Scream or Dance jadi Tempat Berkumpul dan Berekspresi Komunitas Cosplayer

Scream or Dance bakal digelar  28 dan 29 Oktober 2022. 

oleh Aditia Saputra diperbarui 30 Agu 2022, 14:38 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2022, 11:20 WIB
Komunitas Cosplay
Komunitas Cosplay

Liputan6.com, Jakarta Ajang Scream or Dance 2022 siap digelar pada 28 dan 29 Oktober 2022. Ini merupakan ajang berkumpulnya komunitas cosplay yang ada di Tanah Air.

Ketua Panitia Pelaksana Scream or Dance, Daffa Leonard Davincent mengaku siap memberikan tempat kepada komunitas cosplay untuk meluapkan ekspresi sambil berteriak dan menari.

"Saya siap mengajak para cosplayer untuk bisa meramaikan acara Scream or Dance di Jakarta pada 28 dan 29 Oktober 2022. Di sana, cosplayer bisa mendengarkan musik. Saya berharap, teman-teman cosplayer dan penggemar kostum datang berkumpul agar bebas menuangkan ekspresi. Serta, memberikan apresiasi terhadap aktivitas dan antusiasme kalian," ujar Daffa dalam keterangan tertulisnya, Senin (29/8/2022).

Dalam acara Scream or Dance nanti, Daffa mengaku, pihaknya akan memberikan ruang, wahana seru, berbagai pertunjukkan, hingga penampilan dari artis Internasional.

"Saya berharap ajakan ini bisa berbuah baik untuk teman-teman yang ingin bebas berekspresi dalam acara Scream or Dance," ujar Daffa menjawab aspirasi cosplayer yang membutuhkan lokasi untuk berekspresi sambil berteriak dan menari.

 

Menjaga

Komunitas Cosplay
Komunitas Cosplay

Daffa pun berharap, para cosplayer tetap dapat menjaga etika, perilaku dan norma-norma sosial selama acara Scream or Dance berlangsung.

"Kami sudah siap memfasilitasi. Tapi, kami juga berharap acara Scream or Dance nanti berjalan aman, lancar dan tertib. Nama baik Scream or Dance dan cosplayer harus dijaga,” pinta Daffa.

 

 

Suara Hati Cosplayer

Komunitas Cosplay
Komunitas Cosplay

Komunitas cosplay sebelumnya pernah menyuarakan suara hati mereka. Keinginan untuk berekspresi sesuai dengan isi hati mereka diharapkan dapat diterima masyarakat, khususnya di Indonesia. Mereka berharap dapat menemukan tempat untuk berekspresi, berteriak sambil menari.

Pelaku cosplay (permainan kostum) biasa disebut pemain kostum atau biasa disebut cosplayer. Salah satu cosplayer berbakat di Indonesia adalah Monta, 23 tahun.

"Komunitas cosplay berharap bisa mendapat tempat atau lokasi untuk mengekspresikan diri. Tentunya, mereka juga dapat membawa diri dan tetap memperhatikan norma-norma yang ada di Indonesia," kata Monta di Jakarta, Sabtu 27 Agustus 2022.

 

Ekspresi

Komunitas cosplay juga pernah meluapkan ekspresi mereka di sejumlah wilayah DKI Jakarta, Jumat (26/8) dan Sabtu (27/8), antara lain MH Thamrin, Cipete, dan Lebak Bulus.

Dalam aksi yang berlangsung dua hari itu, komunitas cosplay turut membawa poster dengan tagar #screamordance. Tak hanya itu, para mereka juga mengajak para cosplayer untuk bersatu tetap berekspresi dan menjunjung etika dan norma-norma sosial di masyarakat.

Cosplay adalah istilah Bahasa Inggris buatan Jepang yang berasal dari gabungan kata costume (kostum) dan play (bermain). Cosplay berarti hobi mengenakan pakaian beserta aksesori dan rias wajah seperti yang dikenakan tokoh-tokoh dalam anime, manga, dongeng, permainan video, penyanyi dan musisi idola, dan film kartun.

 

Asal Mula Cosplay

Di Jepang, peserta permainan kostum bisa dijumpai dalam acara yang diadakan perkumpulan sesama penggemar (dōjin circle), seperti Comic Market, atau menghadiri konser dari grup musik yang bergenre visual kei. Penggemar permainan kostum termasuk pemain kostum maupun bukan pemain kostum sudah tersebar di seluruh penjuru dunia, yaitu

Amerika Serikat, Tiongkok, Eropa, Filipina, maupun Indonesia.

"Jadi sebenarnya kalau di Indonesia sendiri, gue merasa keresahan cosplayer itu karena komunitas kita dipandang sebelah mata. Maksudnya, seperti main-main dan menjurus ke arah menampilkan tubuh seksi saja. Padahal, cosplaying is more than that. Tapi, beruntung circle cosplayers gue nggak begitu sih. Kita yang normal-normal saja,” ujar Monta.

Monta mengungkapkan, sebagian besar cosplayer banyak yang mengalami sexual harassment. Namun, tidak dipungkiri, kata Monta, ada beberapa cosplayer yang di-bully lantaran salah kostum dan akibat dari perilakunya sendiri.

"Contoh pertama, ada satu event di mall yang terbuka untuk umum. Lalu, ada salah seorang pria dengan tubuh kekar memakai bunny maid suit. Selanjutnya, ada netizen di media sosial yang mempermasalahkan kostum pria tersebut.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya