Kronologi Insiden Guru Cubit Murid di Surabaya

Keluhan wali murid di salah satu sekolah dasar (SD) negeri Surabaya terkait pencubitan seorang guru kepada muridnya mendapat perhatian Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Ikshan.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 24 Jul 2019, 14:00 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2019, 14:00 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Kepala Dispendik Surabaya, Ikhsan (Foto:Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Keluhan wali murid di salah satu sekolah dasar negeri (SDN) Surabaya terkait pencubitan seorang guru kepada muridnya mendapat perhatian Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Ikshan.

Kepala Dispendik Surabaya, Ikhsan telah menyampaikan permohonan maaf secara langsung kepada wali murid atau orangtua yang bersangkutan. Bahkan, pihaknya telah memfalitasi antara orangtua dengan pihak sekolah. Ia memastikan akan evaluasi dan membina terhadap guru tersebut.

"Sudah kami cek ke sekolah, guru ini mengajar Matematika. Karena anak tersebut menemui kendala, kemudian dicubit. Jadi tidak ada pemukulan dan penamparan," kata Ikhsan di Kantor Dispendik Surabaya, Selasa, 23 Juli 2019.

Lalu bagaimana kronologi ada insiden guru cubit murid di Surabaya ini?

Kepala Dispendik Surabaya, Ikhsan menuturkan, pihaknya sudah mengecek ke sekolah di Surabaya mengenai insiden tersebut. Hal tersebut bermula ketika guru tersebut mengajar matematika, murid menemui kendala. Kemudian dicubit.

"Sudah kami cek ke sekolah, guru ini mengajar matematika. Karena anak tersebut menemui kendala, kemudian dicubit. Jadi tidak ada pemukulan dan penamparan," ujar Ikhsan, di Kantor Dispendik, Surabaya, yang ditulis Rabu (24/7/2019).

Salah satu wali murid, Sulistianing menuturkan, awal mula mengetahui kejadian itu ketika anaknya pulang sekolah .Kala itu, ia mendapati tangan kanan anaknya mengalami memar hingga membiru. Ia pun menanyakan kepada anaknya. Jawabannya membuat dia kaget karena dicubit gurunya.

"Ketika salah mengajarkan tugas akan dicubit, kalau salah mengerjakan tugas dua kali akan dicubit dua kali. Kalau anak saya nakal saya bisa memaklumi ataupun ramai di kelas atau bagaimana," ucapnya.

Hal senada juga disampaikan Anggi. Dia mengaku putranya trauma masuk ke sekolah lantaran sering dimarahi dan salah mengerjakan tugas mendapatkan cubitan. "Anak saya dicubit, dan dimarahi terus. Akibatnya enggak mau masuk sekolah. Katanya takut sama gurunya. Sudah satu hari enggak masuk," ujar Anggi.

Terkait hal tersebut, Ikhsan menuturkan, kalau pihaknya masih membutuhkan waktu untuk membina dan mengevaluasi guru tersebut.  Apabila berdasarkan pembinaan ternyata diputuskan guru itu harus dipindah, maka akan dipindah ke sekolah lain.

Ikhsan menyebut, jika pihak orangtua atau wali murid dapat menerima dan tidak ada masalah, maka guru tersebut tetap bertugas di sekolah yang sama.

"Pihak kepala sekolah sudah memfasilitasi pertemuan guru dengan wali murid. Semuanya sudah saling menerima dan memaafkan. Jadi, kami butuh waktu untuk pembinaan dan evaluasi," ucapnya. 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Anggaran Pendidikan Capai 32 Persen di Surabaya

20161129-Walikota-Surabaya-Beri-Penjelasan-Pembangunan-Pasar-Turi-ke-Komisi-III-Jakarta-Tri-Rismaharini-JT
Walikota Surabaya Tri Rismaharini memberi penjelasan terkait perkembangan pembangunan pasar Turi Surabaya saat melakukan Rapat dengar Pendapat dengan Komisi III DPR, Jakarta, Selasa (29/11). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menganggarkan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) sebesar 32 persen untuk biaya pendidikan sehingga sekolah di Surabaya dari PAUD-SMP tidak dipungut biaya sepeser pun. Hal ini mengingat pendidikan bagi anak adalah paling penting dibandingkan lain.

Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma) menyampaikan hal tersebut saat menerima kunjungan tim juri lomba sekolah sehat tingkat nasional 2019 pada Kamis, 18 Juli 2019.

"Saya juga ingin anak-anak belajar dengan nyaman, karena itu saya bangun sekolah bertingkat dan memberikan fasilitas untuk anak-anak mengembangkan potensi diri," ujar Risma dalam sambutannya.

Risma menuturkan, fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah harus dikembangkan sebaik mungkin. Sebab, pembangunan anak-anak itu tidak hanya didukung dari infrastruktur saja tetapi pembangunan nonfisik dan mental. Bahkan ia juga melakukan tes psikis untuk para guru.

"Semenjak saya jadi wali kota, saya ingin semua sekolah tanpa terkecuali untuk punya fasilitas yang lengkap. Guru juga kami tes psikis untuk menjamin mutu pendidikan,” kata dia.

Selain bicara infrastruktur, Risma juga terus memantau kesehatan para pelajar Surabaya. Tak tanggung-tanggung, untuk memastikan keadaan para pelajar tetap sehat, tiap satu bulan sekali dilakukan tes kesehatan dan pemberian vitamin. Dinas Kesehatan Surabaya juga memberi asupan gizi tambahan untuk daya tahan tubuh.

"Setiap sebulan sekali Dinkes kami keliling, pokoknya memastikan kondisi tubuhnya fit dan kita beri vitamin tambahan. Sehat jasmani memang sangat penting, tapi sehat mental juga tidak kalah pentingnya,” katanya.

Oleh karena itu, untuk terus menumbuhkan kesehatan mental dan memastikan keamanan di luar sekolah, Tri Rismaharini juga memantau anak-anak di lingkungan umum, seperti di taman-taman dan tempat yang biasa digunakan tempat nongkrong. 

Biasanya di tempat-tempat seperti itu dijaga oleh petugas Linmas untuk memantau.

"Kami tidak ingin mereka sehat di sekolah saja, kita letakkan Linmas perempuan. Kenapa sekarang  ada Linmas dan Satpol PP perempuan. Inilah upaya kami untuk menjaga anak-anak," kata dia.

Selain itu, di Surabaya juga ada sebanyak 461 Taman Baca Masyarakat (TBM), 497 lapangan olahraga, rumah matematika, dan Co-Working Space. Semua fasilitas itu dibuat sengaja untuk memberi wadah untuk anak-anak mengembangkan intelektual dengan maksimal.

 

Penilaian

Salah satu tim juri dari Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Budaya (Kemendikbud) Ahyar mengatakan, juri memberikan penilaian berdasarkan tiga kategori juara, yaitu kategori best perfomance, best achievement,  dan best attitude. Kualifikasi penilaian dari tiga katergori tersebut diambil dari semua aspek.

"Kita ambil dari semua aspek. Mulai dari ruang kelas, ruang UKS, toilet kamar mandi, ruang guru, perpustakaan, dan tempat cuci tangan," kata Ahyar seusai bertemu Wali Kota Risma.

Ia juga menjelaskan, tahun ini kompetisi ini diikuti oleh sebanyak  94 sekolah yang berasal dari 25 provinsi. Adapun 94 sekolah itu terdiri dari Taman Kanak-kanak (TK) 21 sekolah,  SD 24 sekolah, SMP 25 Sekolah, dan SMA 24 sekolah.

Sedangkan yang berasal dari Kota Surabaya adalah SMPN 26 Surabaya. Karenanya, setelah bertemu Wali Kota Risma, tim juri ini akan langsung meninjau sekolah SMPN 26 Surabaya untuk melakukan penilaian. "Ini tahap awal, penilaian tanggal 15-19 Juli. Kemudian, tahap berikutnya tanggal  5-9 Agustus," pungkasnya. 

Pemerintah Kota (pemkot) Surabaya menerima kunjungan tim juri lomba Sekolah Sehat Tingkat Nasional 2019. Tim juri dari empat kementerian tiba di kediaman Wali Kota Surabaya, Jalan Sedap Malam, Surabaya, sekitar pukul 08.00 WIB.

Empat kementerian yang menjadi penyelenggara itu adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kemendagri, Kementerian Agama, dan Kementerian Kesehatan. Kedatangan rombongan ini disambut langsung oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan beberapa Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD).

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya