak percaya. "Masa sih, ayah seorang artis kaya raya Indonesia kini menjadi pemulung?" pikir petugas saat itu.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Namun itulah realitanya. Sekitar 15 tahun yang lalu, Irwan hidup manis bergelimang harta. Ia merupakan suami dari Rianti Sofyan, anak pemilik Hotel Sofyan. Wajar, jika tanpa bekerja pun, Irwan sudah bisa hidup mewah bersama keluarga kecilnya.
Akan tetapi, roda kehidupan berputar. Usai bercerai dari Rianti Sofyan 15 tahun silam, Irwan hidup sebatang kara. Ia menanggalkan keglamorannya dengan memulai bekerja di sebuah bengkel kecil.
"Menurut pengakuannya, dia menggelandang dan mengemis sudah tiga bulan. Dia juga menjelaskan bahwa dia bercerai dengan ibunda Chaca (Marshanda) sudah 15 tahun lalu. Kemudian dia bekerja di sebuah bengkel di Bangka dengan gaji pas-pasan," kata Kasudin Jaksel, Musyridin saat dihubungi, baru-baru ini.
Kehidupan Irwan tak seindah cerita sinetron yang diperankan Marshanda. Setelah bertahun-tahun menyambung hidup dengan gaji secukupnya, ujian kembali menghampiri Irwan. Bengkel tempatnya bekerja mulai sepi pelanggan. Hingga akhirnya, karena pemasukan tak melebihi biaya operasional, bengkel itu pun gulung tikar.
Apesnya, selain kehilangan tempat kerja. Irwan juga rugi tenaga lantaran keringatnya tak membuahkan uang pesangon yang sangat diharapkan. "Bengkelnya bangkrut. Dia tidak mendapat pesangon makanya dia terpuruk," ujarnya.
Bukan cuma itu. Irwan pun harus angkat kaki dari kontrakan kecil yang disewanya. Jangankan untuk bayar sewa, untuk makan saja Irwan mulai kesulitan. Setelah uang di kantongnya habis, pria bermata sipit itu mulai kehabisan akal.
Yang ada di benaknya, bagaimana ia bisa mendapatkan uang secara cepat untuk menyambung hidup. Akhirnya, Irwan memilih menjadi pengemis. Setiap harinya, ia berharap belas kasih orang yang memiliki hati untuk memberi.
"Ketika terpuruk, dia sudah tidak bisa berpikir lagi untuk bekerja apa-apa. Karena rasa lapar dan membayar kontrakan saja susah. Maka jalan satu-satunya minta belas kasihan orang di jalan. Dia menengadahkan tangan meminta belas kasihan orang yang lewat," ucap Musyridin.(Ras/Des)