Isu Keragaman dalam Film Indonesia, Riri Riza Beri Tanggapan

Sudahkah film Indonesia mencerminkan keragaman masyarakat Tanah Air? Merespons ini, Riri Riza membagikan argumen.

oleh Wayan Diananto diperbarui 14 Agu 2020, 18:40 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2020, 18:40 WIB
Riri Riza.
Sudahkah film Indonesia mencerminkan keragaman masyarakat Tanah Air? Merespons ini, Riri Riza membagikan argumen.

Liputan6.com, Jakarta Ketahanan industri film Indonesia tahun ini diuji wabah Corona Covid-19 yang hingga kini belum reda. Saat bioskop tutup, masyarakat mencari hiburan alternatif ke platform digital. Riri Riza menyadari fenomena ini.

Selain itu, isu lain yang disorot soal film Indonesia belakangan, keragaman konten. Maklum beberapa tahun silam, film Indonesia dikritik terlalu Jakarta alias Jakarta-sentris. Dialognya selalu 'lo gue'. Yang ini pun dicermati Riri Riza.

Hadir sebagai salah satu narasumber diskusi virtual “Merayakan Keragaman Cerita Indonesia” bersama Netflix, Jumat (14/8/2020), Riri Riza mengulas wajah sinema Indonesia beberapa tahun terakhir.

Sebenarnya Ada Perkembangan

Poster film Humba Dreams. (Foto: Instagram Miles Films)
Poster film Humba Dreams. (Foto: Instagram Miles Films)

“Sebenarnya ada perkembangan, sekarang kita melihat banyak film Indonesia yang setting-nya di beberapa tempat atau daerah lain di Indonesia dengan mengeksplorasi budaya dan menggunakan bahasa daerah,” ulas Riri Riza dihubungi Showbiz Liputan6.com usai acara.

Sutradara Petualangan Sherina dan Laskar Pelangi menyebut, lima-enam tahun terakhir, ada beberapa film yang spesifik menyasar penonton daerah tertentu seperti Makassar, Surabaya, atau Yogyakarta.

Melihat Peta Keseluruhan

[Bintang] Riri Riza
Media visit pemain film Kulari Ke Pantai (Deki Prayoga/bintang.com)

“Tapi kalau melihat peta keseluruhannya, ini masih sangat kecil. Belum terlalu signifikan. Tentu saja yang mendapat penonton paling banyak film-film ‘terbuka’ yang lebih mudah dipahami, inspirasional karena menyangkut kehidupan masyarakat urban,” ujarnya.

Keragaman cerita, kata Riri Riza, menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya, distribusi manusia Indonesia di mana sekitar 70 persen berada di Jawa. “Ya sekarang kebanyakan film yang ada di layar kita masih film-film yang lebih sentralistik,” urai Riri Riza.

Kehadiran Platform Digital

Poster film Guru-guru Gokil. (Foto: Dok. BASE Entertainment)
Poster film Guru-guru Gokil. (Foto: Dok. BASE Entertainment)

Ia percaya, ke depan, film Indonesia yang mengusung keragaman masyarakat akan makin dapat ruang. Kehadiran platform digital memudahkan publik mengakses film. Sejumlah film yang dulu diedarkan terbatas di bioskop kini punya kans menyapa masyarakat lebih luas di jalur digital.

Film Semesta rilisan Tanakhir Films misalnya, atau karya Riri Riza yakni Humba Dreams. Film Guru-guru Gokil yang dibintangi serta diproduseri Dian Sastrowardoyo pun bulan ini resmi mengudara di Netflix. 

Keragaman dan Kemanusiaan

Dian Sastrowardoyo
Foto (ki-ka) : Desy Bachir (MC), Aoura L.Chandra (Base Ent.), Ben Soebiakto (Base Ent.), Dian Sastrowardoyo (creative produce), Shanty Harmayn (Base Ent.), Eveline Listijosuputro (partner Base Ent.), Elisa (partner Base Ent.) (Istimewa)

Produser film Guru-guru Gokil dari BASE Entertainment, Shanty Harmayn, menyambut tayangnya sejumlah film Indonesia di platform digital. Artinya, ruang apresiasi film meluas. Masyarakat punya banyak pilihan. Tema keragaman lebih luwes menyapa khalayak.

Guru-guru Gokil sendiri selain membahas keragaman juga kemanusiaan. Ada kegagalan, mimpi yang hampir tercapai, ini sebenarnya kisah bagaimana menjadi manusia. Sangat humanis, disajikan dalam drama komedi,” Shanty menjelaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya