Di Balik Makna Lagu Jogja Istimewa yang Dipakai Kampanye Prabowo-Sandi

Kill The DJ meradang karena lagu ciptaannya digunakan untuk kampanye.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Jan 2019, 13:58 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2019, 13:58 WIB
[Bintang] Kill The DJ
Kill The DJ (via killtheblog.com)

Liputan6.com, Jakarta Rapper asal Yogyakarta, Marzuki Muhamad atau lebih terkenal dengan nama Kill The DJ meradang karena lagu ciptaannya yang berjudul Jogja Istimewa dipakai untuk kampanye pemenangan Prabowo-Sandiaga Uno oleh Emak-emak di Yogyakarta.

Personel Jogja Hiphop Foundation ini geram karena timses Prabowo-Sandiaga Uno karena memakai karyanya tanpa izin. Tak sepakat karya ciptaannya dipakai dan diubah tanpa pemberitahuan, Marzuki berencana melaporkan timses Prabowo- Sandiaga Uno ke Polda DIY.

Menyusul pengubahan lirik lagu 'Jogja Istimewa' karya Marzuki itu untuk kepentingan kampanye Prabowo-Sandi, juru bicara BPN Prabowo-Sandiaga, Andre Rosiade meminta para pendukung meminta maaf kepada Marzuki.

Dia mengaku tidak mengetahui pihak yang mengubah lagu tersebut. Hanya saja, Andre mengimbau relawan atau pendukung lebih berhati-hati dalam menggunakan karya orang lain untuk mengekspresikan dukungan ke Prabowo-Sandi.

Makna Lagu Jogja Istimewa

Jogja Istimewa merupakan lagu bergenre Hip-Hop/Rap yang sangat populer bagi masyarakat Jogja bahkan Indonesia. Liriknya yang sederhana membuat lagu ini cepat diterima oleh masyarakat khususnya masyarakat Yogyakarta.

Lagu Jogja Istimewa pertama dirilis Kill The Dj bersama grup rapper Javahiphop pada 9 November 2009.

Lagu Jogja Istimewa terdengar seperti lagu penyemangat bagi masyarakat Yoygakarta untuk terus mencintai tradisi dan kebudayaan Yogyakarta.

Kill the DJ sang pencipta lagu Jogja Istimewa dalam blog pribadinya killtheblog.com mencoba menjelaskan secara rinci makna bait demi bait lagu Jogja Istimewa. Lirik dari lagu ini sebagian besar megambil kalimat-kalimat yang diungkapkan para tokoh bangsa seperti Soekarno Sultan HB 9, Ki Hadjar Dewantoro, RM Sosrokartono dan lain sebagainya.

Kalimat-kalimat ini digubah Kill the DJ menjadi sebuah lirik rap yang enak diperdengarkan.

“Sesungguhnya, 70% lirik dalam Jogja Istimewa mengambil kalimat-kalimat yang diungkapkan oleh tokoh-tokoh seperti; Soekarno, Sultan HB 9, Ki Hadjar Dewantoro, RM Sosrokartono, dll. Selebihnya adalah hasil tulisan saya sendiri, meskipun harus saya akui, bahwa saya sangat terinspirasi oleh teks-teks tradisional Jawa. Saya merubah teks-teks itu ke dalam rima agar lebih enak di-rap-kan.” Jelas Kill the DJ seperti dikutip Liputan6.com dari killtheblog.com.

Menurut Kill the DJ Dengan lirik semacam ini, ia hanya mencoba mengaktualisasikan sejarah, mengingatkan siapapun yang mendengar, sebagai pembela sekaligus kritik bagi warga Jogja, termasuk mengingatkan semangat dan nilai-nilai yang telah ditanamkan Kraton pada masa perjuangan kemerdekaan.

Arti lirik lagu Jogja Istimewa

Berikut bedahan lirik Jogja Istimewa beserta artinya oleh Kill the DJ bait demi bait sebagaimana yang diuraikannya dalam blog pribadinya killtheblog.com :

“Holopis Kuntul Baris…”

:: Ungkapan tradisional Jawa, sebuah ajakan untuk bekerja bersama-sama

“Jogja! Jogja! Tetap Istimewa Istimewa Negrinya, Istimewa Orangnya

Jogja! Jogja! Tetap Istimewa

Jogja Istimewa untuk Indonesia”

:: Diucapkan Soekarno untuk memberikan apresiasi setinggi-tingginya terhadap kraton dan rakyat Yogyakarta dalam perjuangan kemerdekaan

“Rungokna iki gatra saka ngayogyakarta Nagari paling penak rasane koyo swarga Ora peduli donya dadi neraka Neng kene tansah edi peni lan merdika”

:: 100% saya menulisnya sendiri, teks ini juga digunakan untuk lagu Dubyouth feat. Ki Jarot Bombassu. Artinya; “dengarlah ini untaian kata dari Yogyakarta, Negeri paling nyaman seperti surga, tidak peduli dunia sudah jadi neraka, di sini kami selalu nyaman dan merdeka”

“Tanah lahirkan Tahta, Tahta untuk Rakyat Dimana Rajanya Bercermin di kalbu Rakyat Demikianlah singgasana bermartabat Berdiri kokoh tuk mengayomi rakyat”

:: Semangat tahta Sultan HB 9 yang kemudian ditambahi oleh anaknya Sultan HB 10 dalam jumenengan (diangkat menjadi raja)

“Memayu hayuning bawana”

:: Visi Kraton Yogyakarta yang dicangangkan oleh HB I, artinya; membuat bumi menjadi indah, atau dalam Islam; Islam rahmatal lil alamin

“Saka jaman perjuangan nganthi mardhika Jogja istimewa bukan hanya daerahnya Tapi juga karena orang-orangnya”

:: Kembali merujuk ungkapan Soekarno

 

Lirik lagunya terpengaruh oleh teks-teks macapat tradisional Keraton

“Tambur wis ditabuh suling wis muni Holopis kuntul baris ayo dadi siji Bareng para prajurit lan senopati Mukti utawa mati manunggal kawula Gusti”

:: Saya tulis sendiri, namun terpengaruh oleh teks-teks macapat tradisional kraton. Artinya seperti ini; “Tambur telah ditabuh, seruling sudah berbunyi, Bersatu padu menjadi satu, Bersama prajurit dan senopati, Mulia atau mati rakyat dan raja adalah satu”

“Menyerang tanpa pasukan Menang tanpa merendahkan Kesaktian tanpa ajian Kekayaan tanpa kemewahan”

:: Teks aslinya seperti ini: “Nlgurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sugih tanpa raja brana, sekti tanpa aji” ditulis oleh RM Sosrokartono menggambarkan pribadi Sultan HB 9

“Tenang bagai ombak gemuruh laksana Merapi”

:: Teks dari puisi WS Rendra

“Tradisi hidup di tengah modernisasi Rakyate jajah deso milang kori Nyebarake seni lan budi pekerti”

:: 100% saya tulis sendiri dengan mengambil pepatah Jawa; “Jajah desa milangkori” yang artinya berkelana kemana-mana.

“Elingo sabdane Sri Sultan Hamengkubuwono kaping sangaSak duwur-duwure sinau kudune dewe tetep wong JawaDiumpamakne kacang kang ora ninggal lanjaranMarang bumi sing nglahirake dewe tansah kelingan”

:: Salah satu ungkapan yang sangat saya kagumi dari Sultan HB 9: “ik ben een blijf in de allereerste plaats javaav”, dalam bahasa Indonesia Sultan HB 9 menerangkan seperti ini; “setinggi-tingginya aku belajar ilmu barat, aku adalah dan bagaimanapun jua tetap Jawa”.

“Ing ngarso sung tuladha Ing madya mangun karsa Tut wuri handayani Holopis kuntul baris ayo dadi siji”

:: Inilah konsepsi social movement Jawa yang dipopulerkan oleh bapak pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara; “yang di depan meberi contoh, yang di tengah memberi dorongan, yang di belakang memberi semangat, jika inging mulia harus dengan usaha”

“Sepi ing pamrih rame ing nggawe”

:: Ungkapan Jawa untuk “perjuangan tak kenal pamrih, tapi bekerja secara nyata”

“Sejarah wus mbuktekake Jogja istimewa bukan hanya untuk dirinya Jogja istimewa untuk Indonesia”

:: kembali merujuk ungkapan Soekarno “sejarah sudah membuktikan”.

 

Reporter: Anugerah Ayu Sendari

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya