Kutipan Inspirasi Surabaya: Komitmen dengan Pilihan

Berbekal dukungan orangtua dan semangat, Noviana menyelesaikan kuliah dengan predikat wisudawan terbaik di Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur pada 2019.

oleh Agustina Melani diperbarui 18 Sep 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2019, 12:00 WIB
(Foto: Dok Universitas Airlangga)
Noviana, Wisudawan Terbaik saat wisuda periode September 2019 (Foto: Dok Universitas Airlangga)

Liputan6.com, Jakarta - Keterbatasan ekonomi tidak membuat perempuan asal Surabaya ini putus asa untuk menyelesaikan pendidikan. Berbekal dukungan orangtua dan semangat, Noviana menyelesaikan kuliah dengan predikat wisudawan terbaik di Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur pada 2019.

Perempuan kelahiran Surabaya pada 1995 ini pernah mengamen di Jalanan Ngagel Surabaya ketika masih kecil. Ia terpaksa mengamen karena ekonomi keluarga yang terbatas. Ayah Noviana, Sutrisno bekerja sebagai tukang becak.

"Selama 10 tahun mengamen di jalan. Dari TK hingga SMP," tutur Noviana saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Rabu (18/9/2019).

Noviana mengatakan, kalau orangtua tidak mengizinkan dirinya turun ke jalan mencari nafkah. Akan tetapi, keinginan Noviana dan saudaranya yang mau membantu orangtua sehingga akhirnya diperbolehkan mengamen di jalan.

Meski demikian, orangtua Noviana selalu mengingatkan kalau jalanan bukan sumber utama untuk mencari kehidupan. Orangtua Noviana juga tetap memperhatikan kondisi anak-anaknya.

"Penghasilan mengamen juga dikembalikan ke anak-anaknya untuk makan, beli vitamin dan buku," ujar dia.

Selain itu, ketika mengamen di jalan, Noviana juga sempat merasakan suka dan duka. Ia sering menghadapi aparat keamanan dan pernah ditahan di Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Keputih.

"Sering dikejar-kejar aparat, mungkin orangnya sampai bosan. Saya dan kakak pernah ditangkap," ujar dia.

Saat berada di Liponsos Keputih, ia bertemu dengan Wali Kota Surabaya yang menjabat saat itu Bambang DH. Ia pun meminta untuk mendapatkan pekerjaan sampingan dan bisa sekolah dengan lancar. Akhirnya dua hal itu disanggupi. Singkat cerita, Noviana pun meninggalkan mengamen di jalan sekitar kelas 2 SMP.

Sesudah itu ia menjalani hari-harinya dengan kesibukan sekolah. Untuk membantu biaya pendidikan sekolah, Noviana juga berusaha untuk tidak merepotkan orangtuanya. Noviana berusaha mencari uang sendiir mulai dari membantu fotokopi materi kuliah teman-temannya, berdagang aksesoris dan menjadi atlet panahan.

Bicara soal atlet panahan, ia juga pernah ikuti pekan olahraga panahan (Porprov) untuk kontigen Surabaya. Saat ikut pekan olahraga tersebut, ia pernah mendapatkan medali emas dan perak. Hasil dari itu juga membantu untuk biaya kuliahnya. Ditambah dirinya mendapatkan beasiswa pada semester lima.

"Saya juga ikut di Unit Konsultasi dan Bantuan Hukum FH Universitas Airlangga, untuk membantu menambah ilmu," kata dia.

Noviana berencana ingin melanjutkan kuliah ke jenjang S2. Selain itu, ia ingin bisa menjadi hakim. Saat ini, ia magang di salah satu kantor advokat.

Noviana pun memiliki pesan untuk generasi muda yang sedang kejar cita-citanya. Ia mengatakan, kalau hambatan jangan jadi penghalang untuk meraih cita-cita.

"Tidak ada cita-cita yang terlalu tinggi tetapi bagaimana usaha yang bisa kita maksimalkan. Masa depan ada di tangan kita, bukan orang lain. Jangan mengharapkan orang lain. Tuhan pun akan beri rezeki. Kemudian komitmen dengan pilihan kita. Jangan jadikan misalkan pada semester awal kuliah mengambil jurusan kuliah karena pilihan orangtua jadinya malas-malasan. Tetapi komitmen dengan pilihan kita karena kita sudah memasuki pilihan itu. Komitmen dengan pilihan kita hingga dapat kesuksesan," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya