Liputan6.com, Jakarta Syakir Daulay menanggapi munculnya rumah produksi film asusila dengan langkah berani menciptakan rumah produksi filmnya sendiri yang dikenal sebagai Syakir Films, atau sering disebut sebagai Rumah Produksi Film Jomblo. Ia memandang bahwa banyak rumah produksi yang bersaing untuk menghasilkan film yang menarik, namun jarang yang berusaha untuk menciptakan karya yang memiliki nilai mendalam dan manfaat.
Syakir, dengan visi dan misi untuk memberikan manfaat kepada generasi muda, terutama yang masih lajang, memutuskan untuk mendirikan rumah produksi filmnya sendiri. Dia juga menjelaskan makna di balik pemilihan nama "Jomblo" untuk rumah produksinya.
"Kami memilih nama 'Jomblo' untuk rumah produksi ini karena karya-karya saya, sebagai seorang produser, pemilik, dan sutradara yang masih lajang, saya dedikasikan untuk mereka yang juga masih lajang. Saya ingin membantu mereka dalam membangun rumah tangga yang bahagia dan melahirkan generasi yang berkualitas. Oleh karena itu, saya mendirikan rumah produksi ini untuk menghibur mereka yang masih lajang dan merasa kesepian, tetapi kami ingin hiburan ini membuat mereka merasa lebih baik dan lebih bersemangat," kata Syakir kepada wartawan baru-baru ini.
Advertisement
Secara khusus, Syakir berharap rumah produksinya dapat bersaing dengan rumah produksi film asusila. Ia ingin memberikan hiburan berkualitas yang juga memiliki nilai positif bagi penonton. Syakir juga memberikan pesan kepada masyarakat Indonesia agar lebih bijak dalam memilih tontonan dan tidak mengorbankan moral dalam menciptakan karya seni.
Syakir Daulay menjelaskan bahwa ia tidak mengikat artis yang bekerja sama dengan rumah produksinya. Ia memberikan kebebasan kepada para aktor dan aktris untuk bekerja di tempat lain. Selain itu, ia berharap rumah produksinya dapat menciptakan aktor dan aktris baru yang berkualitas.
Â
Tidak Ada Target
Mengenai rencana produksi film, Syakir mengatakan bahwa ia tidak memiliki target besar pada awal berdirinya rumah produksi ini. Fokusnya saat ini adalah pada satu film berjudul "Imam Tanpa Makmum," yang akan dirilis di bioskop mulai tanggal 19 Oktober mendatang.
"Untuk saat ini, tujuan saya adalah membuat satu atau dua film. Saya bersyukur karena sudah menerima tawaran untuk 2-3 film berikutnya, tetapi saya akan menjaga ide-ide tersebut dan akan melaksanakannya satu per satu," tambah Syakir.
Â
Â
Â
Advertisement
Kesulitan
Syakir juga mengungkapkan berbagai kesulitan yang dihadapinya selama proses pembuatan film "Imam Tanpa Makmum." Ia harus memegang tiga peran sekaligus sebagai produser, sutradara, dan aktor. Selain itu, banyak anggota kru yang lebih berpengalaman darinya, sehingga membuatnya merasa sedikit canggung.
"Terlebih lagi, banyak anggota kru yang lebih senior daripada saya, dan saya merasa agak canggung. Namun, mereka semua membantu dan mendukung saya dalam proses belajar memproduksi film. Yang paling sulit adalah pendanaan film ini, terutama karena saya masih terbilang muda dan sulit mendapatkan kepercayaan dari investor. Total pengeluaran untuk film ini mencapai 5 miliar, sehingga pengelolaan keuangan tidaklah mudah. Tantangan ini adalah bagian dari proses kedewasaan saya," ungkapnya.
Â
Cerita Film
Film "Imam Tanpa Makmum" berawal dari keprihatinan Syakir ketika ia melihat banyak temannya menikah dengan alasan menghindari perbuatan zina tanpa mempersiapkan diri mereka sebagai imam atau pemimpin dalam rumah tangga. Menurutnya, menikah bukan hanya tentang menjalin hubungan yang halal, tetapi juga tentang bagaimana mencari imam yang baik.
"Harapannya, film ini sukses dan banyak ditonton oleh masyarakat. Tetapi yang lebih penting, saya berharap bahwa film ini akan membantu orang untuk lebih mempersiapkan diri mereka sebagai seorang imam. Seorang imam yang baik tidak hanya bisa mengungkapkan perasaan kepada seseorang yang mereka cintai, tetapi juga bisa membimbing orang yang mereka cintai," pungkasnya.
Advertisement