Liputan6.com, Surabaya - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim) menunjukan data terbaru mengenai jumlah klaster di Jatim. Secara keseluruhan total klaster di Jatim berjumlah 57 klaster dan Kota Surabaya penyumbang klaster sebanyak 14 klaster.
Dari data gugus tugas Pemprov Jatim, 14 klaster antara lain yaitu Klaster Surabaya I-PGS (5 kasus), Klaster Surabaya II (2 kasus), Klaster Surabaya III (2 kasus), Klaster Surabaya IV-salah satu mal (4 kasus), Klaster Surabaya V-salah satu mal (9 kasus), Klaster Surabaya VI-RRI (2 kasus), Klaster Surabaya VII-Jalan Gresik PPI (30 kasus), Klaster Surabaya VIII-salah satu rumah sakit di Surabaya (6 kasus).
Advertisement
Baca Juga
Kemudian, Klaster Surabaya IX-salah satu perusahaan (2 kasus), Klaster Surabaya X-Jalan Gembong 5/7 (4 kasus), Klaster Surabaya XI-Tidak Ada Riwayat Perjalanan ke Manapun (37 kasus), Klaster Surabaya XII-PT HM Sampoerna (41 kasus),Klaster Surabaya XIII-Pasar Keputran (2 kasus) dan Klaster Surabaya XIV-Riwayat Perjalanan dari Surabaya (8 kasus).
Pada klaster Sampoerna, dari data yang ditampilkan pada Minggu, 10 Mei 2020, ada 41 kasus. Sebelumnya karyawan PT HM Sampoerna Tbk, Rungkut Surabaya, yang terkonfirmasi positif Corona COVID-19 berjumlah 77 orang. Rinciannya terdiri dari 12 orang hasil tes swab polymerase chain rapid (PCR), yang digelar mandiri oleh perusahaan dan 65 orang hasil tes swab PCR Pemprov Jatim.
Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Covid-19 Jawa Timur, Joni Wahyuhadi menyebutkan, dengan ada penambahan 12 orang positif covid-19 itu, total karyawan Sampoerna terpapar COVID-19 menjadi 77 orang. "Mudah-mudahan tidak ada penambahan baru lagi," ujar Joni pada 8 Mei 2020.
Terkait klaster yang ada di Surabaya, data dari Pemprov Jatim itu berbeda dengan rilis yang disampaikan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Pemkot mencatat ada 16 klaster di Kota Pahlawan ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Pemkot Surabaya Terus Lakukan Tracing
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini beserta jajarannya terus melakukan tracing atau pelacakan untuk menemukan warga yang terkonfirmasi Covid-19. Terhitung hingga saat ini terdapat 16 klaster Covid-19 yang ada di Kota Pahlawan.
Jumlah 16 klaster tersebut, pertama dari klaster luar negeri. Kedua, area publik sebanyak sembilan, ketiga klaster Jakarta, dan tempat kerja berjumlah tiga. Kemudian, dari klaster seminar dan pelatihan ada dua, dan perkantoran berjumlah dua dan asrama.
Risma, mengatakan ketika ada warga yang positif maka belum tentu orang tersebut masuk dalam kategori klaster baru. Ia mencontohkan, misalnya klaster dari luar negeri.
Dari klaster luar negeri itu, petugas akan terus menelusuri kontak orang tersebut dengan siapa saja. Nah, jika dalam penelusuran itu ditemukan ada yang terkonfirmasi, maka orang tersebut menjadi satu bagian dengan klaster luar negeri.
"Seperti yang terjadi di PT HM Sampoerna itu bukan lah klaster baru,” kata Wali Kota Risma saat menggelar konferensi pers di Halaman Balai Kota Surabaya, Minggu, 10 Mei 2020.
Dari 16 klaster itu, wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya itu merinci, jumlah pasien terbaru per tanggal 9 Mei 2020. Pertama, orang dalam pemantauan (ODP) dengan total 2.957, terdiri dari 153 rawat inap dan 587 rawat jalan. Kemudian yang sudah selesai dipantau sebanyak 2.217.
"Kalau pasien dalam pengawasan (PDP) berjumlah 1.540 dari situ terbagi rawat jalan 273 dan rawat inap 663. Sudah terpantau 601 dan meninggal 3 orang,” terangnya.
Sementara itu, pasien yang terkonfirmasi Covid-19 jumlahnya mencapai 667 pasien. Dari angka tersebut, 343 di antaranya tengah dirawat inap dan 144 orang rawat jalan. Sedangkan pasien sembuh mencapai 100 orang. “Kemudian yang meninggal jumlahnya 80 orang,” ujar dia.
Dari semua itu, kata Wali Kota Risma, orang dalam resiko (ODR) totalnya 4.818, terdiri dari 210 masih dipantau, selesai dipantau 4.548, Penduduk Migran Indonesia (PMI) selesai dipantau 11 orang dan PMI masih dipantau 49. Kemudian, PMI dalam pantauan jumlahnya 49.
"Kita telusuri terus. Misal si A ini kemana, A berjabat tangan dengan B, lalu kemana lagi itu terus kita cari. Makanya ada jumlah 4.818 itu. Kita terus awasi,” ungkap dia.
Saat kejadian itu, Risma menegaskan, sebetulnya pada waktu itu jumlahnya masih sekitar 4 ribuan. Namun, lantaran terhambat alat, maka sulit dipisahkan dengan anggota keluarganya.
"Sekarang ini sudah bisa. Kemarin kita tes swab 1.083 orang di tes swab. Di situ kita langsung bisa pisahkan yang positif dan negatif,” pungkasnya.
Advertisement