Harapan Saat Hari Buruh di Tengah Pandemi COVID-19

Serikat pekerja kali ini menyuarakan tuntutan secara virtual saat hari buruh internasional pada Jumat, 1 Mei 2020.

oleh Agustina Melani diperbarui 01 Mei 2020, 13:57 WIB
Diterbitkan 01 Mei 2020, 11:00 WIB
Hari Buruh-Mayday 2017-Reog-Jakarta- Helmi Afandi-20170501
Sejumlah wanita membawa bendera saat aksi Hari Buruh di Jakarta, Senin (1/5). Dalam aksinya para buruh meminta sistem kerja kontrak dan upah rendah dihapus. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Peringatan Hari Buruh Internasional pada Jumat, 1 Mei 2020 kali ini berbeda seiring pandemi COVID-19 yang terjadi secara global. Serikat buruh di Indonesia pun tetap menyuarakan tuntutannya dengan tidak turun ke jalan. 

Salah satunya yang akan dilakukan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Jawa Timur dengan menyuarakan tuntutan secara virtual lewat media sosial.

“Kami absen tidak aksi turun jalan karena wabah corona,” ujar Sekjen Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), Jazuli saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat, ditulis Jumat, (1/5/2020).

Jazuli menuturkan, pihaknya tetap menyuarakan tuntutan pada Hari Buruh internasional antara lain menghentikan pembahasan RUU omnibus law cipta kerja, meliburkan seluruh buruh dengan tetap mendapatkan upah penuh selama masa pandemi dan mampu mencegah gelombang PHK.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Timur, Arief Harsono mengharapkan peringatan Hari Buruh Internasional dapat dijalankan baik.  Pihaknya juga prihatin dengan kondisi pandemi COVID-19 berdampak terhadap sektor usaha. Hal ini juga berpengaruh untuk mengambil langkah-langkah yang berat.

"Semua harus cooling down saat hari buruh. Dijalankan dengan baik. Pengusaha juga tidak ingin ada PHK, keadaan terpaksa dirumahkan. Kalau cari karyawan juga susah karena harus tes sampai lulus," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Kondisi Pandemi COVID-19 Berbeda dengan Krisis Moneter 1998

Kondisi pandemi COVID-19, menurut Arief berbeda dengan krisis moneter 1998. "Pada 1998 krisis moneter, perusahaan besar terkena. Sekarang UKM, industri kecil (semua kena-red),” tutur dia.

Meski demikian, pihaknya yakin kondisi membaik pada semester II 2020, dengan catatan seluruh pihak disiplin menjalankan protokol kesehatan. Arief mengingatkan agar selalu rutin cuci tangan, menjalani hidup sehat dan bersih, serta memakai masker.

"Kalau dengar penjelasan pada Juni-Juli mudah-mudahan bisa selesai asalkan disiplin baik buruh dan pengusaha sehingga ini cepat reda, maka ekonomi kita berputar. Sangat optimistis, semester 2 akan membaik, asalkan patuh anjuran pemerintah," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya